Lawan Perang Tarif Trump, Begini Respons Berbagai Negara di Dunia

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato tentang tarif di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, DC, AS, 2 April 2025. (Reuters/Carlos Barria)

MAKASSARINSIGHT.com - Kebijakan tarif tinggi yang kembali digencarkan Presiden AS Donald Trump tengah mengguncang perekonomian global. Tidak hanya memicu pelemahan nilai tukar negara-negara berkembang seperti Indonesia, langkah ini juga mengundang respons keras dari berbagai negara mitra dagang utama Amerika Serikat, mulai dari China, hingga Kanada, dan Uni Eropa.

Perlawanan China

Tarif yang dikenakan AS mencakup 25% untuk mobil impor, baja, dan aluminium, serta tambahan 20% untuk barang-barang dari China. Total tarif terhadap produk China kini telah mencapai 54%. 

Menanggapi hal ini, China bersiap menerapkan tarif 34% mulai 10 April 2025, menargetkan sektor-sektor strategis seperti batu bara, LNG, minyak mentah, mesin pertanian, mobil besar, hingga komoditas pangan seperti ayam, babi, kedelai, dan daging sapi asal AS. 

Baca Juga: 

"Pemerintah China dengan tegas mengecam dan menentang keras tindakan tersebut. Dengan menggunakan tarif sebagai senjata untuk memaksakan tekanan ekstrem dan mengejar kepentingan pribadi, AS menunjukkan perilaku unilateralisme, proteksionisme dan perundungan ekonomi," tegas Pemerintah China dalam keterangan resminya dilansir chinadaily, Selasa, 8 Maret 2025

Langkah ini jelas memperlihatkan bahwa China tidak akan tinggal diam menghadapi tekanan ekonomi dari Washington.

Respons Kanada

Sementara itu, Kanada juga menunjukkan sikap tegas. Perdana Menteri Mark Carney menegaskan bahwa Kanada akan "melawan tarif AS" dan berkomitmen membangun ekonomi G7 terkuat. 

Meski Kanada masih bebas dari tarif dalam skema USMCA (perjanjian dagang AS-Meksiko-Kanada), sejumlah produk tetap dikenai tarif 25% untuk baja dan 10% untuk kalium serta energi. Kanada pun bersiap menjalin aliansi dengan negara-negara G7 lainnya untuk menghadapi agresivitas tarif AS.

Langkah Eropa

Dari benua Eropa, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa Uni Eropa (UE) tidak tinggal diam dalam menghadapi kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. 

Sebagai langkah awal, UE tengah menyusun paket balasan yang diawali dengan pengenaan tarif sebesar 20 persen terhadap produk baja asal AS. Namun, von der Leyen menegaskan tindakan ini baru permulaan. 

Jika perundingan antara kedua pihak mengalami kebuntuan dan tidak menghasilkan kesepakatan yang adil, UE telah menyiapkan opsi lanjutan yang jauh lebih luas.

Paket lanjutan tersebut diperkirakan akan mencakup berbagai sektor strategis lain yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan transatlantik, termasuk sektor otomotif, pertanian, dan teknologi. 

Langkah ini mencerminkan komitmen UE untuk melindungi kepentingan ekonomi dan industri domestik Eropa dari dampak negatif perang dagang, sekaligus menegaskan bahwa blok tersebut siap bersikap tegas terhadap kebijakan uniliteral yang merugikan mitra dagangnya.

Diplomasi Vietnam

Menariknya, respons Vietnam justru mengambil jalur negosiasi terbuka. Dikenai tarif 46% oleh AS, Vietnam menyatakan siap memangkas tarif impor untuk produk-produk AS sebagai langkah kompromi. Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, To Lam, bahkan berbicara langsung via telepon dengan Presiden Trump. 

"Pada saat yang sama Lam mengusulkan agar AS menerapkan tarif pajak yang sama terhadap barang-barang yang diimpor dari Vietnam," ungkap keterangan resmi pemerintah Vietnam.

Trump menyebut percakapan tersebut “sangat produktif” dan mengisyaratkan bahwa kesepakatan mungkin tercapai dalam waktu dekat, termasuk kemungkinan penghapusan tarif secara bilateral. 

"Baru saja melakukan panggilan telepon yang sangat produktif dengan To Lam, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, yang memberi tahu saya bahwa Vietnam ingin memangkas tarif mereka hingga nol jika mereka mampu membuat kesepakatan dengan AS," tulis Trump di platform sosial Truth miliknya, dilansir Reuters.

Lam mengusulkan agar tarif AS terhadap Vietnam setara dengan negara lain, demi asas kesetaraan. Trump bahkan menerima undangan untuk berkunjung ke Vietnam, menunjukkan peluang diplomasi terbuka.

Baca Juga: 

Dampak Langsung ke Indonesia

Ketegangan perdagangan ini turut berdampak pada pasar keuangan negara-negara berkembang. Di Indonesia, sentimen risk-off selama libur Lebaran memicu pelemahan nilai tukar rupiah. 

Rupiah ditutup melemah 69 poin atau 0,41% ke level Rp16.891 per dolar AS, sementara kurs JISDOR juga melemah dari Rp16.566 menjadi Rp16.849. 

Di tengah krisis tarif global yang semakin meluas, negara-negara mulai memperkuat kerja sama bilateral, merancang balasan strategis, atau justru membuka jalur diplomasi baru untuk mengamankan kepentingan ekonomi mereka.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 09 Apr 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan

Related Stories