Makassar Kini
Sudah Masuk Kemarau, Warga Makassar Terancam Kesulitan Air Bersih
Warga Makassar mulai merasakan sulitnya mendapatkan air bersih di musim kemarau. Masalah kekeringan dialami setiap tahun.
Rusdin, 30 tahun, salah satu warga setempat mengatakan, kekeringan mulai terasa sejak dua pekan terakhir. Selain sumur yang kering, suplai air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga sering hilang.
"Pernah sampai tiga hari itu tidak mengalir air. Barangkali itu karena musim kemarau lagi," katanya.
Rusdin bilang, beberapa pekan sebelumnya suplai air PDAM di kawasan tempat tinggalnya cukup lancar. Air dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari mandi, mencuci hingga masak.
Sebagai alternatif, Rusdin dan warga lain memanfaatkan air dari sumur bor. Tapi itu tidak mengatasi masalah sebab sumur juga rata-rata kering.
"Kalau di rumah pakai mesin, tapi sama juga mengalir tapi lambat," ucapnya.
Kadang, kata Rusdin, dia menunggu hingga sore atau malam hari saat air biasanya mengalir lumayan lancar. Air kemudian ditampung untuk keperluan keesokan harinya. Dia berharap pemerintah segera mengatasi persoalan kesulitan air bersih ini.
Kondisi serupa dirasakan warga Jalan Korban 40 Ribu Jiwa di kecamatan yang sama. Hendra Atmaji, salah seorang warga mengatakan, puncak sulitnya air bersih dirasakan satu pekan terakhir
"Tapi karena ada juga yang masih pakai sumur, kayak saya, jadi air sumur saja dimanfaatkan sementara. Karena kalau air pipa lambat sekali mengalir," kata dia.
Hendra mengatakan, persoalan kekeringan jadi masalah klasik yang hampir setiap tahun dirasakan masyarakat setempat. Pada musim hujan, suplai air PDAM disebut normal, begitu pun kondisi air sumur.
"Kalau tidak salah, setiap mau masuk bulan 10 (Oktober) mulai di situ air susah," ucapnya.
Sementara itu, PDAM Makassar tidak bisa memproduksi secara penuh air bersih di musim kemarau. Humas PDAM Muhammad Rusli mengatakan, produksi hanya setengah dari normal, sebab sumber air baku minim.
"Saat kemarau, kami hanya mampu memproduksi 50 persen untuk didistribusikan pada pelanggan," kata Rusli, Kamis (1/10/2020).
Dia menjelaskan, sumber air PDAM untuk distribusi wilayah utara Makassar berasal dari Sungai Lekopancing di Kabupaten Maros. Saat kemarau, debit air di sana sangat terbatas, sehingga distribusi pun terganggu. Daerah yang terdampak antara lain Kecamatan Bontoala, Tallo, Ujung Tanah, Biringkanaya, dan Tamalanrea.
Sebagai gambaran, dalam kondisi normal PDAM mengelola 1.300 meter kubik per hari, namun saat kemarau hanya 600 meter kubik per hari ditambah 200 meter kubik dari Sungai Moncongloe.
"Sehingga totalnya hanya mengelola air sekitar 800 meter kubik per hari, itupun masih terganggu karena kadar garamnya masih tinggi," katanya.