Ini Daftar Layanan E-commerce yang Tutup di Indonesia

Ilustrasi e-commerce. (Freepik)

MAKASSARINSIGHT.com – Electronic Commerce atau e-commerce, adalah kegiatan jual beli atau transaksi yang dilakukan melalui media elektronik (internet). Kemunculan e-commerce memberikan peluang baru bagi semua pihak, baik konsumen maupun produsen atau pebisnis.

Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, dulu, aktivitas jual beli hanya dapat dilakukan secara langsung di suatu tempat, namun sekarang, transaksi tersebut bisa dilakukan dengan mudah dan praktis secara online, tanpa terbatas oleh waktu dan lokasi, serta dapat dilakukan di mana saja.

Namun, tidak semua layanan e-commerce yang muncul di Indonesia bertahan, karena beberapa tahun terakhir, beberapa platform e-commerce telah menghentikan operasionalnya.

Baca Juga: 

Seperti halnya Bukalapak yang resmi mengumumkan penutupan layanan marketplacenya, yang selama ini berfungsi sebagai platform untuk penjualan berbagai produk fisik.

Perusahaan menyatakan, keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya transformasi untuk lebih fokus pada penjualan produk virtual, seperti pulsa, token listrik, dan pembayaran tagihan. Langkah ini dianggap sebagai respons terhadap tren pasar dan kebutuhan digital yang terus berkembang pesat.

Adapun, selain Bukalapak, terdapat beberapa layanan e-commerce yang juga menutup layanannya. Apa saja? Yuk, simak artikel berikut!

1. Elevania

Elevenia merupakan marketplace yang resmi diluncurkan pada Maret 2014. Platform ini dikelola oleh PT XL Planet, sebuah perusahaan hasil kerja sama antara PT XL Axiata Tbk dan SK Planet dari Korea Selatan. Produk yang tersedia di Elevenia pun cukup beragam.

Pada awal peluncurannya, Elevenia sempat menjadi salah satu platform belanja daring terbesar di Indonesia berdasarkan volume penjualan. Namun, kejayaannya di pasar domestik hanya bertahan dalam waktu singkat. Marketplace Elevenia resmi menghentikan layanannya pada 1 Desember 2022.

2. Qlapa

Resmi dihentikan pada tahun 2019, empat tahun setelah peluncurannya, Qlapa didirikan pada tahun 2015 oleh Benny Fajarai sebagai CEO dan Fransiskus Xaverius sebagai CTO. Startup ini lahir dengan misi memenuhi kebutuhan dan permintaan akan kerajinan tangan lokal berkualitas.

Qlapa berhasil menjadi platform yang mendukung perkembangan kreativitas lokal dengan menawarkan berbagai produk kerajinan tangan dan handmade, seperti baju batik, tenun, tas kulit, sepatu kulit, dompet kulit, perhiasan, hingga dekorasi rumah, meskipun hanya beroperasi hingga akhir 2018.

3. Blanja.com

E-commerce Blanja.com resmi menghentikan seluruh aktivitas transaksinya mulai 1 September 2020. Platform ini merupakan layanan e-commerce milik Telkom yang dibentuk melalui kerja sama antara Telkom dan eBay, yang mulai beroperasi sejak 2014.

Blanja.com menjadi satu-satunya situs dagang elektronik dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebagai marketplace, Blanja.com berperan dalam memudahkan konsumen untuk berbelanja di platform dagang internasional asal Amerika Serikat, eBay.

Salah satu keunggulan situs ini adalah kemudahan bagi konsumen, karena mereka tidak perlu khawatir tentang biaya tambahan yang harus dibayarkan. Harga total yang tercantum setelah membeli produk dari eBay melalui Blanja.com sudah mencakup pajak, bea cukai, dan ongkos kirim.

Blanja.com juga mendukung pedagang lokal dengan menyediakan kategori asli Indonesia, yang menampilkan berbagai produk dari penjual dalam negeri.

4. Rakuten

Rakuten Belanja Online resmi meninggalkan Indonesia pada 1 Maret 2016. Alasan di balik keputusan ini tidak dijelaskan secara rinci. E-commerce asal Jepang ini menghentikan layanannya setelah lima tahun beroperasi. Penutupan Rakuten disebabkan oleh perubahan model bisnis yang tidak lagi sejalan dengan konsep awalnya.

5. Multiply

Multiply didirikan pada tahun 2003 di Florida, Amerika Serikat, sebagai jejaring sosial yang fokus pada blog, foto, video, musik, dan lainnya. Melihat potensi yang lebih besar, Multiply kemudian mengubah situsnya menjadi platform e-commerce.

Perusahaan ini pindah ke Jakarta pada 2010 dan berganti nama menjadi PT Multiply Indonesia. Mereka juga membuka cabang di Filipina pada 2012. Namun, pada 2013, Multiply mengakui bahwa peralihan dari situs media sosial ke e-commerce tidak berjalan sesuai harapan dan berujung pada kebangkrutan.

6. Cipika

Cipika diluncurkan pada 2014. Sebagai anak perusahaan Ooredoo Group, Cipika fokus pada e-commerce di bidang kuliner, fesyen, dan seni lokal, serta menjadi penghubung antara mitra UKM dan pelanggan, yang mendapat sambutan positif sejak awal operasional.

Pada 2017, Ooredoo Group memutuskan untuk menghentikan operasional Cipika karena kesulitan menemukan model bisnis yang jelas, dengan kekhawatiran bahwa platform tersebut akan berisiko mengalami pembakaran kas tanpa arah yang pasti.

Baca Juga: 

7. JD.id

JD.ID merupakan anak perusahaan dari salah satu e-commerce terbesar di Asia, JD.COM, pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015 dengan misi make the joy happen atau menghadirkan kebahagiaan. JD.ID menawarkan sekitar 12 kategori produk, mulai dari kebutuhan ibu dan anak, perangkat elektronik, hingga produk mewah.

Sebagai pendatang baru, JD.ID mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang awalnya hanya 10.000 SKU pada 2015, meningkat menjadi sekitar 100.000 SKU pada akhir 2016. E-commerce JD.ID resmi menghentikan operasionalnya secara permanen pada 31 Maret 2023.

Itu dia beberapa e-commerce populer yang tutup layanan di Indonesia.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 13 Jan 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan
Isman Wahyudi

Isman Wahyudi

Lihat semua artikel

Related Stories