Taruna Ikrar Wakili ASEAN di Abu Dhabi, Dorong Regulasi Obat Global yang Lebih Adil

Senin, 24 November 2025 20:16 WIB

Penulis:El Putra

Editor:El Putra

de56b88f-43d9-45ed-8637-6ec4bf0d8ca1.jpeg
Kepalq BPOM Taruna Ikrar. (IST)

MAKASSARINSIGHT.com, DUBAI — Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., tampil mewakili seluruh negara ASEAN pada International Forum of Pharmaceutical Inspectorates (IFPI) yang digelar di Abu Dhabi, Senin (24/11/2025). Kehadiran Taruna Ikrar menjadi penegasan posisi Indonesia dan ASEAN sebagai kekuatan penting dalam harmonisasi regulasi industri farmasi dunia.

Dalam presentasi berjudul Harmonization of ASEAN Pharmaceutical Regulations, Prof. Taruna menegaskan bahwa ASEAN harus dilihat sebagai satu blok regulatori yang solid, dengan mandat memperjuangkan akses obat yang aman, bermutu, dan terjangkau bagi 670 juta penduduk di kawasan. “BPOM membawa suara ASEAN di panggung global. Kita ingin masyarakat Asia Tenggara mendapatkan obat yang aman, berkualitas, dan terjangkau,” ujarnya.

Ia memaparkan tiga agenda strategis yang diusung Indonesia dan ASEAN, yakni penerapan regulasi berbasis sains dan inspeksi berbasis risiko, percepatan akses obat inovatif dan esensial, serta penguatan rantai pasok dan kemandirian bahan baku obat di kawasan. Menurutnya, perbedaan kemampuan industri dan regulasi antarnegara bukan hambatan, melainkan energi kolektif untuk memperkuat sistem pengawasan bersama.

Baca Juga: 

IFPI menjadi momentum penting ketika ancaman obat palsu dan produk kesehatan ilegal semakin kompleks lintas negara. Prof. Taruna menekankan pentingnya kerja sama global dibandingkan kompetisi sempit antaregulator. “Collaboration beats competition. Kita akan mencapai lebih banyak bila kita bersatu, bukan berjalan sendiri,” ucap ilmuwan farmasi dunia itu, yang mendapat apresiasi luas dari peserta forum.

Posisi BPOM saat ini juga semakin kuat di tingkat global. Indonesia tengah menjalani tahap akhir penilaian WHO-Listed Authority (WLA), sebuah pengakuan internasional yang menempatkan BPOM setara dengan regulator obat kelas dunia. Status ini akan memperkuat mandat Indonesia dalam menentukan standar internasional peredaran obat, vaksin, dan produk farmasi lainnya.

Melalui forum ini, BPOM menginisiasi sejumlah langkah konkret bersama negara ASEAN, seperti pelatihan gabungan inspektur farmasi, pertukaran data dan intelijen obat palsu, sinergi inspeksi CPOB/GMP untuk mempercepat persetujuan obat, hingga pembentukan jaringan inspectorates yang responsif terhadap krisis global. Inisiatif tersebut diyakini mengubah posisi ASEAN dari sekadar pengikut menjadi pemain strategis dalam peta regulasi farmasi dunia.

Baca Juga: 

Di akhir sesi, Prof. Taruna mendapat sambutan positif dan ucapan selamat dari para pemimpin regulator internasional, menandai semakin kuatnya peran Indonesia dalam diplomasi kesehatan global. Bagi sebagian orang, forum seperti IFPI mungkin hanya pertemuan teknis. Namun bagi masyarakat ASEAN, langkah ini menjadi fondasi penting untuk memastikan obat yang mereka konsumsi aman, bermutu, dan hadir tepat waktu.

Melalui mandat ini, Prof. Taruna menegaskan pesan Indonesia kepada dunia: “Kita lebih kuat bila berjalan bersama.” BPOM, atas nama ASEAN, kini membawa misi besar untuk memastikan kesehatan publik global menuju masa depan yang lebih baik. (*)