Ekonomi & Bisnis
Ternyata Kalau Rumah Rapi Bisa Tingkatkan Produktivitas
MAKASSARINSIGHT.com - Sebagian besar dari kita menyukai kerapihan dan tidak menyukai kekacauan. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa 60 peserta wanita percaya bahwa ketika rumah berantakan, mereka lebih cenderung merasa lelah terus-menerus dan menunjukkan gejala kelelahan serta depresi.
Efek ini terkait dengan hormon kortisol yang berperan dalam proses kita merespon stres.
Dikutip TrenAsia.com dari laman resmi Psychology Today pada Jumat, 4 Agustus 2023, rumah yang berantakan menimbulkan kekacauan dan ketika kekacauan dikombinasikan dengan rasa tidak memiliki kendali maka akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk.
Baca Juga:
- Anggota DPRD Makassar Supratman Ingin PSEL Dibangun di Tamangapa, Ini Alasannya
- Rocky Gerung Dilapor ke Polisi, Ketua Paku ITE: Upaya Bungkam Sikap Kritis pada Pemerintah
- Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo Reses di Barrang Caddi, Warga Minta Perbaikan Dermaga dan Pemecah Ombak
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 mengeksplorasi bagaimana pola pikir kita saat berada di dapur yang berantakan bisa menyebabkan pengambilan pilihan makanan yang buruk.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang merasa tidak memiliki kendali atas kekacauan di dapur mereka, mereka akan makan lebih banyak kue.
Rumah yang Rapi Meningkatkan Produktivitas
Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Neuroscience meneliti bagaimana otak manusia memproses lingkungan yang sangat berantakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merapikan lingkungan bisa menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa kapasitas mental Anda yang terbatas digunakan sebaik mungkin.
Saat kita melihat sesuatu yang berantakan, otak mencoba mengidentifikasi informasi paling relevan yang akan membantu mencapai tujuan. Informasi ini disebut “attentional set” atau "perangkat perhatian."
Ketika tujuan kita berubah, otak kita perlu menyingkirkan perhatian sebelumnya dan mengalihkan fokus pada perhatian yang baru. Proses ini dapat menghabiskan kekuatan otak untuk menjadi produktif.
Dalam studi ini, para peneliti meneliti bagaimana otak partisipan bereaksi ketika mereka melihat gambar dari objek yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang mencari jenis objek tertentu (target), otak mereka lebih memperhatikan jenis objek itu dan kurang memperhatikan jenis objek lain (pengalih perhatian) yang sebelumnya penting tetapi tidak lagi karena kurang relevan.
Artinya ketika bidang pandang Anda dipenuhi dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan tujuan, maka otak akan semakin bekerja keras untuk mengalihkan perhatian darinya.
Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan seringkali menyebabkan kita merasa masalah dan menjadi kurang produktif. Kemampuan kita dalam mengerjakan tugas juga menjadi tidak maksimal.
Di sisi lain, jika lingkungan sekitar kita rapi atau minimalis, otak akan terfokus pada hal-hal yang lebih sedikit untuk disaring. Hal ini memungkinkan otak untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk tugas yang ada.
Baca Juga:
- One Two Trees, Komitmen SKK Migas Turunkan Emisi Karbon
- Komunitas Road Bike Gowa Luncurkan Jersey 2023
- Atasi Permasalahan, Perumda Parkir Makassar Edukasi dan Tertibkan Jukir di Indomaret
Para ahli menyarankan kita untuk declutter karena dapat membantu mengatasi depresi, pola makan tidak sehat dan kelelahan. Banyak orang menyatakan efek positif yang paling terasa dari declutter adalah perasaan ringan dan peningkatan produktivitas.