Komunitas
Ilmuwan Bunyikan Seruling Berusia 12.000 Tahun, Terbuat dari Tulang Burung
MAKASSARINSIGHT.com, TEL AVIV-Para arkeolog telah menemukan koleksi seruling berusia 12.000 tahun yang dibuat dari tulang burung di sebuah situs prasejarah di Israel. Saat dimainkan, artefak tersebut meniru panggilan burung pemangsa tertentu.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan Jumat 9 Juni 2023 di jurnal Scientific Reports, situs yang disebut Eynan-Mallaha atau Ain Mallaha tersebut pernah ditempati oleh Natufian. Sebuah kelompok budaya yang merupakan pemburu-pengumpul terakhir di Levant. Sebuah wilayah yang membentang di sekitar Mediterania timur.
Meskipun para peneliti telah menyelidiki situs tersebut secara ekstensif sejak penemuannya pada 1950-an. Tahun 2022 lalu para arkeolog terkejut menemukan seruling tersebar di antara timbunan 1.100 tulang burung. Dari lebih dari setengah lusin seruling yang digali, yang diukir dari tulang unggas air kecil, hanya satu yang benar-benar utuh. Panjangnya kurang dari 2,6 inci.
"Mereka mungkin beberapa instrumen suara prasejarah terkecil yang dikenal saat ini," kata penulis utama studi Laurent Davin, seorang postdoctoral fellow of archeology di French Research Center di Yerusalem, dikutip Live Science Jumat. "Karena residu oker, kami tahu bahwa itu mungkin dicat merah.”
Baca Juga:
- Hadiah Juara Liga Champions 2022/2023 Bisa Tembus Rp1,3 Triliun
- Pemkot Makassar Jadikan Kontainer Sebagai Pusat Program Jagai Anakta
- Harus Diwaspadai, Ini 5 Risiko Bermain Game Online
Saat dimainkan, seruling menghasilkan suara bernada tinggi yang mirip dengan burung pipit Eurasia (Accipiter nisus) dan kestrel biasa (Falco tinnunculus). Yang terakhir merupakan bagian dari keluarga elang. Orang-orang Natufian secara metodis memilih tulang-tulang ini secara khusus, karena yang lebih besar akan menghasilkan suara yang lebih dalam.
"Orang-orang Natufian memilih tulang-tulang kecil itu karena mereka ingin suaranya seperti ini untuk meniru suara elang," kata Davin. "Ini menunjukkan pengetahuan mereka tentang akustik dan menunjukkan bahwa mungkin ada instrumen lain yang terbuat dari bahan yang mudah rusak."
Untuk mendengar suara itu sendiri, para peneliti membuat replika seruling menggunakan perangkat lunak komputer. Kemudian mengukur analisis spektral suara sampai instrumen menghasilkan suara yang mirip dengan panggilan elang, menurut penelitian tersebut.
"Sangat mengharukan saat saya memainkannya untuk pertama kali dan mendengar suara yang dibuat orang Natuf 12.000 tahun lalu," kata Davin.
Para arkeolog berpikir orang Natufian mungkin menggunakan aerofon saat berburu. Baik untuk membuat musik atau untuk berkomunikasi dengan burung. Orang-orang Natufian menghargai burung, seperti yang terlihat pada banyak ornamen yang dibuat dari cakar yang telah ditemukan di situs tersebut.
"Artefak ini sangat penting karena merupakan satu-satunya instrumen suara yang diidentifikasi dengan jelas dalam prasejarah seluruh Levant dan instrumen suara tertua yang meniru suara burung di dunia," kata Davin. “Mereka memberi tahu kita tentang [penemuan] dan pengetahuan akustik Natufian serta ketepatan teknis mereka. Ini juga memberi kita bukti hubungan Natufian dengan burung pemangsa yang bernilai simbolis, bagaimana mereka berkomunikasi dengan mereka atau bagaimana seruan mereka. terintegrasi dalam musik Natufian."
Baca Juga:
- Cegah Pencemaran Lingkungan, DLH Makassar Siapkan Layanan Pengaduan
- Sosialisasi Perda, Anggota DPRD Makassar Sahruddin Said Tekankan Pentingnya ASI untuk Bayi
- PSM Makassar Kontrak 2 Pemain Asing Baru untuk Musim 2023/2024, Ini Namanya
Namun, alat musik tersebut bukanlah yang tertua di dunia. Penghargaan itu diberikan kepada seruling Neanderthal berusia 60.000 tahun yang ditemukan di dalam gua di Slovenia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 09 Jun 2023