Ekonomi & Bisnis
Kasus Phising Meningkat Sasar Perbankan, BRI Makassar Sebut Pentingnya Nasabah Paham Literasi Finansial
MAKASSARINSIGHT.com - Kasus pencurian data atau phising sepanjang tahun 2022 cukup tinggi. Nasabah perbankan merupakan obyek sasaran phising yang paling besar.
Komisioner Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI, Megawati Simanjuntak menjelaskan bahwa phishing perbankan semakin meningkat dan modus operandi yang digunakan saat ini juga semakin kreatif.
“Apapun yang berdekatan dengan kepentingan konsumen, itu yang digunakan. Kalau yang sekarang berkembang itu dengan mengatasnamakan BPJS, undangan pernikahan, PLN, ataupun pajak melalui WhatsApp kita,” jelas Megawati.
Baca Juga:
- Soal Konten YouTube Jadi Agunan Kredit, Pihak Bank Sebut Kesulitan Taksasi Nilai Komersil
- Komoditas Hasil Laut Bone Didorong Jadi Ikon Pembangunan Sulsel
- Ada Program Manre Sipulung dari Polda Sulsel, Bantu Cek Harga di Pasar untuk Jaga Inflasi
- Pemkot Makassar Terima Dana Siap Pakai dari BNPB Sebesar Rp350 Juta, Ini Peruntukannya
Ditambahkannya lagi, berdasarkan data Direktorat Tindak Pidana Cyber Bareskrim Polri terdapat 5.579 serangan phishing yang terjadi pada Kuartal II Tahun 2022, meningkat 41,52 persen dari Kuartal I Tahun 2022.
“Jadi yang terbanyak diserang memang perbankan, kemudian e-commerce dan media sosial,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, perwakilan OJK Kantor Regional 6 Sulampua, Bondan Kusuma mengungkapkan bahwa OJK dalam memberantas kejahatan phishing perbankan ini bergerak dalam 2 (dua) arah, yaitu dari sisi pelaku jasa keuangan dan dari sisi konsumen.
"Dari sisi pelaku jasa keuangan, sudah ada peraturan OJK terkait dengan penyelenggaraan teknologi informasi oleh bank umum, supaya masyarakat yang menggunakan jasa perbankan menjadi aman. Kita juga meminta untuk melaksanakan perlindungan data digital dan double verification system. Dari sisi konsumen, kita sosialisasi, kita minta konsumen berhati-hati juga untuk tidak mengklik link tersebut dan jika sudah terlanjur untuk segera mematikan handphone serta memblock sistem perbankan yang ada di handphone,” ungkap Bondan.
Perwakilan Kantor Wilayah Bank BRI Regional Makassar, Andra Ruyus menyampaikan bahwa berdasarkan kasus-kasus yang Bank BRI alami terkait kejahatan phishing, memang tidak terlepas dari kurangnya finansial literasi.
“Karena finansial literasi ini kan tidak sebatas bagaimana memiliki rekening bank, tetapi justru pemahaman selanjutnya sehingga aman dalam mengelola keuangan,” ujar Andra.
Bank BRI, kata dia, pro aktif “menjemput bola” melakukan edukasi kepada masyarakat, baik yang ada di pasar, komunitas, ataupun lingkungan yang lebih kecil.
“Hal yang mesti diwaspadai dari phishing ini adalah username dan password. Phishing ini bisa masuk pada saat atau sebelum orang bertransaksi,” katanya.
Perwakilan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Sulsel, Muhammad Said meminta agar perlindungan data terhadap konsumen lebih diperhatikan terkait dengan phishing tersebut.
“Itu yang kami inginkan, perlu adanya kebersamaan di dalam penegakan perlindungan konsumen,” pinta Muhammad Said.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sulsel, Andi Arwin Azis memastikan pihaknya siap memfasilitas jika terdapat pengaduan konsumen.
“Untuk menindaklanjuti banyaknya pengaduan dari masyarakat dan sulitnya mereka memberikan pengaduan, maka pada tahun ini kami mencoba membangun sebuah aplikasi untuk memberikan kemudahan kepada konsumen. Termasuk membantu teman-teman dari sektor perbankan dalam hal pengaduan dari sisi kejahatan phishing perbankan ini,” sebut Andi Arwin.
Kepala Bidang Persandian Diskominfo-SP Prov. Sulsel , Sultan Rakib menerangkan bahwa pihaknya selalu berupaya mengedukasi masyarakat terkait literasi digital.
Baca Juga:
- Waspada! Modus Penipuan Catut Nama Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo
- Pemprov Sulsel Terima Serifikat Hak Pakai Lahan Bandara Sorowako
- Jaga Asa Juara, PSM Makassar Kalahkan Barito Putera Dengan Skor Telak
“Termasuk S3 (saring sebelum sharing), karena kebiasaan masyarakat itu berbanding lurus dengan pelaku kejahatan. Kebiasaan menyebarkan secara cepat informasi yang mereka dapat, tanpa mereka tahu bahwa itu adalah hoax atau phishing bagi mereka,” terang Sultan.
Hal ini, lanjut dia, menjadi bagian dari tanggung jawab pihaknya untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
“Sosialisasi ini kita lakukan, baik di media dan sosial media. Dan pertemuan ini juga membuka wawasan kami untuk terus berkolaborasi, agar konten-konten yang akan kita tekankan bisa langsung mengena ke masyarakat,” pungkasnya. (Arfan)