Komunitas
Ini Alasan Jepang dan Indonesia Rentan Tsunami
MAKASSARINSIGHT.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan peringatan tsunami yang sempat dikeluarkan oleh otoritas Jepang pasca terjadinya gempa tidak berdampak ke wilayah Indonesia. Pernyataan ini disampaikan setelah BMKG melakukan analisis menyeluruh terkait gempa besar yang terjadi di Jepang pada Senin, 8 Desember 2025.
Gempa berkekuatan M7,3–7,5 mengguncang Pesisir Timur Hokkaido pada pukul 21.15 WIB. Guncangan kuat tersebut sempat membuat Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan tsunami dengan estimasi ketinggian mencapai tiga meter untuk wilayah pantai timur laut Jepang.
Namun, setelah beberapa jam pemantauan, JMA mencabut peringatan tersebut lantaran gelombang yang muncul jauh lebih kecil dari prediksi awal, yaitu hanya sekitar 20 hingga 70 sentimeter. BMKG menjelaskan, berdasarkan lokasi episenter gempa di koordinat 41.02° LU dan 142.08° BT, serta kedalaman hiposenter 37 kilometer, kejadian tersebut merupakan gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng Pasifik dan Okhotsk. Dari hasil analisis pemodelan, tidak ditemukan potensi tsunami yang dapat merambat hingga ke perairan Indonesia.
Baca Juga:
- Makassar Siapkan 60 Event dalam CoE 2026, Munafri Dorong Agenda Tahunan Paling Spektakuler
- Menyoroti Risiko Pengangguran Massal Akibat AI
- Menyorot Risiko Pengangguran Massal Akibat AI
BMKG juga meminta masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi tidak resmi. Lembaga itu menegaskan bahwa kondisi perairan Indonesia aman dari ancaman tsunami yang dipicu oleh gempa di Jepang.
Persamaan Geografi Indonesia-Jepang
1. Indonesia dan Jepang sama-sama berada di wilayah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire)
Cincin Api Pasifik merupakan zona berbentuk tapal kuda yang mengelilingi Samudra Pasifik dan menjadi tempat 90% gempa bumi dunia terjadi. Baik Indonesia maupun Jepang berada tepat di jalur cincin ini, sehingga aktivitas tektonik seperti pergeseran lempeng, tumbukan, dan subduksi sangat intens terjadi.
2. Kedua negara terletak di pertemuan beberapa lempeng tektonik besar dunia
Indonesia berada pada pertemuan Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Filipina. Sementara Jepang berada pada pertemuan Lempeng Eurasia (Amur), Pasifik, Filipina, dan Amerika Utara (Okhotsk). Banyaknya lempeng yang saling bertabrakan dan bergerak menyebabkan frekuensi gempa di kedua wilayah menjadi sangat tinggi.
3. Pola tumbukan lempeng di kedua negara sama-sama menghasilkan zona subduksi aktif
Di Indonesia, Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia yang membentuk Palung Sunda. Di Jepang, Lempeng Pasifik menunjam ke bawah Lempeng Amerika Utara/Okhotsk membentuk Palung Jepang. Zona subduksi ini menciptakan tekanan geologi besar yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi kuat.
4. Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki gunung api aktif yang sangat banyak
Akibat aktivitas subduksi, magma mudah naik ke permukaan. Indonesia memiliki lebih dari 120 gunung api aktif, sementara Jepang memiliki sekitar 100 gunung api aktif. Gunung api ini merupakan bukti nyata bahwa kedua wilayah berada pada sistem tektonik yang paling aktif di dunia.
Baca Juga:
- Gubernur Sulsel Tetapkan Lokasi untuk Pembangunan SMA di Kabupaten Bone
- Kedubes Inggris-Tranmere Rovers FC Jajaki Kerja Sama Olahraga dan Ekonomi Kreatif dengan Pemkot Makassar
- Distaru Makassar Gelar Sosialisasi Bangunan Gedung Terkait SLF dan Kelayakan Fungsi
5. Gempa besar di zona subduksi berpotensi memicu tsunami di kedua negara
Ketika terjadi gempa megathrust di dasar laut, dasar samudra dapat terangkat atau turun secara mendadak, mendorong kolom air laut sehingga menciptakan tsunami. Kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi lautan dan Jepang yang berada di tepi Samudra Pasifik membuat keduanya sangat rentan terhadap tsunami.
6. Pola permukiman dan pantai yang menghadap langsung ke zona subduksi meningkatkan kerentanan
Baik Indonesia maupun Jepang memiliki banyak kota besar dan pusat ekonomi yang berada di kawasan pesisir. Kedekatan wilayah permukiman dengan lempeng yang aktif menyebabkan dampak gempa dan tsunami lebih terasa. Inilah sebabnya kedua negara selalu memperkuat sistem mitigasi bencana dan pendidikan kebencanaan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 10 Dec 2025
