Fintech
Mulai September, Chatbox Akan Jadi Instruktur Mahasiswa Ilmu Komputer di Universitas Harvard
MAKASSAINSIGHT.com - Chatbot Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan adalah salah satu layanan yang cukup digemari akhir-akhir ini.
Hal ini karena chatbot AI seperti ChatGPT memudahkan kita untuk membuat suatu teks atau narasi serta dapat digunakan untuk melakukan riset.
Seperti yang dikutip dari laman The Independent pada Rabu (28/6/2023), Universitas Harvard berencana untuk menggunakan chatbot AI yang mirip dengan ChatGPT sebagai instruktur pada kursus coding adalannya.
BACA JUGA :
- Ini 16 Gunung Berbahaya di Dunia Masuk Decade Volcanoes, Satu di Indonesia
- Mampu Tetap On Track dengan Capaian Kinerja Optimal, Bank Mandiri Berhasil Raih 10 Penghargaan dari FinanceAsia
- Vale Bakal Jual Saham ke Asing, Ini Dampaknya ke Indonesia
Mahasiswa di program Computer Science 50: Introduction to Computer Science (CS50) akan didorong untuk menggunakan alat kecerdasan buatan saat kelas dimulai pada September yang akan datang.
Guru yang merupakan chatbot AI ini kemungkinan akan menggunakan model GPT 3.5 atau GPT 4 dari OpenAI.
Menurut profesor CS50, David Malan, ia berharap melalui AI, rasio guru dan rasio siswa yaitu 1:1 untuk setiap siswa di kelas CS50. Dengan adanya alat berbasis perangkat lunak tersebut, selama 7 hari dan 24 jam alat tersebut dapat mendukung pembelajaran mereka dengan cepat dan dengan gaya yang paling cocok untuk mahasiswa secara individu.
Dukungan yang disesuaikan dengan pertanyaan khusus mahasiswa ini telah lama menjadi tantangan dalam skala besar melalui edX dan OpenCourseWare secara lebih umum. Dengan begitu banyak mahasiswa yang online, fitur atau kebijakan ini diyakini akan bermanfaat bagi mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus.
Chatbot AI dalam bidang pengajaran ini akan menawarkan feedback kepada mahasiswa untuk membantu menemukan bug dalam kode yang mereka buat atau memberikan feedback pada pekerjaan mereka.
Kedatangan layanan ini muncul di tengah lonjakan popularitas alat AI dengan ChatGPT OpenAI menjadi aplikasi yang memiliki pertumbuhan tercepat sepanjang masa sejak diluncurkan pada November 2022.
Chatbot AI dari OpenAI ini bahkan berhasil mencapai 100 juta pengguna aktif dalam waktu dua bulan setelah diluncurkan dengan pengguna yang tertarik dengan kemampuannya untuk melakukan berbagai tugas, mulai dari menulis puisi dan esai hingga membuat kode di komputer.
Bahkan, sejak adanya ChatGPT ini, muncul tools AI lainnya yang diluncurkan untuk bersaing dengan ChatGPT seperti Bard Google yang menampilkan kemampuan serupa dengan saingannya.
Pembaruan terbaru untuk Bard bahkan memungkinkan pengguna untuk tidak hanya menulis kode, tapi juga mengeksekusinya sendiri. Hal ini diklaim Google memungkinkan pengguna untuk memecahkan masalah pada tingkat yang jauh lebih dalam daripada sistem AI generatif saat ini.
Namun, hingga sampai saat ini masalah ketidakakuratan tools AI masih tetap menjadi masalah yang signifikan dengan teknologi tersebut, di mana Google sendiri memperingatkan bahwa Bard tidak akan selalu benar meski selalu diberikan update peningkatan.
Baca Juga:
- Bincang Tokoh Bersama Willy Aditya, Rudianto Lallo: Edukasi untuk Aktivis Kampus
- Hari Lingkungan Hidup, Indira Mulyasari Pimpin Pegawai PDAM Makassar Bersihkan Pinggiran Saluran Air
- 222 Balita Ikut Wisuda Imunisasi, Upaya Anak Tumbuh Sehat
Meski begitu, Profesor Malan ia mengatakan bahwa para mahasiswa juga akan diberi peringatan tentang jebakan yang diberikan oleh AI. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk harus selalu mampu berpikir kritis ketika disajikan dengan informasi.
Itu tadi penjelasan mengenai penggunaan guru chatbot AI di jurusan ilmu komputer Universitas Harvard. Apakah Anda juga tertarik untuk menggunakannya?
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 28 Jun 2023