Sejarah Pasar Taman Puring yang Terbakar, Dikenal Tempat Jualan Barang Bermerek Ilegal

Ilustrasi Pasar Taman Puring. (tripadvisor)

MAKASSARINSIGHT.com – Kebakaran hebat terjadi di Pasar Taman Puring yang di Jalan Kyai Maja 37–42, RT007/RW001, Kebayoran, Jakarta Selatan, pada Senin, 28 Juli 2025. Diketahui, kebakaran kali ini bukan yang pertama menimpa Pasar Taman Puring.

Sebanyak 34 unit dan 115 personel pemadam dikerahkan untuk memadamkan api yang membakar sekitar 500 toko di Pasar Taman Puring. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta menyatakan proses pendinginan akibat kebakaran tersebut dimulai pada pukul 20.23 WIB.

“Operasi pemadaman masuk ke tahap pendinginan untuk mengurai material yang mudah terbakar agar tidak menyisakan api maupun asat,” katanya dalam Instagram @humasjakfire, Senin, 28 Juli 2025. 

Baca Juga: 

Sejarah Pasar Taman Puring

Pasar Taman Puring dikenal sebagai salah satu pasar tradisional legendaris di Jakarta Selatan. Dulu, kawasan ini hanya tempat pangkalan oplet dan tempat mangkal para pedagang pikulan. Namun, sejak era 1960-an, taman mulai dipenuhi pedagang kaki lima yang menawarkan barang-barang bekas seperti sepatu, elektronik, pakaian, hingga onderdil kendaraan.

Kemudian, pada tahun 1983, Gubernur DKI Jakarta saat itu secara resmi menetapkan sebagian area taman ini sebagai lokasi berdagang bagi para penjual barang bekas di wilayah Jakarta Selatan.

Sejak saat itu, Taman Puring mulai dikenal sebagai tempat menjual barang selundupan atau barang bekas dari luar negeri. Beragam produk bermerek seperti elektronik, tas, jam tangan, dan sepatu dapat ditemukan di sini dengan harga yang lebih terjangkau.

Dikenal sebagai tempat “berburu harta karun” membuat tempat ini semakin terkenal, meskipun kerap dikaitkan dengan citra negatif akibat dugaan perdagangan barang ilegal. Akan tetapi, pesona Pasar Taman Puring tetap bertahan. Para pencari barang bekas berkualitas terus berdatangan dari berbagai wilayah di Jakarta.

Pasca krisis moneter 1998, banyak warga yang kehilangan pekerjaan lalu beralih menjadi pedagang. Taman Puring pun berkembang menjadi tempat usaha yang ramai, terutama pada akhir pekan. Dari fenomena ini muncul sebutan “Pasar Tunggu,” merujuk pada pedagang yang hanya berjualan saat hari Sabtu dan Minggu.

Seiring waktu, jumlah pedagang terus meningkat hingga memenuhi hampir seluruh area taman. Melihat kondisi tersebut, pemerintah mulai melakukan penataan agar aktivitas perdagangan di kawasan ini dapat berlangsung dengan lebih tertib dan aman.

Keberadaan Pasar Taman Puring disebut-sebut sudah ada sejak tahun 1970, memperkuat statusnya sebagai salah satu pusat perdagangan tertua di ibu kota.

Pasar Taman Puring telah lama dikenal sebagai pusat penjualan barang bekas dan produk bermerek tiruan dengan harga yang ramah kantong, terutama sepatu. Kawasan ini memang sudah terkenal sebagai surga bagi para pencari sepatu murah.

Reputasi tersebut menjadikan Pasar Taman Puring tujuan favorit bagi mereka yang ingin mendapatkan barang berkualitas tanpa harus mengeluarkan banyak uang.

Baca Juga: 

Namun, tidak hanya sepatu yang bisa ditemukan di sini. Berbagai kebutuhan lainnya tersedia, mulai dari barang elektronik, ponsel, aksesori otomotif, hingga pakaian. Bahkan, pasar ini juga dikenal sebagai salah satu tempat berburu piringan hitam atau vinyl, yang menarik perhatian para kolektor dan pecinta musik.

Pasar Tampur pernah mengalami musibah kebakaran pada tahun 2002. Insiden tersebut menghanguskan sekitar 580 kios. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 13 April 2005, kebakaran kembali melanda pasar tersebut, mengakibatkan 80 kios terbakar. Sehingga, Pasar Tampur telah mengalami tiga kali kebakaran, yakni pada 29 Juni 2002, 13 April 2005, dan 28 Juli 2025.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 29 Jul 2025 

Editor: El Putra
Bagikan

Related Stories