Komunitas
Hati-hati, Parenting dengan Kebohongan Bisa Dorong Anak Suka Berbohong
MAKASSARINSIGHT.com, JAKARTA - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Teknologi Nanyang, Singapura menemukan hubungan antara kebohongan dalam pengasuhan dengan kecenderungan anak-anak untuk berbohong lebih sering kepada orangtua mereka.
Studi ini melibatkan 564 pasangan orangtua-anak di Singapura, dan hasilnya menunjukkan bahwa kebohongan instrumental (bohong untuk merubah perilaku) mungkin membuat anak patuh, tetapi anak-anak yang diberi tahu jenis kebohongan ini lebih cenderung berbohong kepada orangtua mereka.
Selain itu, kebohongan kecil (seperti memberi pujian palsu untuk menimbulkan emosi positif pada anak) juga dapat membuat anak-anak lebih cenderung berbohong kepada orangtua mereka. Namun, perbedaannya terletak pada fakta bahwa efek ini hanya muncul ketika anak-anak menyadari bahwa mereka telah dibohongi.
Baca Juga:
- Warga Barrang Caddi Bersih Pantai, Komitmen Pemerintah Kecamatan Sangkarrang Jaga Lingkungan
- Perumda Parkir Makassar Usut Praktik Jual-Beli Lahan Parkir oleh Oknum Jukir
- Ingat!!! Pengusaha Wajib Bayar Lembur Pekerja yang Masuk Saat Pemilu
Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Child Psychology pada bulan Januari ini menyoroti pentingnya memahami bagaimana anak-anak memproses kebohongan orangtua dan menekankan perlunya memahami kebohongan sebagai praktik pengasuhan serta hubungannya dengan perilaku anak-anak.
Profesor Setoh Peipei, yang memimpin penelitian ini, menyatakan bahwa kebohongan orang tua, baik yang bersifat instrumental maupun kecil, dapat mempengaruhi perilaku berbohong anak-anak, tergantung pada bagaimana anak-anak memahami dan memproses jenis kebohongan yang mereka terima.
Beliau menekankan bahwa karena orangtua adalah teladan dan pendidik bagi anak-anak mereka, perilaku berbohong orang tua dapat secara tidak langsung mendorong anak-anak untuk belajar berbohong. Oleh karena itu, para orangtua sebaiknya mempertimbangkan dampak dari kebohongan dalam pengasuhan, bahkan jika kebohongan tersebut dianggap sebagai hal yang tidak berbahaya.
Penelitian ini fokus pada dua jenis kebohongan orang tua: kebohongan instrumental (yang bersifat mengubah perilaku) dan kebohongan kecil (yang bersifat positif untuk menimbulkan emosi baik pada anak). Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa kedua jenis kebohongan ini umum terjadi di berbagai budaya.
Metode penelitian melibatkan survei terhadap 1.128 peserta dari studi Growing Up in Singapore Towards Healthy Outcomes (GUSTO), yang mencakup 564 anak berusia 11-12 tahun dan salah satu orangtua mereka. Para peserta diwawancarai secara independen melalui kuesioner untuk mengumpulkan data tentang perilaku berbohong dari sudut pandang anak dan orangtua.
Baca Juga:
- Ribuan Penyelenggara Pemilu di Bulukumba Ikut Senam Bersama
- Begini Cara 3 Capres Bangun Kedaulatan Manufaktur Telekomunikasi
- Belum Jelas, Menteri ESDM Minta Divetasi Vale Indonesia Dipercepat
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa kebohongan orang tua mempengaruhi perilaku berbohong anak-anak, dan hubungan ini dipengaruhi oleh sejauh mana anak-anak percaya pada kebohongan yang mereka terima. Oleh karena itu, temuan ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang dampak kebohongan dalam pengasuhan terhadap perilaku anak-anak.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 10 Feb 2024