Optimalisasi Lifting Blok Migas Butuh Dukungan Infrastruktur Memadai

Kejar Target Lifting, Blok Migas Skala Besar Perlu Dukungan Infrastruktur (Dok/Ist)

JAKARTA – Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah menargetkan lifting minyak bumi sebesar 635 ribu barel/hari (bph) dan lifting gas bumi sebesar 1.033 ribu barrel oil equivalent/hari (BOEPD). Untuk mendorong peningkatan produksi diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk mempercepat operasi blok migas skala besar yang selama ini telah ditemukan. 

Pri Agung Rakhmanto, Founder & Advisor ReforMiner Institute (Research Institute for Mining and Energy Economics), menjelaskan optimalisasi blok-blok besar seperti Blok Cepu dan Blok Rokan bisa menjadi andalan untuk mempertahankan produksi migas nasional. “Di samping itu tentu perlu percepatan operasi blok-blok baru yang besar seperti Blok Andaman dan Blok Masela. Termasuk dukungan terhadap proyek Indonesia Deepwater Development/IDD,” kata Pri Agung kepada media, Senin, 12 Agustus 2024.

Menurut dia, selama ini kinerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam mengawal operasional sektor hulu migas sudah maksimal. Hanya saja, tantangan terbesar adalah menemukan lapangan baru sekaligus mempercepat operasinya. 

Tambahan produksi dari pengembangan baru akan sangat membantu peningkatan produksi. Salah satu contohnya adalah produksi perdana Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur pada 9 Agustus 2024 yang mampu memberikan tambahan produksi  hingga 13.300 barel minyak.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif berharap produksi perdana BUIC akan turut mendongkrak kembali produktivitas minyak di Indonesia yang tengah berada dalam tren penurunan. Setelah melakukan pengeboran sejak April 2024 di BUIC, ditemukan kolom minyak yang diperkirakan bisa memproduksi hingga 42,92 juta barel minyak. 

Produksi BUIC ini semakin menambah jumlah proyek hulu migas yang onstream tahun ini menjadi sembilan proyek dari 15 proyek yang ditargetkan. Sebelum BUIC, sudah ada delapan proyek hulu migas lain yang onstream dengan total belanja modal (capital expenditure) yang digelontorkan mencapai US$87,56 juta. 

Data SKK Migas mencatat, kedelapan proyek yang sebelumnya telah onstream adalah Proyek Gas SWPG Debottlenecking (21 April 2024), Proyek Gas Bekapai Artificial Lift (24 Mei 2024), Proyek Minyak OPL Main (29 Mei 2024), Proyek Gas AFCP (11 Juni 2024), Proyek minyak Flowline ASDJ-116X (16 Juni 2024), Proyek Gas Peciko 8B (18 Juni 2024), Fasilitas Kompresor South Sembakung (19 Juni 2024), dan Proyek Gas Dayung Facility Optimization (30 Juni 2024). 

Pri Agung menambahkan untuk mendorong percepatan produksi blok-blok migas besar, pemerintah juga perlu memberikan dukungan infrastruktur yang memadai. Hal ini untuk memastikan distribusi hasil produksi, khususnya gas mampu terserap dengan baik. 

“Contohnya pemerintah perlu menggenjot infrastruktur agar gas yang ada di Jawa Timur bisa mengalir ke Jawa Tengah hingga Jawa Barat agar bisa diserap secara optimal oleh industri,” kata Pri Agung.

Tulisan ini telah tayang di jabarjuara.co oleh Redaksi pada 15 Agt 2024  

Editor: Redaksi Daerah
Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Lihat semua artikel

Related Stories