Mengenal Istilah Gen Z Stare yang Kini Sedang Ramai di Media Sosial

Ilustrasi Gen Z di tempat kerja. (Freepik)

MAKASSARINSIGHT.com – Istilah baru yang disebut “Gen Z Stare” tengah menarik perhatian di media sosial. Di lingkungan kerja, sejumlah perusahaan mulai mengkhawatirkan kemampuan komunikasi langsung dari generasi ini.

Menurut International Business Times, Gen Z Stare menggambarkan ekspresi kosong dan tanpa reaksi yang sering muncul saat mereka menerima pertanyaan-pertanyaan rutin. Ekspresi ini biasanya terlihat saat Gen Z diminta melakukan hal sederhana, seperti mencatat pesanan atau menjawab pertanyaan seputar pekerjaan.

Ekspresi ini paling sering terlihat pada pekerja di bidang layanan pelanggan. Menurut KnowYourMeme, penyebutan pertama tentang Gen Z Stare muncul di TikTok pada 29 Juli 2024, melalui unggahan dari akun @meghan.alessi.

Baca Juga: 

Namun, pembahasan mengenai tatapan ini mulai menjadi tren di berbagai platform media sosial pada pertengahan tahun 2025. Tatapan yang kerap disamakan dengan ekspresi “rusa tertangkap lampu sorot” ini terlihat pasif dan tanpa emosi, sementara makna di baliknya masih menjadi bahan perdebatan online.

Sebagian orang menganggapnya sebagai respons atas komentar yang dianggap bodoh. Ada juga yang menyamakan tatapan tersebut dengan proses “buffering,” jeda sejenak yang dibutuhkan untuk memahami pertanyaan yang diajukan.

Banyak yang menyalahkan meningkatnya waktu layar sebagai penyebab melemahnya keterampilan sosial. Namun, ada pula yang melihatnya sebagai gejala kelelahan akibat bekerja di sektor ritel dan perhotelan yang menuntut, namun sering kali bergaji rendah.

Dilansir dari Black Enterprise, meski istilah ini menuai perdebatan di dunia maya, para pelaku industri layanan justru menyuarakan kekhawatiran nyata. Sejumlah studi menunjukkan bahwa 18% manajer pernah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri karena stres yang ditimbulkan saat merekrut karyawan dari generasi Gen Z.

Sebanyak 52% manajer menyatakan bahwa kehadiran karyawan Gen Z memicu ketegangan di tempat kerja dengan staf yang lebih senior, sementara 27% lainnya mengakui bahwa mereka sengaja menghindari merekrut anggota dari generasi tersebut.

Kekhawatiran umum terhadap generasi ini mencakup kurangnya inisiatif dan profesionalisme, dua kualitas penting dalam peran yang berhubungan langsung dengan pelanggan, seperti di bidang perhotelan dan ritel, di mana kemampuan komunikasi dan interpersonal sangat dibutuhkan.

Jika pelanggan merasa bahwa staf bersikap dingin atau tidak tertarik, hal itu dapat berdampak buruk pada bisnis dan penjualan, sehingga membuat sebagian pemberi kerja ragu untuk merekrut karyawan dari Gen Z.

Akar permasalahan keterampilan sosial Gen Z banyak dikaitkan dengan pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Survei tahun 2024 mengungkapkan bahwa 51% anggota Gen Z merasa kemampuan sosial mereka menurun akibat terbatasnya interaksi langsung, dibandingkan dengan 47% milenial, 37% Gen X, dan hanya 26% dari generasi Baby Boomer.

“Meski soft skill seperti komunikasi, manajemen waktu, dan kerja tim sangat penting, perlu dipahami bahwa lulusan baru, terutama dalam beberapa tahun terakhir memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut melalui metode tradisional seperti magang atau kerja tatap muka, sebagian besar karena dampak pandemi,” ujar Huy Nguyen, penasihat utama pendidikan dan pengembangan karier di Intelligent.com.

Banyak anggota Gen Z menyelesaikan pendidikan sekolah menengah mereka selama masa lockdown, sehingga mereka cenderung lebih menyukai sistem pembelajaran online.

Menurut Mark McCrindle, riset menunjukkan Gen Z juga lebih memilih berbelanja online dan lebih nyaman berinteraksi dengan chatbot dibanding berbicara dengan staf call center untuk menyelesaikan masalah layanan pelanggan. “Mereka memang lebih menyukai efisiensi komunikasi lewat teknologi,” ujarnya.

“Namun, dalam pekerjaan mereka, mereka diharuskan untuk berinteraksi langsung secara tatap muka. Ketika interaksi itu terjadi dengan generasi yang lebih tua, di situlah terkadang kesenjangan antar generasi mulai tampak jelas,” katanya.

Sementara, dosen psikologi dari Edith Cowan University, Shane Rogers, menyatakan bahwa belum ada bukti ilmiah yang pasti bahwa masa lockdown menyebabkan penurunan keterampilan sosial.

Dilansir dari ABC News, Gen Z umumnya didefinisikan sebagai mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.

Baca Juga: 

Menurut Stanford Report, karakteristik utama generasi ini meliputi kelompok pertama yang tumbuh tanpa pernah mengalami dunia tanpa internet, mereka menghargai fleksibilitas dan keberagaman, serta banyak dari mereka menghabiskan masa remaja hingga dewasa muda di tengah pembatasan akibat pandemi COVID-19.

Peneliti sosial Mark McCrindle menyebutkan, Gen Z kini mencakup sekitar 30% dari angkatan kerja dan sekitar setengah dari tenaga kerja paruh waktu di sektor ritel. Hal inilah yang diyakininya sebagai alasan mengapa Gen Z Stare kerap dikaitkan dengan generasi tersebut.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 17 Jul 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan
Isman Wahyudi

Isman Wahyudi

Lihat semua artikel

Related Stories