Senin, 16 Juni 2025 18:01 WIB
Penulis:Isman Wahyudi
Editor:Isman Wahyudi
MAKASSARINSIGHT.com, HAIFA - Dentuman tiba-tiba mengguncang langit Israel pada dini hari. Sistem pertahanan udara Iron Dome sempat aktif, tapi terlambat mendeteksi lintasan rudal tak lazim yang melesat lebih cepat dari rentetan rudal lain di Haifa, daerah Palestina yang diduduki Israel.
Dalam hitungan detik, ledakan presisi menghantam instalasi penting, sebagian listrik Haifa langsung padam. Spekulasi langsung merebak, Iran diduga baru saja mengerahkan rudal hipersoniknya, Fattah, dalam serangan nyata ke wilayah musuh.
Rudal hipersonik adalah senjata berkecepatan di atas Mach 5 (lebih dari 6.100 km/jam), yang mampu meluncur dan bermanuver di atmosfer, membuatnya sulit dilacak dan dicegat.
Baca Juga:
Ada dua tipe utama: Hypersonic Glide Vehicle (HGV), yang meluncur dari roket lalu meluncur secara bebas; dan Hypersonic Cruise Missile (HCM) yang memiliki mesin sendiri untuk menjaga kecepatan tinggi secara konstan.
Rudal hipersonik telah dikembangkan oleh negara-negara besar seperti Rusia, China, dan AS. Tapi Iran, yang selama ini dibatasi oleh sanksi teknologi, tiba-tiba muncul sebagai pemain baru dengan rudal hipersonik Fattah yang diumumkan pertamakali pada bulan Juni 2023.
Nama Fattah berarti “Penakluk” dalam bahasa Arab. Rudal ini dikembangkan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan digambarkan sebagai langkah besar menuju supremasi militer regional.
Iran mengklaim bahwa Fattah mampu melesat hingga Mach 13–15 (sekitar 15.000–18.000 km/jam), dengan jangkauan ±1.400 km dan kemampuan manuver tinggi baik di dalam maupun luar atmosfer.
Fattah adalah sebuah Hypersonic Glide Vehicle (HGV) buatan Iran yang dirancang untuk menembus sistem pertahanan udara modern dengan kecepatan dan manuver tinggi.
Rudal ini mampu melesat dengan kecepatan maksimum antara Mach 13 hingga 15, menjadikannya salah satu senjata tercepat dalam kategori ini.
Dengan jangkauan operasional sekitar 1.400 kilometer, Fattah dapat mencapai target-target strategis pada radius regional yang luas. Senjata ini diluncurkan dari darat menggunakan peluncur mobile berbasis kendaraan (TEL), sehingga memiliki mobilitas tinggi dan dapat dipindahkan dengan cepat.
Fattah menggunakan sistem propulsi dua tahap berbahan bakar padat, yang memungkinkan akselerasi cepat dan kestabilan dalam lintasan terbang.
Rudal ini dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, namun terdapat indikasi bahwa ia juga memiliki potensi membawa muatan nuklir.
Keunggulan utama Fattah terletak pada kemampuan manuvernya yang tinggi, baik di dalam maupun di luar atmosfer, sehingga sangat sulit untuk dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan rudal musuh.
Iran bahkan mengklaim telah mengembangkan Fattah-2, versi lanjutan dengan teknologi exo-atmospheric glide yang lebih kompleks, mirip dengan rudal hipersonik Rusia, Avangard.
Baca Juga:
Serangan terbaru yang mengindikasikan penggunaan rudal hipersonik ini mengejutkan Israel. Selama ini, sistem pertahanan seperti Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow 3 dirancang untuk menangkal rudal balistik dan roket biasa.
Namun rudal hipersonik menghadirkan tantangan baru, kecepatannya melampaui waktu reaksi sistem pertahanan, dan lintasannya yang lincah mempersulit prediksi.
Militer Israel sejauh ini belum mengonfirmasi bahwa Fattah digunakan, tetapi para analis memperingatkan bahwa jika benar, ini akan memaksa doktrin pertahanan rudal Israel dan AS untuk berubah.
Penggunaan rudal hipersonik bahkan jika hanya satu membuka babak baru dalam konflik Timur Tengah. Di satu sisi, ini bisa menjadi alat penangkal strategis Iran, mencegah serangan lebih lanjut dari Israel atau AS. Di sisi lain, bisa juga menjadi pemicu perlombaan senjata baru di kawasan.
Negara-negara Teluk, Turki, bahkan Mesir bisa terdorong untuk membangun kemampuan rudal setara, mempercepat militerisasi kawasan yang sudah rapuh.
Rudal hipersonik bukan lagi soal masa depan. Ia telah tiba, dan kini mengguncang realita kawasan. Jika Fattah benar-benar digunakan oleh Iran dalam serangan presisi ke Israel, maka dunia harus mengakui,era kecepatan ekstrem dan ancaman tak terdeteksi sudah resmi dimulai.
Dan Iran, yang dulu hanya dianggap kekuatan regional, kini mulai berbicara dalam bahasa teknologi tingkat tinggi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 16 Jun 2025