Ngejot ke Pasraman Gurukula, Peradah Bangli "Ditantang" Lebih Kolaboratif

Anggota DPK Peradah Indonesia Bangli dan Yayasan Gurukula Bangli berfoto bersama usai menyerahkan donasi serangkaian Program Peradah Ngejot #5 di pasraman setempat

Bangli, Balinesia.id - Menjelang perayaan Hari Suci Galungan dan Kuningan, Dewan Pimpinan Kabupaten Perhimpunan Pemuda Hindu (DPK Peradah) Indonesia Bangli kembali menggelar aksi solidaritas sosial bertajuk "Peradah Ngejot #5". Program enam bulanan itu kali ini diarahkan ke Yayasan Gurukula Bangli, sebuah pasraman Hindu di Bangli yang dilengkapi sekolah formal.

Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli, I Ketut Eriadi Ariana (Jero Penyarikan Duuran Batur), mengatakan pada seri kelima kegiatan yang digelar Kamis (8/4/2021) lalu, pihaknya memang sengaja menyasar Pasraman Gurukula Bangli. Selain mempertimbangkan hal-hal terkait, Pasraman Gurukula juga dipandang sangat membutuhkan sokongan, terlebih dalam suasana pandemi Covid-19.

“Biasanya kami turun ke keluarga-keluarga kurang mampu di desa-desa pelosok yang ada di Bangli, namun karena saat ini musim hujan, dan kami juga mendapatkan informasi bahwa siswa-siswa yang ada di Gurukula tetap berada di pasraman selama pandemi Covid-19, dan tentunya membutuhkan sokongan donasi, maka kami arahkan gerakan ke Gurukula,” katanya sebagaimana dihubungi Senin (12/4/2021).

Dituturkannya, selama ini Yayasan Gurukula yang dihuni sekitar 90-an orang siswa tetap melakukan proses belajar mengajar dari pasraman. Sebab, pasraman yang terletak di kaki Bukit Bangli itu memang tidak hanya berfungsi sebagai sekolah, melainkan juga panti asuhan.

“Oleh karena itulah, kami berpikir perlu sokongan bersama untuk memperlancar 
dan mendukung proses belajar-mengajar 
di Pasraman Gurukula ini,” jelasnya sembari mengatakan pihaknya mendonasikan sembako dan keperluan sembahyang, serta sarana pendukung kesehatan seperti masker dan sabun cuci tangan.

Lebih jauh, pihaknya mengatakan bahwa Program Peradah Ngejot yang mulai dirilisnya sejak Hari Suci Galungan pada akhir 2018 silam merupakan wujud implementasi ajaran agama, khususnya terkait konsep Pawongan. Selama ini, pihaknya melihat ada penurunan solidaritas merayakan Galungan di masyarakat, di mana masyarakat lebih banyak memusatkan fokusnya pada ritual.

"Kami sangat sepakat, ritual kepada pemilik semesta itu penting untuk menjaga keseimbangan hidup, tapi kita juga jangan sampai lupa pada sesama. Apalagi dalam suasana ekonomi karut-marut seperti sekarang, mungkin ada banyak orang di luar sana yang tidak bisa merayakan Galungan dengan layak. Ini yang perlu kita garap bersama, bahu-membahu menghadapi," ucapnya.

Terhadap gerakan tersebut, Ketua Yayasan Gurukula 
Bangli, I Wayan Arsada, menyatakan apresiasinya. Pihaknya pun berharap gerakan itu dapat menjadi contoh pihak lainnya, yang tidak saja memaknai hari raya dan ajaran agama sampai pada sembahyang dan ritual, tapi juga pada tingkatan yang realistis.

"Gurukula juga harus menjadi contoh pemuda Hindu lainnya. Melalui pandemi ini kita bangun etika dan moral yang lebih baik," katanya.

Lebih jauh, pihaknya pun "menantang" Peradah Bangli dan organisasi kepemudaan lainnya untuk lebih meningkatkan kolaborasi membangun Kabupaten Bangli. Menurut sosok yang telah mengabdi belasan tahun pada Yayasan Gurukula ini, bantuan material memang penting, tapi sokongan sumber daya manusia jauh lebih penting sebagai investasi ke depan.

"Bagaimana ke depan kita bisa lebih kolaborasi, misalnya Peradah Bangli bisa garap program pendampingan bagi siswa kami, sehingga siswa kita bisa lebih berkualitas. Para siswa kami yang sudah cukup usianya sebagai anggota juga nanti bisa kami arahkan jadi anggota muda, belajar organisasi dan membangun jaringan. Jangan malu-malu, mari kita bergeraj bersama," kata Arsada yang juga duduk di Dewan Penasihat DPK Peradah Indonesia Bangli. jpd/and

Bagikan

Related Stories