“Siri’, Tabe’, Kita”: Munafri Arifuddin Perkenalkan Kearifan Lokal Makassar di Panggung Dunia

Jumat, 04 Juli 2025 16:50 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

1000302176.jpg
IST (IST)

MAKASSARINSIGHT.com, VIENNA, AUSTRIA — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, mencuri perhatian dunia saat tampil sebagai pembicara di World Cities Summit Mayors Forum (WCSMF) 2025 yang digelar di Vienna, Austria, Kamis (3/7/2025) waktu setempat. Dalam forum internasional yang dihadiri para pemimpin kota dari berbagai negara itu, Munafri menyampaikan pesan mendalam: kearifan lokal adalah fondasi membangun kota masa depan.

Di hadapan delegasi global, Munafri memperkenalkan tiga nilai budaya khas masyarakat Bugis-Makassar—Siri’ (martabat), Tabe’ (kesantunan), dan Kita (kebersamaan)—sebagai roh utama dalam kepemimpinan inklusif dan inovasi kebijakan di Kota Makassar.

"Izinkan saya berbagi sesuatu yang tak tertulis dalam dokumen industri, tapi justru menjadi penentu arah pertumbuhan Makassar: kearifan lokal kami," ucap Munafri membuka presentasi, yang disambut penuh perhatian peserta forum.

Baca Juga: 

Kearifan Lokal sebagai Arah Kebijakan Kota

Dalam paparannya, Wali Kota yang akrab disapa Appi ini menegaskan bahwa kemajuan teknologi dan kebijakan kota yang adaptif harus tetap berakar pada nilai-nilai budaya yang mengikat masyarakat.

Makassar, sebagai kota metropolitan terbesar di kawasan timur Indonesia, tumbuh pesat secara ekonomi dan infrastruktur. Namun, menurut Munafri, kemajuan itu tak pernah membuat kota ini melepaskan identitasnya.

"Kami terus mengembangkan layanan publik berbasis teknologi, tapi tetap menjadikan kearifan lokal sebagai landasan utama," ujarnya.

Siri’: Martabat yang Mengikat Semua Orang

Munafri menjelaskan bahwa siri’ bukan sekadar harga diri personal, tetapi juga norma sosial yang memandu perilaku masyarakat.

"Ketika seseorang melanggar aturan, itu bukan hanya soal hukum, tapi juga soal martabat. Siri’ adalah pengingat untuk hidup dengan integritas, bahkan saat tidak ada yang melihat," jelasnya.

Tabe’: Kesantunan Sebelum Kebijakan

Nilai kedua, tabe’, adalah simbol kesopanan dan permisi sebelum memulai interaksi. Menurut Munafri, nilai ini tercermin dalam cara pemerintah Makassar membangun komunikasi publik yang setara dan partisipatif.

"Kami memulai kebijakan dengan bertanya, mendengarkan, dan melanjutkan dengan hormat. Tabe’ bukan sekadar sopan santun, tapi prinsip kepemimpinan," katanya.

Kita: Kepemimpinan yang Inklusif

Sementara kita adalah semangat kebersamaan yang inklusif. Dalam konteks kepemimpinan, kata ini bukan sekadar gaya bahasa, tapi mencerminkan pendekatan kolaboratif dalam mengelola kota.

"Di Makassar, kami sering mengganti ‘kamu’ dengan ‘kita’. Artinya, kami tidak memimpin untuk rakyat, tapi bersama rakyat," imbuhnya.

Baca Juga: 

Makassar Tawarkan Model Kota Berbasis Nilai

Presentasi Munafri berhasil mencuri perhatian para peserta forum yang berasal dari berbagai belahan dunia. Ia menutup sesi dengan pesan kuat: bahwa di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi dan terdorong otomatisasi, nilai-nilai lokal justru menjadi jangkar kemanusiaan.

"Bermartabat dengan rendah hati. Berkuasa dengan izin. Memimpin melalui kebersamaan," tutup Munafri, disambut tepuk tangan para delegasi.

Makassar Tampil Berbeda di Forum Global

Melalui pidato ini, Munafri tidak hanya membawa Makassar tampil di panggung dunia, tapi juga mengangkat nilai-nilai kultural Indonesia sebagai bagian penting dari diskursus kota masa depan.

WCSMF 2025 di Vienna menjadi momentum penting bagi Makassar untuk memperkuat diplomasi kota, sekaligus membuktikan bahwa kearifan lokal tetap relevan dalam membangun kota yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. (***)