Jumat, 12 Juli 2024 11:30 WIB
Penulis:Isman Wahyudi
Editor:Isman Wahyudi
MAKASSARINSIGHT.com, JAKARTA – Pendapatan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menurun pada kuartal I-2024 mengakibatka target saham emiten nikel tersebut diturunkan. Pelemahan pendapatan itu dipicu oleh koreksi harga nikel di London Metal Exchange (LME) sebesar 4% selama periode tersebut.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizki Darmawan, mencatat sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, emiten bersandikan INCO hanya meraup pendapatan sebesar US$230 juta. Angka ini merosot 36,7% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak US$363 juta.
Alhasil, kata Darma sapaan akrabnya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan rekomendasi saham INCO dari trading buy menjadi hold, dengan target harga yang juga lebih rendah dari rekomendasi sebelumnya.
Baca Juga:
“Angka ini relatif sesuai dengan perkiraan atau konsensus kami. Penurunan pendapatan didorong oleh beberapa faktor, antara lain penurunan volume penjualan sebesar 12% (Quarter on Quarter/QoQ) menjadi 18.175 ton dan penurunan (Average Selling Price/ASP) sebesar 11% QoQ menjadi US$12.651 per ton,” jelasnya dalam riset dikutip pada Jumat, 12 Juli 2024.
Selain karena harga nikel di LME yang terkoreksi, produksi INCO pada kuartal pertama tahun ini juga turun 5% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 18.199 ton. “Hasil yang diperoleh tidak sesuai estimasi karena masih tingginya biaya tunai dan kerugian dalam penyesuaian nilai wajar,” sambung Darma.
Dalam upaya menjaga efisiensi biaya, kata Darma, INCO menyesuaikan bauran energi untuk smelter, meningkatkan konsumsi minyak bakar (High Sulphur Fuel Oil/HSFO) sebesar 13% QoQ menjadi 33,2 barrel per ton.
Meskipun harga rata-rata minyak turun 6% menjadi US$77,5 per barel, konsumsi batu bara juga berkurang 22% QoQ menjadi 3,4 ton per ton nikel matte. INCO tetap fleksibel dalam menggunakan HSFO, solar, dan batu bara, sehingga biaya tunai hanya naik sedikit 1% QoQ menjadi US$9.590 per ton.
Namun, biaya tunai INCO 10% lebih tinggi dari perkiraan, dan penurunan harga jual rata-rata ASP menjadi US$12.651 per ton berkontribusi pada penurunan margin tunai sebesar 35,6% QoQ menjadi US$3.061 per ton.
Saat ini, INCO melaporkan EBITDA sebesar US$56 juta, turun 43% QoQ, dengan laba bersih hanya US$6 juta, turun 88% QoQ. Alhasil, perusahaan efek ini menyesuaikan estimasi kinerja INCO untuk 2024, dengan proyeksi EBITDA menjadi US$324 juta (turun 17% yoy) dan laba bersih menjadi US$94 juta (turun 34% yoy).
Baca Juga:
Berbagai faktor tersebut, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi saham INCO menjadi "hold" dengan target harga Rp4.240 per saham, dari sebelumnya trading buy dengan target Rp4.500 per saham.
Pada perdagangan berjalan hari ini, Jumat, 12 Juli 2024, pukul 11:03 WIB, saham INCO terpantau melemah 0,79% ke level Rp3.770 per saham. Mengacu target saham tersebut, maka investor berpeluang cuan sebesar 12,47%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 12 Jul 2024