Ekonomi & Bisnis
Israel Kembangkan Startup, Iran Andalkan Minyak: Mana Lebih Tangguh di Era Konflik?
MAKASSARINSIGHT.com - Di tengah ketegangan yang terus memanas di Timur Tengah, perbandingan antara Israel dan Iran bukan hanya soal kekuatan militer, tetapi juga tentang bagaimana masing-masing negara membangun dan mengelola sumber kekayaannya. Dari jantung inovasi digital di Tel Aviv hingga ladang minyak kaya di Khuzestan.
Model ekonomi dan sumber kekayaan kedua negara sangat kontras. Dijuluki Startup Nation, Israel membangun kekayaannya bukan dari sumber daya alam, melainkan dari kecanggihan teknologi dan kecerdasan manusia.
Lebih dari 11.000 perusahaan teknologi beroperasi di negara kecil yang didirikan diatas tanah Palestina ini, berkontribusi pada 70% ekspor industrinya. Kehadiran raksasa global seperti Intel, Microsoft, hingga Amazon menegaskan posisi Israel sebagai pusat riset dan pengembangan dunia.
Baca Juga:
- BRI Fokus Jaga Transparansi dengan Zero Tolerance Terhadap Fraud
- Evaluasi Ketat! Perumda Parkir Makassar Terapkan Kontrak Kinerja, Pegawai Tak Capai Target Terancam
- Minyak Gorengmu: Wilmar Group dan Skandal Korupsi Rp11,8 Triliun
Tak hanya itu, kekuatan teknologi militer seperti sistem pertahanan udara Iron Dome dan serangan siber Stuxnet menjadi bukti bahwa sinergi antara militer dan sipil bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Inovasi yang lahir dari kebutuhan keamanan sering dikomersialisasi ke pasar global, memperkuat posisi Israel di sektor pertahanan dengan ekspor senjata senilai US$12 miliar per tahun.
Sumber daya manusia menjadi pondasi lain dari kekayaan Israel. Sekitar 30% tenaga kerja memiliki gelar sarjana STEM, didorong oleh sistem pendidikan yang kuat, dengan anggaran hingga 7% dari PDB, tertinggi di antara negara-negara OECD.
Bonus lainnya datang dari gelombang imigrasi ilmuwan dari Eropa dan Rusia yang menyuplai talenta ke sektor teknologi sejak 1990-an. Dukungan global juga memainkan peran penting. Israel menerima rata-rata US$3,8 miliar bantuan militer dari AS setiap tahun.
Di sisi fiskal, insentif pajak dan subsidi R&D membantu mempercepat pertumbuhan sektor inovatif. Bahkan sektor pertanian, di negara dengan lahan terbatas, mampu mengekspor alat smart farming senilai lebih dari US$4 miliar.
Namun, Israel tidak lepas dari tantangan, ketergantungan pada impor sangat besar. Diketahui 90% bahan pangan dan energi berasal dari luar negeri menjadikannya rentan saat konflik regional memburuk. Selain itu, belanja militer yang tinggi (8,2% dari PDB) memicu peningkatan utang nasional.
Baca Juga:
- Sentra Layanan Prioritas BRI Tembus 43 Lokasi, Cirebon Jadi Lokasi Teranyar
- Sinergi IOF dan Polda Sulsel: Gelar Bhayangkara Off Road 2025 untuk Perkuat Solidaritas dan Promosi Daerah
- Ini 5 Orang Terkaya Indonesia yang Punya Bisnis Tambang
Iran: Kaya Migas, Terjebak Geopolitik
Berbanding terbalik, Iran mengandalkan kekayaan alam sebagai pilar ekonomi. Negara ini memiliki cadangan minyak terbesar keempat dan gas alam terbesar kedua di dunia. Pendapatan dari ekspor minyak mentah sekitar US$53 miliar per tahun menjadi penyumbang utama devisa, bahkan menyumbang 80% dari total ekspor.
Sayangnya, sanksi internasional sejak 2018 membatasi akses Iran ke pasar global. Untuk bertahan, Iran menggunakan armada kapal tanker “hantu” dan skema barter untuk menjual minyak ke negara mitra seperti China dan Venezuela. Produksi minyak tetap stabil di angka 3,1 juta barel per hari, namun dengan harga diskon dan risiko tinggi.
Selain minyak, Iran juga mengekspor besi dan tembaga, serta produk petrokimia seperti polimer etilen. Nilai ekspor dari sektor-sektor ini memang signifikan, namun belum mampu menutupi kerugian dari sektor migas akibat sanksi.
Iran juga menggelontorkan anggaran besar, sekitar US$16 miliar per tahun untuk mendanai jaringan proksi di Timur Tengah seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Di dalam negeri, subsidi pangan mencapai US$10 miliar demi mempertahankan stabilitas sosial, apalagi 70% populasinya berusia di bawah 30 tahun.
Kendati demikian, Iran dililit korupsi struktural. Laporan pada 2024 menyebutkan kebocoran hingga US$12 miliar dari pendapatan minyak, mayoritas mengalir ke elit militer. Inflasi juga melonjak hingga 45%, memperburuk kelangkaan barang dan tekanan pada ekonomi domestik.
Dua Arah Ekonomi yang Berbeda
Secara makro, PDB per kapita Israel mencapai US$42.85, —hampir sebelas kali lipat dari Iran yang hanya US$5.668. Israel unggul dalam sektor teknologi dan pendidikan, sementara Iran masih bertumpu pada komoditas dan kekuatan geopolitik.
Namun keduanya sama-sama menghadapi risiko serius, Israel dengan beban utang dan ketergantungan impor, Iran dengan tekanan sanksi dan ketidakstabilan internal.
Konflik yang berlangsung saat ini bisa menjadi katalis perubahan besar. Israel memanfaatkan konflik sebagai laboratorium inovasi teknologi, sementara Iran berjudi dengan diplomasi energi dan aliansi seperti Belt and Road bersama China.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 17 Jun 2025