Makassar Kini
Indah dan Unik, Ada Awan Pelangi Langka Menerangi Kutub Utara
MAKASSARINSIGHT.com - Langit gelap di Lingkaran Arktik baru-baru ini bersinar dengan cahaya warna-warni yang halus. Namun, cahaya ini bukan aurora, melainkan awan kristal es kecil yang melayang lebih tinggi di atmosfer daripada biasanya..
Mengutip Live Science Rabu, 1 Februari 2023, Awan, yang dikenal sebagai awan stratosfer kutub (PSC) hanya akan terbentuk ketika stratosfer bawah mencapai suhu minus 81 derajat Celcius.
Lantaran hal tersebut, biasanya, awan tidak terbentuk di stratosfer karena terlalu kering, tetapi pada suhu yang sangat rendah. Pada titik ini, molekul air dengan jarak yang sangat jauh mulai menyatu menjadi kristal es kecil sehingga akan membentuk awan.
Baca Juga:
- Banjir dan Longsor Landa Parepare, Dua Orang Dilaporkan Tertimbun
- Terima Kunker Komisi IX DPR, Wali Kota Danny Minta Ada Pelatihan Kerja Gratis untuk Anak Jalanan di Makassar
- Bangun Jalan Wisata, Pemprov Sulsel Bantu Tana Toraja Rp31,2 Miliar
- Ini Transfer Kejutan Bursa Januari di Liga Premier Inggris
Inilah yang kemudian membuat PSC dapat terbentuk jauh lebih tinggi daripada awan biasa yakni kisaran 15 hingga 25 kilometer dari atas tanah.
Saat sinar matahari bersinar melalui awan kristal ini, ia akan tersebar dan menciptakan berbagai panjang gelombang cahaya yang berbeda. Inilah yang menjadikan PSC disebut sebagai awan pelangi.
Karena ketinggian awan yang ekstrim, sinar matahari dapat mengenai kristal dan menyebar di atas pengamat meskipun matahari berada di luar cakrawala, yaitu saat awan ini tampak paling terang.
Ada Dua Jenis
Jika diklasifikasikan sesuai tampilannya, PSC terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah PSC Tipe I. Awan ini terbuat dari campuran kristal es dan asam nitrat yang menghasilkan warna kurang spektakuler. Tipe ini juga disebut terjadi terkait dengan pembentukan lubang ozon.
Jenis kedua adalah PSC Tipe II. Awan ini erdiri dari kristal es murni dan menghasilkan warna yang lebih hidup. PSC tipe II sering disebut sebagai awan nacreous karena rona warna-warninya terkadang menyerupai nacre, induk mutiara yang diproduksi di cangkang beberapa moluska. Namun, mereka jauh lebih jarang daripada awan Tipe I.
Mengutip Spacewheater, Awan tipe II biasanya terjadi tidak lebih dari dua atau tiga kali setahun di Kutub Utara, biasanya selama bulan-bulan musim dingin. Namun, para ahli percaya bahwa kedua jenis PSC dapat terjadi lebih sering di masa depan karena perubahan iklim menciptakan cuaca yang lebih ekstrem, yang dapat berdampak tidak langsung pada lapisan ozon jika terbentuk lebih banyak awan Tipe I.
Baca Juga:
- Makassar Jadi Kota Pertama Konser Semua Jadi Satu, Wali Kota Danny: Kondisi Ekonomi Mulai Membaik
- Dirut Perusda PT Bumi Maros Sejahtera Dittapkan Sebagai Tersangka Tindak Pidana Kasus Korupsi
- Makassar Mulai Bikin Citra Kota Makan Enak, Yuk Cek Daftar Kuliner Khasnya
Karena warnanya yang pekat, awan nacreous sering dikacaukan dengan cahaya utara atau aurora borealis. Fenomena yang lebih umum ini terjadi ketika partikel berenergi tinggi yang dipancarkan oleh matahari bergerak menuruni garis medan magnet magnetosfer Bumi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 02 Feb 2023