Ekonomi & Bisnis
Dampak Pilkada ke Ekonomi Dinilai Tidak Signifikan
MAKASSARINSIGHT.com, JAKARTA - Permata Institute for Economic Research (PIER) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2024 akan mencapai 5,04%. Angka ini lebih rendah dibandingkan target pemerintah yang ditetapkan sebesar 5,2%. Aktivitas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada kuartal IV-2024 diprediksi tidak memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pilkada Kurang Berdampak pada Ekonomi Semester II-2024
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat pada semester kedua tahun 2024. Meskipun Pilkada diharapkan dapat memberikan dorongan, dampaknya dianggap tidak sebesar pengaruh Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 sebesar 5,04%. Namun, di semester kedua kami melihat ada potensi perlambatan. Dampak dari Pilkada terhadap ekonomi nasional relatif lebih kecil dibandingkan Pileg maupun Pilpres,” ungkap Josua dalam media briefing virtual beberapa waktu lalu, dikutip Rabu, 27 November 2024.
Baca Juga:
- Lengkap! Ini Link Lengkap Hasil Quick Count Pilkada 2024
- Hadir di Merauke, AgenBRILink Tingkatkan Akses Keuangan Warga
- BRI Ventures Perkuat Komitmen Sosial dengan Impact Report 2024 di Impact Day
Inflasi Diprediksi Stabil di Kisaran 3%
PIER optimistis tingkat inflasi Indonesia akan tetap terkendali di kisaran 3% hingga akhir tahun 2024. Perkiraan ini sesuai dengan target pemerintah yang berada pada rentang 1,5% hingga 3,5%. Meski demikian, Josua mengingatkan bahwa kebijakan ekstensifikasi cukai dapat memengaruhi daya beli masyarakat.
“Jika pemerintah memperluas barang kena cukai tanpa mempertimbangkan daya beli masyarakat, hal ini berpotensi menekan konsumsi. Namun, dengan asumsi pemerintah menunda kenaikan tarif cukai, inflasi diproyeksikan tetap di bawah 3%,” jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,13%. Secara year to date (Januari-Juli 2024), inflasi mencapai 0,89%, sementara pada bulan Juli terjadi deflasi sebesar 0,18%.
Dampak El Nino Mulai Mereda
Josua juga menambahkan bahwa dampak fenomena El Nino terhadap harga pangan mulai berkurang. Hal ini turut memberikan optimisme bahwa inflasi tidak akan melonjak tajam hingga akhir tahun. Stabilitas harga pangan menjadi salah satu faktor utama yang menjaga tingkat inflasi tetap terkendali.
Tantangan Fiskal: Belanja Tinggi di Tengah Penurunan Penerimaan
Di sisi fiskal, Josua mengungkapkan bahwa belanja pemerintah diperkirakan tetap tinggi, sementara penerimaan negara menghadapi tekanan akibat normalisasi harga komoditas. Kondisi ini berpotensi menyebabkan pelebaran defisit anggaran dalam dua tahun mendatang.
“Kami memprediksi defisit fiskal akan melebar karena tekanan pada penerimaan negara, terutama dari sektor komoditas. Sementara itu, belanja negara tetap berjalan dengan tinggi,” ujar Josua.
Baca Juga:
- Dengan BRIMerchant, Pencairan Dana UMKM Bisa 4 Kali Sehari
- Depan Tim Kemendagri, Perumda Parkir Makassar Paparkan Capaian Target di Tahun 2024
- Pinasthika Creativestival XX Kembali Digelar, Jadi Platform Kolaboratif Antar Aktor-aktor Kreatif
Neraca Perdagangan Tetap Surplus, Namun Menurun
Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia diprediksi akan terus berlanjut, meski dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Moderasi harga komoditas menjadi salah satu penyebab utama penurunan surplus.
Pada Juni 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$2,39 miliar. Surplus ini didukung oleh sektor nonmigas yang mencetak surplus US$4,43 miliar. Namun, defisit di sektor migas sebesar US$2,04 miliar mengurangi total surplus tersebut.
“Kami melihat ada tren penurunan surplus neraca perdagangan, yang juga berkontribusi pada pelebaran defisit transaksi berjalan,” jelas Josua.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 27 Nov 2024