Ekonomi & Bisnis
Ini Sejarah Industri Kecantikan dari Masa ke Masa di Indonesia
MAKASSARINSIGHT.com – Dulu, sebelum berkembangnya industri kecantikan, perempuan Indonesia memiliki tradisi khusus dalam merawat wajah, tubuh, dan merias. Mereka memanfaatkan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di alam sekitar dan lingkungan tempat tinggal.
Misalnya, menggunakan sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, serta tanaman dan bunga kerap untuk perawatan.
Tomat dipercaya mampu mencerahkan dan menghaluskan kulit, sementara lidah buaya sering dipakai untuk menjaga kelembapan dan elastisitas kulit maupun rambut, dan masih banyak lagi bahan alami lainnya yang dimanfaatkan dalam perawatan tradisional.
Baca Juga:
- Data Pemerintah dan IMF Soal Jumlah Pengangguran Beda, Siapa yang Bisa Dipercaya?
- BRI Dorong Potensi UMKM, Batik Parang Kaliurang Jadi Sorotan
- Universitas Hasanuddin Jadi Tuan Rumah Program AFTECH INFINITY Goes to Campus 2025
Di Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil rempah-rempah terbesar di dunia, tradisi perawatan kulit telah dikenal sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita memiliki beragam kebiasaan dalam merawat diri yang berbeda-beda. Tiap suku bangsa memiliki gaya rias dan metode perawatan wajah yang unik.
Dalam kebudayaan Jawa, misalnya, tanaman-tanaman kerap dimanfaatkan sebagai bahan dasar pengobatan dan perawatan kulit. Hal ini dibahas dalam naskah Rukmini-tatwa atau Indrani-prawala yang disusun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Buku tersebut memuat sejarah panjang tradisi jamu dan pengobatan herbal di lingkungan masyarakat Jawa.
Dulu, para putri keraton menjalani perawatan kecantikan secara rutin, salah satunya dengan menggunakan lulur yang terbuat dari campuran beras dan bunga. Perawatan ini dipercaya dapat membuat kulit tampak halus dan bercahaya, sekaligus membantu memperlambat proses penuaan.
Di Gorontalo, terdapat tradisi serupa yang dikenal dengan sebutan Mohibadaa. Tradisi ini melibatkan penggunaan masker berbahan dasar rempah-rempah, seperti kencur, bangle, kunyit, atau alawahu. Mohibadaa umumnya dilakukan sebagai bagian dari ritual menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Di suku Bugis, perawatan kulit tradisional dilakukan dengan menggunakan bedak Tettu. Bedak ini diyakini mampu melindungi kulit dari sengatan matahari, mencegah keriput, serta mengatasi jerawat.
Bedak Tettu memiliki kemiripan dengan bedak dingin, terbuat dari campuran beras yang ditumbuk bersama kunyit dan temulawak hingga halus. Setelah dikeringkan di bawah sinar matahari, bedak ini kemudian digunakan sebagai riasan harian.
Ragam tradisi tersebut menunjukkan bagaimana perempuan Indonesia menjaga kecantikannya dengan memanfaatkan bahan-bahan alami dari alam sekitar. Namun, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tradisi-tradisi ini mulai tergeser.
Lambat laun, mulai bermunculan formula baru yang menggabungkan unsur alami dengan bahan kimia. Memasuki era 1990-an, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan perawatan kulit berlapis—seperti penggunaan toner, pembersih, dan pelembap. Periode ini menjadi tonggak awal kebangkitan industri kosmetik modern di tanah air.
Sebelum hadirnya kosmetik modern, perempuan Indonesia lebih dahulu mengandalkan perawatan tradisional. Kosmetik modern mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1930-an, saat masa penjajahan Hindia Belanda.
Pada masa itu, berbagai produk kosmetik dalam kemasan modern mulai bermunculan, baik yang diproduksi oleh perusahaan milik orang Eropa maupun Tionghoa, seperti bedak Face Friend, Virgin, Ayoe, Mei Lan Fang, dan Tjap Dewa.
Perkembangan industri kosmetik modern di Indonesia semakin pesat dengan kehadiran Unilever, yang berdiri pada 5 Desember 1933 dengan nama Zeepfabrieken NV Lever. Awalnya, perusahaan ini memproduksi sabun di Pabrik Angke, Jakarta.
Kemudian, pada tahun 1941, Unilever mulai memproduksi produk kosmetik melalui pabrik Colibri NV di Surabaya, dengan produk unggulan seperti Pond’s dan Hazeline Snow yang sangat digemari oleh kaum perempuan.
Memasuki awal 1960-an, ragam produk kosmetik di Indonesia semakin beragam. Produk-produk tersebut berasal dari perusahaan lokal maupun impor. Kosmetik impor yang populer antara lain Avon, Max Factor, Orlane, dan Christian Dior. Sementara merek lokal yang banyak dikenal di pasaran meliputi Viva, Fanbo, dan Kelly.
Adapun, sebelum industri kecantikan Indonesia diramaikan oleh nama-nama besar seperti Sariayu, Mustika Ratu, Wardah, maupun merek-merek dari luar negeri seperti Korea, telah lebih dahulu perusahaan kosmetik lokal yang memiliki kualitas unggul, yaitu PT Vitapharm.
Kehadiran Sariayu, Mustika Ratu, Wardah, dan Viva turut memperkaya memori serta pengalaman konsumen terhadap merek-merek asli Indonesia.
Latar belakang sejarah, pencapaian perusahaan, serta nilai-nilai lokal yang tercermin dalam produk-produk tersebut turut memperkuat citra bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri kecantikan.
Viva Cosmetics menjadi merek kosmetik pertama yang menyandang label ‘Made in Indonesia,’ sebagai bentuk komitmennya dalam menghadirkan produk kecantikan berkualitas yang diproduksi di dalam negeri.
Didirikan pada tahun 1962 di Surabaya, perusahaan ini awalnya bernama PT General Indonesian Producing Centre. Dua tahun kemudian, pada 1964, namanya berubah menjadi PT Paberik Pharmasi Vita, dan akhirnya resmi dikenal sebagai PT Vitapharm sejak tahun 1998.
Sebagai perusahaan kosmetik tertua Indonesia, Viva Cosmetics telah menempuh berbagai langkah strategis demi mempertahankan visinya sebagai merek kosmetik tropis terpercaya di tingkat global.
Selama bertahun-tahun, perusahaan ini terus berinovasi melalui peningkatan mutu produk, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta penyesuaian strategi pemasaran dan distribusi.
Beberapa tahun setelahnya, hadir produk kecantikan lain. Membangun merek Sariayu bukan proses instan. DR. (H.C.) Martha Tilaar memulainya dengan membuka salon kecantikan bernama Martha Salon di Jalan Tosari, Menteng, pada tahun 1970.
Setelah melewati perjalanan penuh tantangan, tujuh tahun kemudian, kecintaannya terhadap budaya dan tradisi Indonesia menginspirasinya untuk menciptakan merek kosmetik sendiri, yakni Sariayu.
Didirikan pada tahun 1977, Sariayu lahir dari riset mendalam yang dilakukan Martha terhadap naskah-naskah kuno dari Keraton Yogyakarta. Dari sana, ia mempelajari berbagai metode perawatan dan rahasia kecantikan para bangsawan Jawa.
Dalam prosesnya, ia juga bekerja sama dengan ahli antropologi guna memahami nilai-nilai historis dan budaya kecantikan Timur.
Martha meyakini bahwa keberhasilan sebuah produk terletak pada riset, tradisi, pemilihan bahan, dan pemahaman pasar. Selain itu, ia juga menyadari bahwa inovasi adalah elemen penting untuk menjaga relevansi produknya di tengah perubahan zaman.
Pada tahun 1987, terinspirasi oleh tradisi dan budaya Indonesia, Martha Tilaar meluncurkan inovasi berupa koleksi tren warna Sariayu. Dengan tema yang berganti setiap tahun, ia berupaya memperkenalkan keindahan Indonesia kepada dunia melalui ragam warna yang memikat.
Hingga kini, Sariayu terus mempertahankan konsistensinya dalam menghadirkan Sariayu Color Trend yang khas, menarik, dan mampu bersaing lintas generasi, sekaligus tetap relevan dengan perkembangan industri kecantikan masa kini.
Usai munculnya Sariayu, industri kecantikan Indonesia menghadirkan produk baru yaitu Mustika Ratu. PT Mustika Ratu (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang jamu dan kosmetik, didirikan pada 14 Maret 1978. Perusahaan ini berawal dari usaha rumahan yang dirintis oleh Mooryati Soedibyo di garasi rumahnya.
Seiring waktu, usaha tersebut berkembang menjadi sebuah perseroan terbatas. Saat ini, kantor pusat PT Mustika Ratu Tbk berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 74-75, Jakarta Selatan.
Mustika Ratu selalu berpegang teguh pada komitmennya untuk menyediakan produk-produk yang aman, berkualitas tinggi, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Perusahaan ini mengandalkan bahan-bahan alami terbaik dari alam Indonesia sebagai komponen utama dalam pengembangan produknya.
Selain memberikan manfaat bagi kecantikan dan kesehatan, produk-produknya juga dirancang agar tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Produk-produk unggulan seperti Minyak Zaitun Mustika Ratu dan masker bengkoang telah lama menjadi pilihan favorit konsumen, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mustika Ratu juga sukses menembus pasar ekspor ke sejumlah negara seperti Malaysia, Brunei, dan kawasan Timur Tengah, yang membuktikan mutu serta daya saing produk lokal Indonesia di tingkat global.
Masuknya budaya Korea atau fenomena Korean Wave ke Indonesia menjadi salah satu tren yang membawa pengaruh besar, terutama di kalangan perempuan Indonesia.
Budaya populer yang masuk ke industri hiburan umumnya menyebarkan elemen-elemen yang mudah diterima dan diadopsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Budaya tersebut memperoleh pengaruh besar melalui media massa yang digunakan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.
Korean Wave atau Hallyu menjadi salah satu bentuk kekuatan lunak (soft power) milik Korea Selatan, berupa diplomasi budaya yang secara tidak langsung menyebar ke berbagai negara melalui produk budaya seperti drama televisi, program musik, film.
Serta berbagai instrumen budaya lainnya yang memungkinkan dapat diterima oleh negara lain, yang tentunya memiliki pengaruh terhadap peningkatan perekonomian Korea Selatan
Di Indonesia, budaya Korea Selatan mulai dikenal sekitar tahun 2002, ditandai dengan penayangan drama Korea di stasiun televisi swasta. Seiring waktu, pengaruh budaya Korea tidak hanya terbatas pada drama televisi, tetapi juga meluas ke musik (K-pop), kuliner, gaya hidup, hingga produk kecantikan.
Hal ini diperkuat oleh data dari Kementerian Keamanan Obat dan Makanan Korea Selatan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2017, nilai ekspor produk kecantikan Korea meningkat sebesar 36,6%, dari 2,9 triliun Won menjadi 3,92 triliun Won.
Istilah untuk menggambarkan tren kosmetik asal Korea Selatan yang booming adalah K-beauty atau Korean beauty. Istilah ini merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan kosmetik Korea, baik dari sisi produk maupun bisnisnya.
Baca Juga:
- PORDASI Gandeng Prancis, Teken Kerja Sama Strategis di Hadapan Prabowo dan Macron
- Fokus Pendanaan Jangka Panjang, BRI Optimalkan CASA
- IKA Magister Pendidikan Dasar Unibos Terbentuk, Siap Berkontribusi untuk Kemajuan Pendidikan di Makassar
Seiring waktu, kepopuleran Korea Selatan di Indonesia juga merambah ke industri kecantikan. Banyak artis Korea yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia, terutama kalangan wanita, sehingga muncul keinginan untuk memiliki kulit wajah dan tubuh seperti artis Korea.
Kondisi ini menjadi pintu masuk bagi gelombang Korean Wave dalam memengaruhi pasar kecantikan di Indonesia.
Dari sisi nilai yang ditawarkan, produk kosmetik asal Korea Selatan berhasil menarik perhatian perempuan Indonesia yang menyukai K-beauty dan menjadikannya bagian dari rutinitas perawatan kulit mereka. Dengan menonjolkan penggunaan bahan-bahan alami, K-beauty mendapat tempat istimewa di hati konsumen Indonesia yang semakin sadar atas isu lingkungan dan gaya hidup sehat.
Merek-merek seperti Laneige, Etude House, Nature Republic, hingga Innisfree menjadi nama yang familiar, khususnya di kalangan beauty enthusiasts.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 04 Jun 2025