Ekonomi & Bisnis
Inovasi Limbah Daun Nanas jadi Serat Pakaian, Bisa Diekspor!
MAKASSARINSIGHT.com - Siapa sangka, buah nanas yang terkenal manis ternyata memiliki banyak manfaat yang dapat menghasilkan produk keberlanjutan sekaligus keuntungan bagi masyarakat. Kini, hasil panen dari nanas dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi.
Inovasi cemerlang ini hadir dari Candra Naya Lestari yang berhasil mengubah daun nanas menjadi serat bernilai ekspor tinggi. Langkah ini tidak hanya mengurangi limbah pertanian, tetapi juga memperkuat sektor pertanian dalam mendukung ekonomi hijau dan pelestarian lingkungan.
Karya yang dihasilkan dari daun nanas ini berhasil tembus pasar ekspor hingga ke Taiwan. Hal ini menjadi bukti bahwa setiap hasil panen, memiliki nilai ekonomi tersendiri yang dapat dikembangkan menjadi produk berkelanjutan.
Baca Juga:
- Ini Alasan Jepang dan Indonesia Rentan Tsunami
- Makassar Siapkan 60 Event dalam CoE 2026, Munafri Dorong Agenda Tahunan Paling Spektakuler
- Menyoroti Risiko Pengangguran Massal Akibat AI
Candra Naya Lestari merupakan salah satu industri yang mengedepankan konsep keberlanjutan atau ESG. Industri ini memiliki visi maupun misi sebagai Pendorong Pertumbuhan Berkelanjutan.
Melansir dari laman Candra Naya Lestari pada Kamis, 11 Desember 2025, industri tersebut membina dan mengembangkan bisnis berdasarkan nilai sejati yang sadar lingkungan dan sosial.
Bisnis mereka dibagi beberapa sektor yaitu Venture Building, Natural Fibre, Edufarm, Melati, Sumbu, dan Impact. Semua sektornya berbasis keberlanjutan yang mensejahterakan karyawan, dan menjaga ekosistem lingkungan. Namun, untuk pengolahan serat nanas ini masuk ke dalam kategori natural fibre, yang dihasilkan dari bahan-bahan alami.
Selain itu, industri tersebut juga memiliki peternakan yang aktif membudidayakan domba, serta memproduksi sayuran dan buah-buahan untuk pasokan pasar regional. Peternakan ini sedang bersiap untuk membuka pintunya sebagai taman bertema pertanian di mana keluarga dapat belajar tentang pertanian, makanan, dan berinteraksi langsung bersama domba.
Bisnis yang dinamakan Melati tersebut merupakan program yang dirancang untuk memberdayakan perempuan Indonesia berjiwa muda dan memiliki ambisi tinggi. Program ini menyediakan sumber daya dan keterampilan spesifik, serta membuka peluang bagi perempuan muda di Indonesia.
Tujuannya adalah mendorong perempuan untuk berkembang, mengambil peran kepemimpinan, dan menjadi katalisator yang mewujudkan potensi penuh sebagai agen perubahan positif di berbagai sektor serta komunitas.
Dari Sampah Menjadi Pakaian Berkelanjutan
Di tengah dunia yang didominasi material, perusahaan ini berinvestasi pada pemanfaatan serat alami sebagai solusi untuk hidup lebih berkelanjutan. Isu ini sangat krusial bagi Indonesia, mengingat meskipun lahan gambut hanya mencakup tiga persen dari luas daratan global, negara ini menyimpan 30% hingga 40% dari total karbon dunia.
Oleh karena itu, keputusan terkait pengelolaan lahan gambut di Indonesia berdampak besar tidak hanya pada pasar dan mata pencaharian domestik, tetapi juga pada lingkungan global. Untuk mendukung upaya restorasi lahan gambut ini, bisnis serat alami ini turut aktif berkontribusi di dalamnya.
Bagi industri tersebut, buah nanas tidak hanya terkenal karena rasa dan manfaat kandungan enzimnya saja, tetapi juga pada potensi serat alami yang dihasilkan dari sisa daunnya. Serat nanas ini merupakan produk sampingan industri buah dan juga dinilai ramah terhadap lahan gambut.
Industri tersebut bekerja sama dengan insinyur tekstil dan desainer produk untuk mengembangkan teknologi dan metodologi agar nilai guna dan aplikasi serat nanas dapat ditingkatkan secara maksimal.
Baca Juga:
- Gubernur Sulsel Tetapkan Lokasi untuk Pembangunan SMA di Kabupaten Bone
- Kedubes Inggris-Tranmere Rovers FC Jajaki Kerja Sama Olahraga dan Ekonomi Kreatif dengan Pemkot Makassar
- Distaru Makassar Gelar Sosialisasi Bangunan Gedung Terkait SLF dan Kelayakan Fungsi
Selain itu, industri tersebut juga turut membina para petani dan pekerja untuk memastikan proses ekstraksi serat dilakukan secara efisien, meminimalkan limbah, serta menjamin upah yang adil sesuai prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Model bisnis Chandra Naya Lestari ini membuktikan bahwa inovasi berbasis limbah tidak hanya menguntungkan secara ekonomi melalui pasar ekspor, tetapi juga menjadi solusi konkret bagi masalah lingkungan krusial seperti isu lahan gambut dan limbah pertanian.
Sinergi antara teknologi tekstil, pertanian, dan komitmen ESG menjadi formula ideal yang membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memimpin pasar produk hijau global di masa depan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Maharani Dwi Puspita Sari pada 11 Dec 2025
