Pesan Robert Kiyosaki untuk Kelas Menengah: Stop Beli 5 Hal Ini

Sabtu, 02 Agustus 2025 17:00 WIB

Penulis:Isman Wahyudi

Editor:Isman Wahyudi

Robert Kiyosaki.
Robert Kiyosaki. (Twitter.com/@theRealKiyosaki)

MAKASSARINSIGHT.com  –  Robert Kiyosaki penulis buku terlaris “Rich Dad Poor Dad,” dikenal luas karena sering menantang pandangan umum dalam dunia keuangan yang dianggapnya membuat kelas menengah terjebak dalam kondisi ekonomi yang stagnan. Pandangan-pandangannya yang kontroversial telah memicu diskusi di berbagai belahan dunia.

Gagasan utama Kiyosaki menyatakan banyak orang justru mengambil keputusan finansial yang menghambat mereka mencapai kekayaan sejati.

Inti pemikirannya berfokus pada prinsip sederhana namun kuat. “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang, sedangkan orang kaya membuat uang bekerja untuk mereka.”

Baca Juga: 

Filosofi inilah yang menjadi dasar untuk memahami mengapa pola pengeluaran dan jenis pembelian yang dilakukan oleh kelas menengah sering kali menghambat proses membangun kekayaan.

Pendekatan revolusioner Kiyosaki terhadap keuangan berpusat pada definisi yang jelas mengenai aset dan liabilitas. Ia menyatakan, “Aset adalah sesuatu yang memasukkan uang ke dalam kantong saya. Liabilitas adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari kantong saya.”

Kerangka berpikir sederhana ini sepenuhnya mengubah cara seseorang menilai keputusan finansial.

Sementara nasihat keuangan tradisional lebih menekankan pada kekayaan bersih dan pengumpulan aset fisik, Kiyosaki justru memprioritaskan arus kas di atas segalanya. Dalam pandangannya, banyak hal yang dianggap sebagai investasi atau kebutuhan oleh kelas menengah sebenarnya adalah liabilitas yang terus menguras keuangan mereka.

Perubahan cara pandang inilah yang menjelaskan mengapa banyak orang kelas menengah mengalami kesulitan keuangan, meskipun penghasilan mereka cukup baik.

Mereka cenderung membeli hal-hal yang justru mengurangi uang mereka, bukan berinvestasi pada aset yang bisa menghasilkan pendapatan berkelanjutan. Menurut Kiyosaki, kelas menengah harus berhenti membeli lima hal berikut ini.

Dilansir dari New Trader U, benurut Robert Kiyosaki, kelas menengah harus berhenti membeli beberapa hal berikut

1. Berhentilah Membeli Rumah Impian yang Terlalu Besar

Salah satu pandangan paling kontroversial dari Robert Kiyosaki menentang gagasan umum dalam American Dream, yaitu bahwa kepemilikan rumah adalah bentuk pembangunan kekayaan.

Menurutnya, rumah utama yang kita tinggali bukanlah aset, melainkan liabilitas, berlawanan dengan apa yang biasa diajarkan oleh penasihat keuangan.

Hal ini menjadi lebih jelas jika dilihat dari sudut pandang arus kas. Pembayaran cicilan rumah mengalir ke bank, pajak properti dibayarkan ke pemerintah, dan biaya perawatan, perbaikan, serta utilitas terus menguras keuangan.

Meskipun nilai rumah bisa meningkat, keuntungan tersebut hanya bersifat di atas kertas dan tidak menghasilkan pemasukan bulanan kecuali rumah tersebut dijual atau digadaikan kembali.

Kiyosaki tidak mengatakan orang tidak boleh memiliki rumah sama sekali, tetapi ia menyarankan pendekatan yang berbeda. Ia merekomendasikan untuk terlebih dahulu memiliki properti yang menghasilkan pendapatan, seperti rumah sewa, sebelum membeli rumah pribadi.

Properti sewaan bisa memberikan arus kas bulanan sekaligus berpotensi naik nilainya. Setelah memiliki pendapatan pasif yang cukup dari investasi, barulah mempertimbangkan untuk membeli rumah pribadi dengan dana dari aset tersebut.

Pendekatan ini mengajak kita berpikir ulang tentang biaya peluang dari uang muka pembelian rumah. Dana tersebut sebenarnya bisa menghasilkan pemasukan rutin jika diinvestasikan ke saham yang membagikan dividen, properti sewaan, atau bisnis.

2. Berhenti Membeli Mobil Mewah dan Barang Konsumtif 

Kelas menengah sering kali keliru menganggap mengumpulkan barang-barang mewah sama dengan membangun kekayaan. Mobil mahal, kapal, barang bermerek, motor, hingga gawai terbaru mungkin memberikan kepuasan sesaat, namun pada dasarnya hanya membuat uang menjauh dari masa depan finansial kalian.

Lihat saja bagaimana kebanyakan orang kelas menengah membeli mobil, yang sering memilih kendaraan baru atau mahal dengan alasan kebutuhan transportasi. Padahal, mobil cepat sekali mengalami depresiasi nilainya, bahkan langsung turun begitu keluar dari showroom.

Ditambah lagi, cicilan bulanan, asuransi, perawatan, dan biaya bahan bakar menciptakan beban keuangan yang terus-menerus tanpa memberikan penghasilan balik.

Baca Juga: 

Orang-orang kaya justru cenderung memilih mobil yang sederhana namun andal, sementara uang mereka dialokasikan ke investasi yang menghasilkan pendapatan. Mereka memahami fungsi utama mobil adalah alat transportasi, bukan simbol status sosial.

Perbedaan antara mobil bekas yang layak pakai dan mobil mewah adalah bahwa memilih mobil bekas dapat meninggalkan sisa dana yang bisa dialokasikan untuk investasi besar, seperti saham, obligasi, atau peluang usaha.

Prinsip ini juga berlaku untuk pembelian barang konsumtif lainnya. Daripada membeli ponsel terbaru, furnitur mahal, atau barang mewah lainnya, Kiyosaki menyarankan agar uang tersebut digunakan untuk membeli aset yang bisa menghasilkan arus kas.

3. Berhentilah Mengejar Pendidikan Tinggi Tanpa Keuntungan Finansial

Meski Kiyosaki tidak sepenuhnya menolak nilai dari pendidikan, ia mempertanyakan apakah gelar dari perguruan tinggi yang mahal benar-benar memberikan hasil yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh sebagian besar mahasiswa.

Ia menekankan aset paling kuat yang dimiliki seseorang adalah pikirannya. Jika dilatih dengan baik, ia bisa menciptakan kekayaan yang luar biasa.

Namun, sistem pendidikan tradisional terlalu berfokus pada mata pelajaran akademis dan sangat sedikit membekali siswa dengan literasi keuangan. Akibatnya, banyak lulusan yang memiliki gelar, tetapi tidak memahami dasar-dasar seperti investasi, arus kas, pajak, dan cara membangun kekayaan.

Lebih parah lagi, banyak dari mereka lulus dengan utang pendidikan yang besar, yang langsung menimbulkan tekanan finansial.

Kiyosaki lebih menyarankan pendidikan keuangan yang dikendalikan secara mandiri sebagai jalur yang lebih hemat dan efektif untuk membangun kekayaan.

Belajar melalui buku, seminar, bimbingan, dan pengalaman langsung sering kali jauh lebih murah dibanding pendidikan formal, namun memberikan pengetahuan praktis yang bisa langsung diterapkan.

Ia menyarankan agar kita mempelajari hal-hal seperti investasi properti, dasar-dasar pasar saham, cara menjalankan bisnis, dan strategi perpajakan. Ini bukan berarti harus meninggalkan pendidikan formal sepenuhnya, tetapi lebih kepada bersikap cermat dalam memilih jalur pendidikan.

Sebuah gelar bisa saja sangat berharga jika secara langsung meningkatkan potensi penghasilan atau dibutuhkan untuk karier tertentu. Namun, mengejar pendidikan mahal hanya karena tekanan sosial sering kali justru menimbulkan utang tanpa manfaat finansial yang sebanding.

4. Berhentilah Membeli Barang Mewah Hanya untuk Menjaga Penampilan

Tekanan sosial untuk tampil seolah-olah sukses sering membuat banyak keluarga kelas menengah terjebak dalam masalah keuangan, fenomena ini dikenal sebagai ikut-ikutan gaya hidup tetangga. Mereka membeli barang-barang mewah bukan untuk kebutuhan, tetapi demi pencitraan.

Barang-barang seperti mobil mewah, pakaian bermerek, rumah besar di lingkungan elite, dan liburan mahal sering dijadikan simbol status. Meski bisa memperbaiki citra sosial, pengeluaran semacam ini biasanya justru menghambat keberhasilan finansial jangka panjang.

Orang-orang yang benar-benar kaya justru cenderung hidup sederhana dan memfokuskan keuangan mereka pada pembangunan aset, bukan pada pencitraan kekayaan. Mereka menyadari keamanan finansial sejati berasal dari arus kas dan kekayaan bersih, bukan dari tampilan luar.

Seseorang yang mengendarai mobil bekas yang sudah lunas dan mendapatkan dividen dari portofolio investasi yang beragam bisa jadi jauh lebih kaya daripada orang yang menyicil mobil mewah setiap bulan.

Kiyosaki menekankan, kemewahan sejati adalah hasil dari investasi dan pembangunan aset yang nyata. Pola pikir ini menekankan pentingnya membangun kekayaan sesungguhnya terlebih dahulu, bukan sekadar terlihat kaya.

5. Berhenti Membeli Barang Mewah sebelum Membangun Pondasi Aset

Salah satu pengamatan paling mendasar dari Kiyosaki tentang pengelolaan keuangan kelas menengah adalah kecenderungan mereka membeli barang-barang mewah sebelum memiliki aset yang kuat. Ia menyatakan orang kaya membeli barang mewah belakangan, sedangkan orang miskin dan kelas menengah justru membelinya lebih dulu.

Pola ini menjelaskan mengapa banyak orang tetap mengalami kesulitan keuangan meskipun memiliki penghasilan yang cukup baik. Cara berpikir “mewah dulu” melihat barang mahal sebagai hadiah langsung atas kerja keras. Banyak orang merasa pantas membeli sesuatu yang mahal karena mereka telah bekerja keras untuk mendapatkannya.

Sebaliknya, orang kaya menjalankan kebiasaan yang berbeda. Mereka terlebih dahulu membangun aset yang menghasilkan pendapatan, kemudian menggunakan arus kas tersebut untuk membiayai gaya hidup mewah. Dengan cara ini, mereka bisa menikmati hal-hal menyenangkan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.

Untuk lepas dari pola pikir konsumtif ini, seseorang harus belajar menunda kepuasan dan berpikir jangka panjang. Alih-alih langsung membeli liburan mahal atau mobil baru, orang-orang yang bijak akan bertanya pada diri sendiri, bagaimana membangun aset yang cukup kuat untuk menghasilkan pendapatan pasif, sehingga bisa membeli barang mewah tanpa menyentuh modal mereka.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 02 Aug 2025