Sport
Dapat Perlakuan Rasis dari Suporter, 3 Pemain PSM Makassar Tempuh Jalur Hukum
MAKASSARINSIGHT.com - Pemain PSM Makassar yang mendapat tindakan rasisme dan bullying sepakat menempuh jalur hukum. Ketiganya adalah Yance Sayuri, Erwin Gutawa, dan Yuran Fernandes.
CEO Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), M Hardika Aji mengatakan ketiga pemain itu sepakat menempuh jalur hukum usai melakukan pertemuan secara daring. Dari hasil pembicaraan, ketiganya sepakan mengambil langkah tersebut.
“Kami akan memberikan pendampingan dan bantuan hukum,” tegas M Hardika Aji dalam keterangan tertulisnya.
Baca Juga:
- Bintang Argentina Angel Di Maria Gabung ke Raksasa Portugal dengan Status Free Agent
- Rakernas APEKSI XVI, Danny Pomanto Matangkan Persiapan Youth City Changers
- Meta Luncurkan Platform Threads, Pengguna Bandingkan dengan Twitter
Pihak APPI pun telah mengidentifikasi sejumlah akun yang melayangkan tindakan rasisme dan bullying kepada tiga pemain PSM. Akun-akun tersebut sebelumnya memang telah teridentifikasi usai melakukan rasisme dan bullying.
Aksi tersebut dilakukan usai laga Persija Jakarta versus PSM Makassar berlangsung. Laga itu, merupakan partai pekan pertama Liga 1 musim 2023-2024 yang berlangsung di SUGBK, Jakarta, pada 3 Juli 2023 lalu.
Skor pertandingan menghasilkan imbang bagi kedua kesebelasan yakni 1-1. Namun, para oknum suporter tuan rumah malah menyerah akun Instagram pribadi pemain hingga postingan PSM dengan kata-kata rasisme dan bullying.
Baca Juga:
- Ucapkan Selamat Hari Bhayangkara, Owner Elegant Taylor Apresiasi Kerja Profesional Polisi
- Persaja Menyelenggarakan Creative UMKM Expo dan Charity Concert
- Harus Tahu, Apa itu Fintech dan dari Mana Sumber Investasinya di Indonesia?
Selain menempuh jalur hukum, APPI juga telah berkoordinasi dengan PT LIB dan PSSI terkait masalah itu. APPI meminta agar PSSI dan PT LIB bisa lebih serius dan komitmen dalam pencegahan perundingan dan rasisme baik yang dialami pemain lokal maupun asing.
“PSSI dan PT LIB harus berani dan tegas dalam rangka memberikan perlindungan kepada pemain jika mereka jadi korban rasisme. Bila perlu, kompetisi dihentikan sementara sampai kasus rasisme ini tidak terjadi lagi menimpa pemain. Setiap orang tidak bisa memilih dilahirkan dari suku dan ras mana. Penghinaan terhadapnya berarti juga penggunaan terhadap Tuhan,” demikian M Hardika Aji.(***)