Premanisme Kian Marak, Kepastian Hukum Jadi Kunci Jaga Iklim Investasi

Sejumlah pekerja dengan alat berat tengah menyelesaikan proyek pembangunan Tol Serpong Balaraja di kawasan Cilenggang TangSel, Kamis 26 Agustus 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

MAKASSARINSIGHT.com – Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk pembangunan pabrik kimia chlor alkali-ethylene dichloride (CA-EDC) milik PT Chandra Asri Alkali (CAA) di Banten, menjadi sorotan publik. Ini setelah muncul viral dugaan dipalak jatah proyek oleh Kadin Cilegon.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan, maraknya aksi premanisme di sejumlah wilayah Indonesia dinilai sebagai indikator melemahnya sistem hukum. Sesuatu  yang seharusnya menjamin kepastian dan rasa aman bagi pelaku usaha.

Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak serius terhadap iklim investasi, terutama bagi investor asing yang menjadikan kepastian hukum sebagai salah satu pertimbangan utama sebelum menanamkan modalnya.

Baca Juga: 

“Kepastian hukum adalah pondasi utama investasi. Ketika aksi premanisme terus terjadi, itu pertanda sistem tidak berjalan. Investor akan berpikir ulang,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Kamis, 15 Mei 2025.

Ia menilai, pemerintah harus merespons cepat setiap aksi premanisme yang mencuat ke permukaan, termasuk dugaan pemalakan proyek-proyek strategis nasional (PSN). Penegakan hukum yang tegas, adil, dan tidak pandang bulu menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan dunia usaha.

“Premanisme tidak akan tumbuh jika hukum ditegakkan. Pemerintah harus hadir memastikan sistem hukum berjalan baik, dari pusat hingga daerah,” tegasnya.

Dampak Langsung ke Investasi

Menurutnya, persepsi investor luar negeri sangat sensitif terhadap aspek keamanan dan kepastian hukum. Ketika muncul kasus pemalakan, pemerasan, atau intervensi non-formal terhadap proyek-proyek besar, hal ini akan langsung memengaruhi minat investasi.

“Bukan hanya investor baru yang akan pikir-pikir, tapi yang sudah berinvestasi pun bisa mempertimbangkan relokasi, misalnya ke Vietnam atau Thailand yang dianggap lebih stabil,” ujarnya.

Ia juga mendorong aparat penegak hukum untuk tidak ragu menindak aktor-aktor yang terlibat dalam praktik premanisme, termasuk jika melibatkan oknum dari lembaga formal atau organisasi lokal.

Banyak Aksi di Luar Koridor

Sebelumnya, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu mengaku kecolongan atas viralnya premanisme salah satu  pelaksana proyek strategis nasional (PSN) di Kota Cilegon. Kasus yang diduga untuk meminta jatah proyek senilai Rp5 triliun tanpa melalui proses tender.

Todotua mengatakan, pihaknya menyesali banyak hal-hal yang terjadi di luar koridor dan mekanisme investasi yang seharusnya. Namun sayangnya dalam pertemuan tersebut Todotua tak menyebut apakah video yang beredar benar oknum Kadin Indonesia atau tidak.

Sembari menunggu proses investigasi, pihaknya akan membuat kemitraan usaha. Di mana pemerintah akan memberikan dukungan insentif terhadap investasi-investasi yang masuk di dalam negeri.

Tujuannya, dengan adanya relaksasi dapat menghasilkan investasi yang mampu menyerap tenaga kerja maupun para menyejahterahkan pelaku usaha daerah.

Baca Juga: 

Proyek Dipalak Candra Asri Minta Maaf

Meskipun menjadi korban pemalakan, Direktur Legal dan External Affair Candra Asri Edi Rivai menyampaikan permohonan maaf atas kegaduhan yang sempat terjadi dalam proses awal pelaksanaan proyek.

Harapannya, ke depan seluruh tahapan dapat berjalan lancar dan sesuai jadwal. Serta mencerminkan kolaborasi dan inovasi antara pelaku usaha dan pemangku kepentingan.

Selain itu, Chandra Asri menegaskan pentingnya menjaga kepatuhan (compliance) terhadap regulasi, sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap tata kelola yang baik.

"Chandra Asri menegaskan komitmennya untuk terus berinvestasi di Indonesia, serta berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga mencapai target 8 persen,"jelasnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 15 May 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan
Isman Wahyudi

Isman Wahyudi

Lihat semua artikel

Related Stories