Tren Kekerasan Terhadap Anak di Sulsel Semakin Meningkat Saat Pandemi

Kasus kekerasan terhadap anak ternyata marak terjadi di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, sejak awal tahun 2021. Jumlahnya mulai mendekati angka 100 kasus.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat sudah ada 89 kasus yang mereka tangani. Meliputi kekerasan seksual anak, KDRT, penelantaran, dan lain sebagainya.

Hal ini pun dianggap sebagai atensi untuk semua pihak. Termasuk bagi para orang tua. Kepala P2TP2A Sulsel, Meisy Papayungan, mengatakan, dari 89 kasus yang ia tangani, didominasi adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Variasi (usia korban). Kekerasan seksual lebih banyak terjadi pada anak. Kalau KDRT di anak perempuan dewasa,” katanya, dikutip Minggu (4/7/2021).

Hal ini adalah yang paling dianggap serius. Apalagi korban adalah seorang disabilitas atau yang lahir atau besar dari keluarga yang hancur.

Hal itu, kata Meisy dianggap rawan terjadi kekerasan seksual terhadap anak perempuan. Kasus ini dialami oleh anak yang masih berada di bawah umur.

“Yang atensi ini adalah kekerasan seksual anak,” tambahnya.

Sementara penelantaran dan KDRT, didominasi oleh anak uang sudah dewasa. Hal ini dianggap sebagai perigatan keras bagi semua pihak.

P2TP2A Sulsel pun terus melakukan koordinasi dengan jajarannya di kota maupun kabupaten untuk turut menekan laju kasus ini.

Tidak lupa juga campur tangan pihak kepolisian untuk menindaki pelaku kejahatan seperti ini.

“Kita harap semua pihak melakukan upaya pencegahan bahwa kekerasan ini melanggar UU. Utamanya kekerasan seksual. Itu yang tak bisa ditolerir. Keluarganya juga harusnya jadi pelindung. Bukan pelaku,” tandasnya.

Dari 89 kasus yang ia tangani, satu di antaranya adalah kasus kekerasan seksual terhadap Mawar (nama samaran), yang kini tengah hamil enam bulan.

Polisi tengah menyelidiki siapa lelaki bejat yang tega memperkosa gadis disabilitas intelektual itu. Namun pihaknya kesulitan, karena saat dimintai keterangan, korban kerap memberi jawaban yang sulit dimengerti penyidik.

Belum ada titik terang dalam kasus ini. Hanya saja, polisi menunggu korban sampai melahirkan, lalu melakukan tes DNA terhadap bayi itu lalu dicocokkan dengan orang yang diduga sebagai pelaku. 

Tags kekerasan anakBagikan

Related Stories