Ekonomi & Bisnis
Harga Minyak Mentah Naik, Salah Satu Penyebabnga Badai Salju Ekstrem di AS
JAKARTA – Harga minyak mentah dunia tercatat naik pada Selasa, 27 Desember 2022. Kenaikan harga minyak mentah merupakan imbas dari kekhawatiran akan datangnya musim dingin di seluruh bagian Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters Selasa,27 Desember 2022, hal ini mempengaruhi logistik dan produksi. Terlebih, pada saat momen libur natal dan tahun baru (Nataru) seperti sekarang.
Minyak mentah Brent naik 0,9% di US$84,65 per barel, sedangkan West Texas Intermediate AS berada di level US$80,41 per barel, alias menguat 1,1%.
Sebagaimana diketahui, Pada akhir pekan lalu, Brent tercatat naik 3,6%, sementara WTI naik 2,7%. Kedua tolok ukur itu mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober. Namun, pasar Inggris dan AS ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal.
"Kekhawatiran atas gangguan pasokan dari badai musim dingin di AS mendorong aksi beli, meskipun volume perdagangan tipis karena banyak pelaku pasar pergi berlibur," kata Kepala Analis Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito seperti dikutip TrenAsia.com.
- Wali Kota Danny Bakal Bangun Sirkuit dan Arena Off Road di Kawasan Untia
- Cek Meteran Pelanggan, Direksi Perumda Air Minum Makassar Temukan Kejanggalan
- Gubernur Sudirman Minta Pj Bupati Takalar Tidak Urus Politik: Langsung Saya Copot
Meski begitu, Saito memperkirakan cuaca AS akan membaik minggu ini, yang berarti reli harga minyak mungkin tidak akan berlangsung terlalu lama.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, badai salju mematikan dilaporkan telah melumpuhkan Buffalo, New York, di tengah perayaan Hari Natal. Situasi itu menjebak pengendara dan pekerja di dalam kendaraan mereka serta.
lantaran badai salju itu, sejumlah maskapai dilaporkan telah membatalkan hampir 2.700 penerbangan AS pada Sabtu sore setelah terkonfirmasi adanya gangguan cuaca dalam operasi bandara di seluruh negara bagian AS.
Sebagai informasi, angin yang sangat dingin dan bertiup pada hari Jumat mematikan listrik dan memangkas energi produksi di seluruh Amerika Serikat, sekaligus menaikkan harga pemanas dan listrik.
Di tengah sentimen terhadap cuaca, pasar juga masih cemas lantaran kemungkinan penghentian produksi minyak dan gas oleh Rusia untuk membalas sanksi barat.
Mengutip laporan kantor berita Rusia,Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak Negeri beruang merah diprediksi bisa saja memangkas produksi minyak sebesar 5% hingga 7% pada awal 2023 untuk mengatasi pembatasan harga.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 27 Dec 2022