Ditanggapi Negatif, Saham Bank BUMN Kompak Turun Usai Peluncuran Danantara

Selasa, 25 Februari 2025 13:01 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

Ilustrasi orang di luar bank.
Ilustrasi perbankan. (Freepik)

MAKASSARINSIGHT.com - Pada perdagangan Senin, 24 Februari 2025, sejumlah saham bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia mengalami penurunan. Pelemahan ini bertepatan dengan peresmian Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ditutup melemah 0,97% ke level Rp5.100 per saham. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 1,13% menjadi Rp4.460 per saham, sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengalami penurunan 1,06% ke posisi Rp920 per saham. Namun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) justru menguat 0,77% menjadi Rp3.920 per saham.

Baca Juga: 

Pada perdagangan Selasa, 25 Februari 2025, pada penutupan sesi pertama, saham BBNI melemah 1,19% ke level Rp4.150, BBRI turun 2,3% ke level Rp3.830, BMRI turun 2,69% ke level Rp4.890, dan BBTN melemah 1,09% ke level Rp910.

Aksi Jual Investor Asing Menekan Saham Perbankan
Selain sentimen terkait Danantara, aksi jual oleh investor asing turut mempengaruhi pergerakan saham bank BUMN. Sejak awal tahun hingga 14 Februari 2025, investor asing telah melepas saham BMRI senilai Rp2,82 triliun. 

Pada perdagangan Selasa, 25 Februari 2025, tekanan pada saham BMRI dari pihak asing masih berlanjut dengan net foreign sell sebesar Rp77 miliar. Selain itu, saham BBNI juga mengalami tekanan dengan net foreign sell sebesar Rp64,5 miliar.

Sentimen Negatif

Pendirian Danantara sebelumnya sudah diikuti dengan sentimen negatif yang hadir dari maraknya ajakan dari berbagai pihak untuk menarik dana mereka yang ditabung di Bank BUMN. 

Pasalnya, berbagai pihak yang bersangkutan merasa khawatir akan prospek keuangan bank-bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Rakyat (Himbara) tersebut karena dana yang dikelola oleh Danantara tidak dapat dipantau oleh Komisi Pengawas Korupsi (KPK) dan Badan Pengawas Keuangan (BPK). 

Baca Juga: Ramai Isu Penarikan Dana Massal di Bank BUMN, BNI: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir

Seruan untuk menarik dana secara massal dari bank-bank milik negara (BUMN) yang beredar di media sosial dinilai pengamat sebagai kampanye gelap atau black campaign. Menurutnya, Isu ini dibuat tanpa dasar yang jelas dan dapat berdampak buruk pada stabilitas ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, mengatakan saat ini bank-bank BUMN memiliki fundamental yang sangat baik.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dana nasabah juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga tetap aman," ujar Piter kepada wartawan, Sabtu, 22 Februari 2025. 

Baca Juga: 

Dampak Buruk bagi Masyarakat dan Sistem Keuangan

Piter menambahkan bahwa ajakan ini sebaiknya dihentikan karena berpotensi merugikan masyarakat, terutama mereka dari kelas ekonomi bawah.

"Keberadaan Danantara tidak ada kaitannya dengan kinerja Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Sebaliknya, ajakan ini justru bisa memicu ketidakstabilan dalam sistem keuangan secara keseluruhan," ungkapnya.

Menurutnya, dampak negatif dari seruan ini tidak hanya dirasakan oleh bank-bank besar, tetapi juga oleh bank-bank kecil yang lebih rentan terhadap gangguan likuiditas.

Lebih lanjut, Piter memperingatkan bahwa jika ada pihak yang memanfaatkan isu ini demi kepentingan bisnis bank lain, maka risiko sistemik bisa terjadi. Hal ini dapat merugikan banyak pihak dan melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 25 Feb 2025