Rabu, 13 Desember 2023 08:12 WIB
Penulis:Isman Wahyudi
Editor:Isman Wahyudi
MAKASSARINSIGHT.com, JAKARTA - Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terungkap bahwa Myanmar kini telah menggantikan Afghanistan sebagai produsen opium terbesar di dunia.
Diproyeksikan bahwa produksi opium di Myanmar akan mengalami lonjakan sebesar 36% tahun ini, mencapai total 1.080 ton. Opium menjadi bahan yang sangat vital dalam proses pembuatan heroin, dan lonjakan produksi ini menggambarkan perubahan signifikan dalam pasar narkotika global.
Afghanistan sebelumnya menjadi negara penghasil opium terbesar di dunia. Kini terjadi penurunan besar-besaran budidaya opium di negara tersebut sebesar 95% setelah larangan produksi produk narkoba dan turunannya oleh Taliban.
Baca Juga:
Tingkat produksi yang meningkat pesat di Myanmar menimbulkan kekhawatiran serius terkait konsekuensi global dari perdagangan narkotika, serta implikasinya terhadap stabilitas internal Myanmar.
Situasi ini menuntut respons cermat dari komunitas internasional untuk mengatasi akar masalah yang melibatkan ketidakstabilan politik, ekonomi, dan sosial yang mendasari peningkatan produksi opium di negara tersebut. Ketidak stabilan tersebut mendorong petani untuk beralih ke tanaman opium dan komoditas terlarang lainnya sebagai sumber penghidupan.
Dilansir dari BBC Internasional, Selasa, 12 Desember 2023, Diprediksi produksi opium di Myanmar akan meningkat sebesar 36% tahun ini, mencapai jumlah 1.080 ton, yang merupakan bahan penting dalam pembuatan heroin. Sementara itu Afghanistan diprediksi hanya akan memproduksi sekitar 330 ton opium pada tahun ini.
Dipasar Internasional Harga opium segar dan kering juga meningkat naik secara signifikan saat panen, mencapai US$317 atau sekitar Rp4,9 juta (kurs Rp15.500) dan $356 atau sekitar Rp5,5 jutaper kilogram.
Pada tahun 2023, diperkirakan luas area penanaman opium di Myanmar akan mengalami peningkatan signifikan sebesar 18%, mencapai total 47.000 hektar. Wilayah perbatasan Myanmar yang meliputi Thailand dan Laos, dikenal sebagai Segitiga Emas, telah lama menjadi pusat utama produksi opium dan heroin.
Kawasan Segitiga Emas dikenal karena kondisi geografis dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman opium. Sejarah panjang produksi opium dilokasi ini telah membentuk struktur ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Budidaya opium telah menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar petani. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi budidaya opium, termasuk program-program penggantian tanaman, tantangan terus muncul karena kondisi ekonomi yang sulit dan ketidakpastian politik.
Peningkatan luas area penanaman opium di wilayah ini pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tantangan terus berlanjut. Perubahan ini mungkin mencerminkan keterbatasan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat setempat, yang masih bergantung pada opium sebagai sumber utama pendapatan di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan kurangnya akses terhadap peluang ekonomi yang sah.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 12 Dec 2023