PSBB Tahap Kedua Makassar Mau Berakhir, Kasus Positif Covid-19 Justru Makin Banyak

Corona

Penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terus meningkat meski sudah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Saat ini, ibu kota Sulsel tersebut sudah menerapkan PSBB kedua dan akan berakhir pada Kamis 21 Mei 2020. Namun, tanda-tanda Covid-19 bakal berakhir di Kota itu tidak juga muncul. 

Hampir setiap hari, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat penambahan kasus positif Covid-19 di Kota Makassar.

Terakhir, ada penambahan 17 kasus positif Covid-19 di kota ini pada 16 Mei 2020.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulsel, Ichsan Mustari mengakui peningkatan kasus positif di Makassar terus terjadi. 

Namun, dia menyebut pertambahan per harinya mengalami fluktuasi.

Sejak diterapkannya PSBB, pertambahan kasus positif di Makassar paling besar pada tanggal 1 Mei yakni 24 kasus, tanggal 14 Mei yakni 31 kasus, 15 Mei 20 kasus, serta 16 Mei 17 kasus. 

"Yang menyebabkan banyak positif ini karena spesimen yang diuji sudah banyak karena ada penambahan hingga 7 laboratorium yang sekarang bisa menguji sampel swab," kata Ichsan, Minggu (17/5/2020).

Ichsan mengatakan, saat ini, Kota Makassar memang sudah jadi episentrum penularan virus Covid-19 terutama di Sulawesi Selatan. 

Hal ini juga merupakan penyebab kasus positif Covid-19 di kota ini terus bertambah hingga per 16 Mei 2020, sudah ada 583 kasus positif dengan rincian 307 dirawat, 236 sembuh, dan 30 pasien yang meninggal dunia.

"Di Makassar sudah jadi episentrum. Kami sudah tidak tahu siapa di antara kita yang memang tidak punya virus di tubuhnya karena orang yang mempunyai virus di tubuhnya ini ada yang bergejala dan ada yang tidak," ujar Ichsan. 

Ichsan pun mengimbau warga Makassar harus selalu waspada dengan orang yang ditemui sudah memiliki gejala Covid-19.

Ia meminta agar protoko kesehatan seperti memakai masker, menerapkan pyshical distancing hingga lebih banyak di rumah diterapakan. 

"Ini hanya terkait kebiasaan (warga). Mereka susah sekali meninggalkan kebiasaan lama. Tapi, tim kendali kami juga lakukan upaya untuk ingatkan itu," ujar Ichsan.

Salah satu pengendalian yang dilakukan Gugus Tugas, kata Ichsan, ialah mengadakan rapid test di 46 puskesmas untuk ojek online serta di pasar-pasar tradisional. 

Cara ini menurut Ichsan akan sedikit berpengaruh karena bisa langsung mengisolasi warga yang hasilnya reaktif.

"Rapid test tidak berhenti kami lakukan untuk mencegah orang yang berpotensi menyebarkan bisa kami isolasi," ujar dia.

Bagikan

Related Stories