Ini Sejarah Perubahan Seragam TNI dari Malvinas ke Green Sage

Seragam baru TNI dengan corak Green Sage (null)

MAKASSARINSIGHT.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI)  melakukan penggantian seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) yang digunakan prajurit dari seluruh matra. Loreng Malvinas yang telah digunakan puluhan tahun akhirnya diganti model Sage Green. Apa perbedaan keduanya dan bagaimana sejarahnya masing-masing.

Motif loreng lama yakni Loreng Malvinas telah dipakai oleh TNI sejak 1982. Motif ini terinspirasi dari Perang Falkland atau yang juga dikenal sebagai Perang Malvinas. Perang  antara Inggris dan Argentina.

Motif loreng Malavinas didominasi oleh tiga warna utama, yakni hijau tua, cokelat tua, dan krem. Seragam loreng ini telah menjadi saksi perjalan panjang TNI, mulai dari operasi di Timor Timur, operasi di Aceh. 

Juga dipakai oleh prajurit TNI ketika penugasan sebagai pasukan perdamaian dunia. Secara warna Malvinas memang cocok untuk kondisi geografi Indonesia yang didominasi warna hijau pepohonan.

Baca Juga: 

Sejarah Green Sage

Tetapi TNI tampaknya melihat Green Sage kini lebih sesuai untuk digunakan. Corak ini juga memiliki sejarah panjang.

Green Sage dalam militer bukanlah satu warna tunggal, melainkan diwakili warna zaitun Olive drab (OD green) dan kemudian Army Green Uniform (AGU). Warna zaitun kusam atau olive drab muncul pada awal abad ke-20 karena kamuflasenya yang sangat baik di lingkungan alami. 

Corak ini menjadi warna pokok selama Perang Dunia II karena efektivitasnya dalam menyembunyikan tentara dan peralatan, serta menjadi warna universal untuk seragam dan peralatan hingga diperkenalkannya pola kamuflase BDU pada tahun 1980-an. 

Angkatan Darat Amerika kemudian mengadopsi  Army Green Uniform  pertama sebagai seragam semi-formal standar pascaperang pada tahun 1950- an, meskipun hal ini berbeda dari tujuan kamuflase Green OD. Olive Drab dirancang khusus untuk membaurkan tentara dan peralatan mereka ke dalam berbagai lingkungan alami untuk  memberikan kamuflase yang efektif. 

TNI dengan seragam corak Malvinas

Sementara AGU  merupakan inisiatif pasca-Perang Dunia II untuk menciptakan sistem seragam dinas yang stabil dan konsisten untuk dikenakan sepanjang tahun. Fokusnya pada proyeksi identitas dan keandalan, alih-alih kamuflase. 

Secara resmi diadopsi pada tahun 1954 dan menjadi pakaian semi-formal wajib setelah masa transisi di Amerika. Jika melihat warna yang digunakan TNI mengadopsi seragam Army Green Uniform. 

Sebelum Malvinas

Di Indonesia, sebelum penggunaan mode Malvinas, TNI telah mengenal dan menggunakan berbagai motif loreng sejak era pasca-kemerdekaan. Pada dekade 1960-1970-an, penggunaan loreng belum terstandardisasi secara nasional. 

Setiap matra dan kesatuan kerap menggunakan variasi corak masing-masing, seperti loreng hutan tropis, loreng macan tutul, hingga pola sederhana campuran hijau dan cokelat. Variasi tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan taktis satuan, misalnya pasukan komando darat, marinir, maupun pasukan udara.

Barulah pada 1982, TNI menetapkan motif Loreng Malvinas sebagai seragam lapangan standar nasional. Keputusan ini menandai era baru di mana seluruh prajurit TNI dari tiga matra menggunakan satu identitas loreng yang sama.

Meski demikian sejumlah satuan khusus tetap memiliki corak loreng khas mereka masing-masing. Hal ini menjadi identitas sekaligus pembeda fungsi dan karakter setiap satuan elite di lingkungan TNI. 

Sebagai contoh  Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menggunakan loreng bercorak merah-hitam dengan dasar hijau dan krem atau sering dikenal sebagai loreng darah. Sementara  Kopasgat TNI AU menggunakan loreng dengan kombinasi warna hijau, cokelat, dan krem untuk mendukung operasi darat maupun udara.

Baca Juga: 

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) juga menggunakan seragam berbeda. Yakni menggunakan loreng dengan dasar warna hijau, cokelat, dan hitam. Motif ini memberikan kemampuan kamuflase tinggi di medan operasi darat, khususnya hutan tropis yang menjadi karakteristik utama geografi Indonesia.

Loreng yang digunakan Korps Marinir TNI Angkatan Laut memiliki corak unik berupa kombinasi hijau, cokelat, hitam, dan krem dengan pola bulat besar. Motif ini mencerminkan identitas Marinir sebagai pasukan amfibi yang siap bertempur di darat, laut, maupun pesisir.

Belum jelas apakah penggunaan loreng di pasukan khusus akan tetap berbeda atau ikut menggunakan Green Sage. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Amirudin Zuhri pada 06 Oct 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan

Related Stories