Rabu, 02 Juli 2025 12:00 WIB
Penulis:El Putra
Editor:El Putra
MAKASSARINSIGHT.com - Muhammadiyah bukan hanya dikenal sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, tapi juga salah satu organisasi keagamaan terkaya di dunia.
Dengan jaringan luas yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa, Muhammadiyah mengelola aset yang nilainya mendekati Rp400 triliun. Angka ini menempatkan Muhammadiyah dalam jajaran empat besar organisasi agama terkaya di dunia.
Posisi Muhammadiyah berada di bawah Gereja Katolik (Vatikan) yang memiliki lebih dari Rp3.000 triliun aset, The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints (Mormon) dengan sekitar Rp1.500 triliun, serta Gereja Scientology dengan sekitar Rp500 triliun. Untuk Muhammadiyah sendiri diperkirakan memiliki aset mendekati Rp400 triliun, mengungguli Nahdlatul Ulama di angka Rp300 triliun, Al-Azhar Foundation Rp250 triliun, dan Diyanet di Turki Rp150 triliun.
Baca Juga:
Di dalam negeri, angka itu menjadikan Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan terkaya. Asetnya bukan hanya besar, tetapi juga sangat beragam. Data terbaru dari Sekretariat PP Muhammadiyah pada peringatan Milad ke-111, Muhammadiyah tahun 2023 mengungkapkan kiprah organisasi ini. Muhammadiyah memiliki 35 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), 475 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), 3.947 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan 14.670 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM).
Selain itu, terdapat 30 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri dan 31 Unsur Pembantu Pimpinan (UPP). Muhammadiyah juga memiliki 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) yang terdiri dari 83 universitas, 53 sekolah tinggi, dan 36 institusi lainnya. Berdasarkan data terbaru dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah, umlah sekolah dan madrasah Muhammadiyah mencapai 5.345. di seluruh Indonesia, yang terdiri atas TK, SD, SMP, MA, dan SMK.
Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah mengelola 122 rumah sakit, dengan tambahan 20 rumah sakit dalam proses pembangunan, serta 231 klinik. Aset wakaf Muhammadiyah tersebar di 20.465 lokasi dengan luas tanah mencapai 214,74 juta meter persegi. Muhammadiyah juga mengelola 1.012 Amal Usaha Muhammadiyah Sosial (AUMSos), termasuk Muhammadiyah Care Center (MCC) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Terdapat 440 pesantren Muhammadiyah (PesantrenMu), dan organisasi ini aktif dalam misi kemanusiaan internasional di Palestina, Filipina, Rohingya-Myanmar, Pakistan, Cox's Bazar-Bangladesh, Maroko, Turki, Nepal, Sudan, Libya, Yordania, dan Lebanon. Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) juga berkembang di luar negeri, diantaranya dengan pendirian institusi seperti Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Muhammadiyah Australia College (MAC), TK ABA di Kairo, dan sekolah darurat untuk pengungsi Palestina di Lebanon.
Yang membuat Muhammadiyah berbeda dibanding banyak organisasi lain adalah sistem ekonominya yang mandiri. Sejak awal berdiri, Muhammadiyah membangun ekosistem keuangan yang tak bergantung pada dana negara.
Mereka memanfaatkan dana jamaah, wakaf produktif, unit usaha, serta lembaga pendidikan dan kesehatan yang dikelola secara profesional. Surplus atau kelebihan dana dari seluruh unit itu tidak dibagikan ke individu, tetapi dikembalikan untuk pengembangan layanan sosial, pendidikan, kesehatan, dan dakwah.
Dampak langsung dari sistem ini sangat besar. Lebih dari lima juta siswa belajar di lembaga pendidikannya. Rumah sakit Muhammadiyah melayani sekitar dua juta pasien setiap tahun. Jaringan besar ini juga menyerap lebih dari satu juta tenaga kerja secara langsung maupun tidak langsung. Melalui koperasi dan bank syariah, Muhammadiyah turut mendukung ribuan pelaku UMKM di berbagai daerah.
Namun kontribusi Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada layanan pendidikan atau kesehatan. Organisasi ini juga aktif dalam riset, tanggap bencana melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), advokasi kebijakan publik, hingga pengembangan ekonomi hijau.
Muhammadiyah bahkan memiliki lembaga think tank sendiri dan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas akses pendidikan serta dakwah. Banyak pengamat menilai cara kerja Muhammadiyah saat ini lebih menyerupai NGO internasional modern dibandingkan ormas tradisional.
Fenomena organisasi keagamaan dengan aset raksasa bukan hal baru di dunia. Tapi tidak semua berhasil mengelola kekayaan sebesar itu untuk kepentingan sosial yang nyata.
Model kemandirian Muhammadiyah ini kerap dipandang sebagai contoh yang unik dan layak dikaji. Pertanyaannya, apakah organisasi lain bisa meniru pendekatan semacam ini? Atau justru model seperti Muhammadiyah hanya bisa tumbuh dari sejarah panjang, akar sosial, dan budaya masyarakat Indonesia sendiri?
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang lahir dari kegelisahan terhadap kondisi umat Islam pada awal abad ke-20. Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta, organisasi ini menjadi simbol kebangkitan intelektual Islam dan semangat pembaruan dalam bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan.
Nama "Muhammadiyah" diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, mencerminkan tekad pendirinya untuk kembali pada ajaran Islam yang murni sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam konteks sejarahnya, Muhammadiyah berdiri di tengah gelombang perubahan besar: kolonialisme, modernisasi, serta munculnya kesadaran nasional di kalangan bumiputra.
Ahmad Dahlan, yang bernama asli Muhammad Darwis, merupakan ulama yang tidak hanya menguasai ilmu agama secara tradisional, tetapi juga terbuka terhadap pemikiran modern. Setelah belajar ke Makkah, ia kembali dengan semangat reformis dan mengkritik praktik-praktik keagamaan yang dianggap sudah bercampur dengan takhayul dan bid’ah. Melalui Muhammadiyah, ia ingin memperkuat fondasi Islam yang rasional dan ilmiah.
Sejak awal, Muhammadiyah dikenal dengan fokusnya pada bidang pendidikan. Dalam waktu singkat, organisasi ini mendirikan sejumlah sekolah yang memadukan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan umum, sebuah pendekatan yang kala itu masih asing di kalangan umat Islam. Muhammadiyah juga aktif membentuk layanan sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, hingga pelayanan kesehatan gratis, menjadikan organisasi ini pionir dalam membangun sistem kesejahteraan sosial berbasis keagamaan.
Baca Juga:
Gerakan ini terus berkembang ke berbagai daerah, menjaring simpati dari masyarakat urban dan kelas menengah terdidik. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, baik melalui pendidikan kader nasionalis maupun dalam mendorong kesadaran politik umat Islam.
Kini, lebih dari satu abad sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah tumbuh menjadi kekuatan sosial keagamaan yang memiliki jaringan luas di seluruh Indonesia. Organisasi ini mengelola ribuan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya. Di tengah tantangan zaman, Muhammadiyah terus mengusung misi Islam berkemajuan, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai keadaban, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan.
Muhammadiyah bukan hanya sekadar organisasi keagamaan, tetapi juga representasi dari semangat pembaruan Islam yang adaptif dan kontekstual. Sejarah panjangnya menjadi saksi bahwa gerakan ini lahir bukan dari ruang kosong, melainkan dari kebutuhan nyata umat Islam untuk bangkit, berpikir maju, dan membangun masa depan yang lebih baik.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Debrinata Rizky pada 02 Jul 2025