Srikandi Pembakar Gairah dan Peredam Gesekan Komunitas Suporter PSM Makassar

Red Gank

Sepakbola kini tak lagi menjadi monopoli kaum pria. Di banyak klub sepakbola di Indonesia, justru banyak kaum ibu Kartini yang pegang kendali dan jadi ikon tim sepakbola. Dengan segala kelebihannya, seringkali suporter wanita mampu berperan sebagai pembakar semangat sekaligus peredam konflik bagi para suporter.

Contohnya adalah Middi Telleng. Wanita yang biasa disapa Bunda Middi ini merupakan salah satu dirigen Red Gank, sebuah kelompok suporter PSM Makassar yang tergabung dalam SuperSoccer di Makassar.

“Saya mulai menjadi dirigen Red Gank sejak tahun 2014. Saat itu, saya diminta Daeng Uki yang sekarang memimpin kelompok suporter Laskar Ayam Jantan untuk memimpin suporter bernyanyi di tribun utara sampai sekarang,” kata wanita yang juga menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Red Gank Nona dan Koordinator Red Gank Nona ini.

Menurut Bunda Middi, banyak hal positif yang didapatkan setelah dirinya menjadi dirigen Red Gank. “Saya bisa punya banyak teman, jadi punya fans, dan yang pasti bisa memberikan support yang luar biasa bagi tim PSM,” ujarnya.

Ada satu pengalaman tidak terlupakan yang pernah dialami wanita asal Bugis ini. Pengalaman itu terjadi saat Bunda Middi dengan kesadaran sendiri memimpin suporter tim nasional Indonesia pada final leg 1 Piala AFF 2017 melawan Thailand di Stadion Pakansari, Bogor.

“Saat itu, saya merasa terpanggil untuk naik ke atas pagar dan memimpin suporter bernyanyi. Ada kebanggaan dalam diri saya karena foto saya viral,” ungkap wanita 40 tahun ini.

Lain Bunda Middi, lain pula kisah Becks. Pemilik nama asli Fitri Ahmad ini merupakan salah satu dirigen The Macz Man. Sejak pertengahan 2017, Becks menjadi dirigen di tribun timur Stadion Andi Mattalata, markas PSM Makassar.

“Tadinya saya lihat, anak-anak (The Macz Man) semakin disorakin dari bawah, semakin semangat. Akhirnya, atas izin Mabes The Macz Man Indonesia, saya naik ke atas pagar dan memimpin mereka bernyanyi dan membuat koreografi. Sejak saat itulah saya menjadi dirigen The Macz Man,” tutur Becks.

Sebagai dirigen, dirinya bersama dirigen-dirigen lain berusaha untuk terus membakar semangat The Macz Man saat mendukung Pasukan Juku Eja bertanding. The Macz Man sendiri merupakan kelompok besar suporter yang menjadi bagian dari SuperSoccer Makassar.

“Kalau teman-teman suporter terus bersemangat, otomatis tim yang didukung juga semakin termotivasi saat bertanding. Tapi kadang kalau tim mainnya jelek, teman-teman juga loyo saat mendukung. Nah, di situlah peran dirigen untuk membangkitkan semangat teman-teman The Macz Man,” kata Becks.

Becks berkisah, selain berperan menjaga spirit suporter, dirigen sesungguhnya juga berfungsi untuk meredam adanya provokasi. “Jangan sampai provokasi itu masuk ke stadion dan menciptakan konflik. The Macz Man dikenal adalah suporter yang cinta damai dan itu yang selalu saya jalani dengan penuh kegembiraan,” pungkasnya.

Bagikan

Related Stories