Jumat, 04 Desember 2020 03:13 WIB
Penulis:El Putra
MAKASSAR - Hari pencoblosan pemilihan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota (Pilwali) Makassar yang jatuh pada 9 Desember 2020, sisa menghitung hari.
Namun beragam spekulasi mulai bermunculan, seperti pengalihan dukungan pasangan calon untuk kandidat tertentu agar meraih kemenangan.
Padahal empat pasangan calon yang berlaga di Pilwali Makassar masing - masing didukung oleh tokoh politik tersohor di Sulawesi Selatan, tetapi pengalihan dukungan tersebut besar kemungkinan bisa terjadi.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar, Iwan Alim menilai, fenomena adanya pengalihan dukungan antara pasangan calon sudah terbaca jauh sebelumnya.
Kata dia, beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, mulai hubungan politik antar elite partai pengusung, hubungan bisnis hingga hubungan emosional.
"Sebenarnya hal ini sudah bisa dibaca jauh hari sebelum pemilihan berlangsung, jaringan pertemanan dan kekerabatan yang bisa dihubungkan dari masing-masing calon, entah lewat elit yang mendukung atau tim suksesnya, bisa menjadi peluang terjadinya pengalihan dukungan, tergantung bargainingnya saja, apa menguntungkan dan mengamankan," urai Iwan mengomentari konstelasi politik Pilwali Makassar saat ini, Kamis (3/12/2020).
Iwan menerangkan pengalihan dukungan memiliki beberapa akses jika melihat dinamika Pilwali Makassar sekarang ini, mulai dari jaringan simpatisan hingga gugatan kecurangan seputar pelanggaran di perhelatan politik lima tahunan ini.
"Proses pengalihan dukungan ini juga bentuknya bukan hanya berupa pengalihan dukungan suara melalui jaringan simpatisannya, tapi juga bisa berupa gugatan kecurangan atau pelanggaran-pelanggaran hukum seputar pelaksanaan Pilkada pasca pemilihan yang dilakukan, " ungkap Iwan.
Hanya saja, kata Iwan, melihat konstelasi Pilwali Makassar, seharusnya pasangan calon harus 'Fighting' hingga akhir. Kendati Pilwali Makassar telah ditaburi tokoh politik tersohor yang berkancah di level nasional, semestinya mempersembahkan pertarungan yang sengit dengan ide dan gagasan melalui program yang ditawarkan ke masyarakat.
"Melihat tokoh tokoh dibalik pasangan calon, mereka harus fighting hingga akhir untuk tidak mengecewakan para pendukungnya, " Iwan menandaskan.
Apalagi, lanjut Iwan, perhelatan Pilwali Makassar telah menjadi sorotan di kancah nasional serta dijadikan barometer perpolitikan di Negeri ini. Setelah kemenangan kotak kosong di Pilwali di tahun 2018, serta aktifnya sejumlah tokoh politik nasional yang turun gunung mengkampanyekan jagoannya.
Mulai dari pasangan nomor urut 1 Mohammad Ramdhan "Danny" Pomanto - Fatmawati Rusdi (Danny - Fatma). Di balik pasangan ini, ada ketua NasDem Sulawesi Selatan, Rusdi Masse (RMS) dan Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras. Keduanya merupakan anggota DPR RI, selain itu Rusdi Masse merupakan suami dari Fatmawati.
Kemudian nomor urut 2 Munafri Arifuddin - Abdul Rahman Bando (Appi-Rahman). Pasangan ini tak lepas dari dukungan Bos Bosowa, Aksa Mahmud.
Aksa Mahmud merupakan mertua Munafri Arifuddin.
Lalu nomor urut 3 Syamsu Rizal - Fadli Ananda (Deng Ical-Fadli). Pasangan ini kabarnya berada di bawah komando Batuputih Syndicate. Batuputih Syndicate adalah kubu mantan wali kota Makassar dua periode, Ilham Arif Sirajuddin.
Selanjutnya pasangan nomor urut 4, Irman Yasin Limpo - Andi Zunnun Armin NH (None - Zunnun). None adalah adik kandung dari menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang kini merangkap jabatan sebagai pelaksana tugas menteri KKP Ad Interim.