Komunitas
Melirik Teknologi yang Mengubah Tren Kesehatan Anak Muda
MAKASSARINSIGHT.com - Sebuah survei terbaru yang diumumkan oleh GDP Ventures mengungkapkan bahwa sekitar 69% anak muda Indonesia kini memanfaatkan layanan telehealth untuk memantau kondisi kesehatan mereka. Menariknya, sebagian besar dari mereka menggunakan lebih dari satu aplikasi untuk memaksimalkan fungsi layanan tersebut. Tren ini dipicu oleh pesatnya perkembangan inovasi digital yang memungkinkan pengelolaan kesehatan secara lebih personal dan berbasis data.
Peningkatan Penggunaan Smartwatch untuk Pemantauan Kesehatan
Selain aplikasi telehealth, survei juga menunjukkan bahwa 6 dari 10 anak muda di Indonesia menggunakan smartwatch sebagai alat untuk melacak kondisi kesehatan mereka. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran di kalangan generasi muda mengenai pentingnya pencegahan dan perawatan kesehatan.
Baca Juga:
- Wali Kota Makassar Tindak Lanjut Kerjasama Dekarbonisasi dengan Kota Maniwa Jepang
- Adu Visi Dua Kandidat, Siapa yang Akan Jadi Chief YTI 2025-2026 Selanjutnya?
- Ini Daftar 14 Kepala Daerah yang Bakal Dilantik Presiden Prabowo 6 Februari 2025
Selama satu dekade terakhir, generasi muda Indonesia mengalami perubahan besar dalam cara mereka mengambil keputusan terkait kesehatan. Jika sebelumnya banyak dipengaruhi oleh pilihan orang tua, kini mereka semakin mandiri dalam memilih solusi kesehatan, berkat kemudahan akses informasi yang disediakan oleh berbagai platform digital.
Evolusi Pengambilan Keputusan Kesehatan oleh Generasi Muda
Sebelumnya, keputusan terkait kesehatan sering kali bergantung pada arahan orang tua, namun kini, anak muda semakin berperan aktif dalam menentukan langkah-langkah yang terbaik bagi kesehatannya.
Transformasi ini dipicu oleh peningkatan literasi digital yang memudahkan mereka mengakses berbagai informasi kesehatan dengan cepat. Hal ini mencerminkan perubahan pola pikir yang lebih proaktif, dengan banyak dari mereka mulai memandang kesehatan sebagai investasi jangka panjang, baik fisik maupun mental.
Data dan Literasi Kesehatan Meningkat Pasca Pandemi
Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id, menyampaikan bahwa setelah pandemi, kesadaran anak muda Indonesia terhadap pentingnya kesehatan mengalami lonjakan signifikan. “Sekitar 43% dari mereka rutin memeriksakan kesehatan ke dokter setidaknya sekali dalam setahun. Selain itu, banyak yang memanfaatkan aplikasi telehealth untuk mengakses layanan medis secara lebih praktis dan cepat," ujarnya.
Lebih lanjut, survei dari Lokadata juga mencatat bahwa 24% anak muda telah mengadopsi gaya hidup sehat dengan melakukan olahraga secara teratur, menjaga pola makan yang seimbang, serta tidur cukup. Selain itu, 6 dari 10 anak muda kini menggunakan smartwatch untuk memantau kesehatan mereka secara lebih akurat.
Kesadaran akan Kesehatan Mental
Tren menarik lainnya adalah semakin tingginya kesadaran generasi muda terhadap pentingnya kesehatan mental. Sekitar 73% dari mereka kini menyadari bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Berbagai aplikasi digital mulai banyak digunakan untuk mendukung kesejahteraan psikologis mereka. Hal ini menunjukkan pergeseran paradigma kesehatan, dari sekadar mengobati penyakit menuju pendekatan yang lebih holistik dan preventif.
Tantangan Akses Teknologi Kesehatan di Daerah Terpencil
Meski penggunaan teknologi kesehatan berkembang pesat di kota-kota besar, tantangan utama yang dihadapi adalah akses di daerah-daerah terpencil. Alfonsius Timboel, Chief Operating Officer Halodoc mengatakan, literasi digital menjadi kendala besar di luar kota-kota besar.
“Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting agar teknologi kesehatan bisa diakses secara merata,” katanya. Halodoc, misalnya, aktif mengedukasi masyarakat lewat konten-konten yang dibagikan di berbagai platform komunikasi.
Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis dari Pemerintah
Sebagai upaya meningkatkan akses kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang dimulai pada Februari 2025. Program ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit tidak menular, dengan target awal untuk melayani hingga 60 juta orang di tahun pertama dan 200 juta orang dalam lima tahun ke depan.
Setiaji, Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan bahwa program ini menyasar semua kelompok usia, mulai dari bayi hingga lansia. Pemeriksaan kesehatan yang komprehensif akan dilakukan dengan dukungan alat pemeriksaan yang memadai di seluruh daerah. Kolaborasi dengan pemerintah daerah juga menjadi kunci untuk kelancaran program ini.
Inovasi dalam Sektor Kesehatan Berbasis Genetik
Selain pendekatan preventif umum, sektor kesehatan Indonesia juga melihat pentingnya pemanfaatan teknologi genetik dalam pencegahan penyakit. Levana Sani, CEO Nalagenetics, menekankan bahwa sekitar 40% penyakit dipengaruhi oleh faktor genetik. Dengan teknologi genomik, kita dapat memberikan solusi yang lebih tepat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit seperti kanker, kardiometabolik, dan neurodegeneratif.
Teknologi genetik ini memungkinkan pendekatan yang lebih personal dalam perawatan kesehatan, di mana risiko kesehatan bisa terdeteksi lebih awal, sebelum gejala penyakit muncul. Hal ini memungkinkan individu untuk mengambil langkah-langkah pencegahan lebih dini, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup.
Baca Juga:
- BRI Raih Apresiasi Menko Pemberdayaan Masyarakat Berkat Peran Aktif dalam Pembangunan Desa
- Berkat Pemberdayaan Klaster Usaha BRI, Petani Merauke Semakin Produktif
- Kuliah Luar Kampus PPs MM STIEM Bongaya, Bahas Perpajakan dan Kepemimpinan Stratejik di KPP Pratama Makassar Selatan
Keamanan Data Kesehatan: Isu yang Tak Bisa Diabaikan
Tentu saja, dengan berkembangnya teknologi kesehatan digital, masalah terkait keamanan data menjadi perhatian utama. Nalagenetics, misalnya, telah menerapkan standar keamanan data ISO 27001 untuk melindungi privasi pasien. Selain itu, Setiaji menambahkan bahwa untuk melindungi data pasien, Kementerian Kesehatan juga telah menerapkan Material Transfer Agreement (MTA), yang memastikan penggunaan data dilakukan secara bertanggung jawab, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Masa Depan Kesehatan Digital di Indonesia
Diperkirakan bahwa pada tahun 2040, sekitar 60% dari pengeluaran sektor kesehatan akan difokuskan untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan preventif. Investasi dalam teknologi kesehatan dan edukasi menjadi sangat penting untuk mencapainya. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 24 Jan 2025