Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Dikenal Sederhana dan Rendah Hati

Senin, 21 April 2025 14:12 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

Paus Fransiskus
Kunjungi di Indonesia, Paus Fransiskus Akan Ketemu Presiden Serta Kunjungi Masjid Istiqlal (https://unsplash.com/photos/55k45BgfUF8)

MAKASSARINSIGHT.com - Pagi yang hening di Vatikan berubah menjadi penuh duka pada Senin, 21 April 2025. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma yang dicintai jutaan umat di seluruh dunia, wafat pada pukul 07.35 pagi waktu Roma di kediamannya, Casa Santa Marta. 

Paus meninggal dunia dalam usia 88 tahun setelah lebih dari satu dekade menjalani masa kepausan yang penuh dedikasi, terobosan, dan kasih tanpa syarat.

Kabar wafatnya disampaikan secara resmi oleh Kamerlengo Vatikan, Kardinal Kevin Farrell. Dalam pernyataannya, Kardinal Farrell menyampaikan bahwa Paus Fransiskus “mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk Tuhan dan Gereja, serta mengajarkan nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan cinta universal.” 

Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh pembaharu yang mampu menjangkau umat lintas batas, baik agama, negara, maupun latar belakang sosial.

Baca Juga: 

Latar Belakang Paus

Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina. Ia adalah Paus pertama dari Amerika Selatan dan yang pertama berasal dari ordo Serikat Yesus (Jesuit). 

Sosoknya yang rendah hati, gaya hidup sederhana, serta semangat pelayanan yang menyatu dengan kehidupan umat kecil membuatnya dicintai dan dihormati, bahkan oleh kalangan di luar Gereja Katolik. 

Jorge terpilih sebagai Paus pada tanggal 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri, suatu peristiwa langka dalam sejarah Gereja modern.

Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus memfokuskan perhatiannya pada isu-isu sosial dan kemanusiaan, seperti kemiskinan, pengungsi, perubahan iklim, dan kesenjangan ekonomi. 

Ia juga mendorong reformasi internal di Vatikan, membuka ruang dialog lintas agama, serta menekankan pentingnya belas kasih dan pengampunan dalam kehidupan beriman. 

Baca Juga: 

Paus kerap mengingatkan umat agar “Gereja tidak menjadi museum atau lembaga tertutup, tetapi rumah sakit lapangan bagi jiwa-jiwa yang terluka.”

Hanya sehari sebelum wafat, Paus Fransiskus masih tampil dalam kondisi yang tampak bugar saat menghadiri misa Paskah di Basilika Santo Petrus.

Dalam khotbah Urbi et Orbi yang disampaikannya pada hari Minggu, 20 April 2025, ia menyerukan perdamaian dunia, menghentikan perang dan kekerasan, serta melindungi warga sipil di wilayah-wilayah konflik. Pesan tersebut menjadi semacam wasiat terakhirnya kepada dunia, sejalan dengan nilai-nilai yang ia perjuangkan sepanjang hayat.

Setelah wafatnya diumumkan, lonceng kematian dibunyikan di Basilika Santo Petrus dan bendera Vatikan dikibarkan setengah tiang sebagai simbol berkabung. 

Ribuan umat segera memadati Lapangan Santo Petrus, menundukkan kepala dalam doa, menyanyikan pujian, dan mengenang sosok pemimpin yang begitu hangat dan dekat dengan umat.

Para pemimpin dunia, baik dari kalangan keagamaan maupun pemerintahan, menyampaikan belasungkawa dan mengenang kontribusi besar Paus Fransiskus terhadap dunia modern. 

Dari Buenos Aires hingga Nairobi, dari Manila hingga Paris, jutaan umat Katolik dan masyarakat umum bersatu dalam rasa kehilangan atas berpulangnya seorang tokoh yang tidak hanya menjadi pemimpin spiritual, tetapi juga simbol moral dan kemanusiaan global.

Gereja Katolik kini memasuki masa sede vacante, waktu tanpa Paus yang akan diisi dengan persiapan konklaf untuk memilih pemimpin baru. Namun, bagi banyak orang, warisan Paus Fransiskus akan terus hidup dalam ajaran, tindakan, dan semangat kasih yang ia tinggalkan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 21 Apr 2025