Pertama Dalam Sejarah, Arab Saudi Siap Buka Toko Alkohol Pertama

Kamis, 25 Januari 2024 17:40 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

Sebuah pemandangan menunjukkan kendaraan melaju di sebuah jalan di Riyadh, Arab Saudi
Sebuah pemandangan menunjukkan kendaraan melaju di sebuah jalan di Riyadh, Arab Saudi (Reuters/Ahmed Yosri)

MAKASSARINSIGHT.com, JAKARTA - Arab Saudi bersiap untuk membuka toko alkohol pertamanya di ibu kota Riyadh yang akan melayani diplomat non-Muslim secara eksklusif. Hal itu menurut sumber yang mengetahui rencana dan dokumen tersebut.

“Pelanggan harus mendaftar melalui aplikasi seluler, mendapatkan kode izin dari kementerian luar negeri, dan mematuhi kuota bulanan dalam pembelian mereka,” kata dokumen tersebut, dikutip dari Reuters, .

Langkah ini merupakan tonggak sejarah dalam upaya kerajaan, yang dipimpin Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, untuk membuka negara Muslim ultra-konservatif itu untuk pariwisata dan bisnis meskipun minum alkohol dilarang dalam Islam.

Baca Juga: 

Ini juga merupakan bagian dari rencana yang lebih luas yang dikenal sebagai Visi 2030 untuk membangun ekonomi pasca-minyak.

“Toko baru itu terletak di Kawasan Diplomatik Riyadh, sebuah lingkungan tempat kedutaan dan diplomat tinggal, dan akan dibatasi secara ketat untuk non-Muslim,” kata dokumen itu, dikutip dari Reuters, pada Kamis, 25 Januari 2024.

Belum jelas apakah ekspatriat non-Muslim lainnya akan memiliki akses ke toko tersebut. Jutaan ekspatriat tinggal di Arab Saudi, tetapi sebagian besar dari mereka adalah pekerja Muslim dari Asia dan Mesir.

Seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan, toko tersebut diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang.

Arab Saudi memiliki undang-undang ketat yang melarang minum alkohol yang dapat dihukum dengan ratusan cambukan, deportasi, denda, atau penjara dan ekspatriat juga menghadapi deportasi. Sebagai bagian dari reformasi, hukuman cambuk sebagian besar telah diganti dengan hukuman penjara.

Alkohol hanya tersedia melalui surat diplomatik atau di pasar gelap.

Pemerintah pada Rabu, 24 Januari 2024, mengkonfirmasi laporan di media yang dikendalikan negara bahwa mereka memberlakukan pembatasan baru pada impor alkohol dalam pengiriman diplomatik.

Pusat Komunikasi Internasional (CIC) mengatakan peraturan baru telah diperkenalkan untuk melawan perdagangan gelap barang dan produk alkohol yang diterima oleh misi diplomatik.

“Proses baru ini akan terus memberikan dan memastikan bahwa semua diplomat kedutaan non-Muslim memiliki akses ke produk-produk ini dalam kuota tertentu,” kata CIC dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Pernyataan itu tidak membahas penyimpanan alkohol yang direncanakan tetapi mengatakan kerangka kerja baru itu menghormati konvensi diplomatik internasional.

Arab Saudi, yang relatif tertutup selama beberapa dekade, dalam beberapa tahun terakhir melonggarkan aturan sosial yang ketat, seperti memisahkan pria dan wanita di tempat umum dan mewajibkan wanita mengenakan jubah hitam yang menutupi semua, atau abaya.

Baca Juga: 

Penguatan kendali Pangeran Mohammed atas kekuasaan juga diiringi oleh perubahan, termasuk membuka negara untuk pariwisata non-agama, menggelar konser, mengizinkan perempuan mengemudi, dan sekaligus menindak keras terhadap pemberontakan dan rivalitas politik.

Visi 2030 juga mencakup pengembangan industri lokal dan pusat logistik, dan bertujuan untuk menambah ratusan ribu pekerjaan bagi warga negara Saudi.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 25 Jan 2024