Politik
Masih Dianggap 'Petahana', Jadi Kekuatan Danny di Pilwali Makassar 2020
Sempat terjegal di Pilkada Makassar 2018 lalu, tak menyurutkan langkah calon Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto untuk maju kembali di kontestasi politik tahun ini. Bahkan dia tak ingin terlalu larut dalam masa lalu.
Pada pilkada 2018 lalu, Danny maju dengan statusnya sebagai petahana. Kala itu dia berpasangan dengan Indira Mulyasari yang masih menjabat Wakil Ketua DPRD Makassar. Keduanya maju lewat jalur independen sebab tak ada parpol yang memberikan surat rekomendasi kepada calon berakronim DIAmi.
Kini, Danny tentu bukan lagi petahana. Kali ini dia berpasangan dengan Fatmawati Rusdi yang juga merupakan kader Nasdem. Keduanya diusung oleh Partai NasDem dan Gerindra. Pasangan ini dikenal dengan akronim Adama.
Pengamat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Sukri Tamma, mengatakan kondisi ini sebenarnya cukup menguntungkan bagi Danny. Sebab sebagian masyarakat Kota Makassar masih cenderung menganggap Danny sebagai petahana. Hal itu dikarenakan tidak adanya wali kota definitif yang menahkodai pemerintahan Kota Makassar.
"Hanya mungkin memang tidak ada kontrol lagi, misalnya kontrol terhadap birokrasi yang selama ini biasa dianggap sebagai nilai lebihnya petahana," kata Sukri kepada media, dilansir Jumat (2/10/2020).
Di pertengahan tahapan Pilkada 2018, Danny dan Indira harus menelan pil pahit lantaran didiskualifikasi. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) memerintahkan KPU Makassar mencoret pasangan DIAmi lantaran dianggap terbukti secara sah dan meyakinkan menyalahi pasal 71 ayat 3.
Setelah tak lagi menjabat Wali Kota Makassar, laki-laki kelahiran 30 Januari 1964 ini kembali menjadi arsitek dan konsultan tata kota. Di sisi lain, Danny yang saat itu baru saja bergabung sebagai kader Partai NasDem, juga langsung fokus mengurus partai besutan Surya Paloh itu. Namun setelah kemenangan kotak kosong.
Menurut Sukri, Danny sebenarnya sudah memiliki modal besar untuk merebut suara masyarakat Makassar. Selain karena masih ada anggapan bahwa Danny merupakan petahana, juga karena Danny sudah pernah memimpin Kota Makassar selama 5 tahun.
"Dengan demikian, hal-hal yang dicapai di Makassar selama periode sebelumnya yang terlihat sampai sekarang itu masih dikait-kaitkan dengan Danny," kata Sukri.
Selain itu, Sukri mengatakan bahwa Danny tetap menjaga basis pendukungnya. Karena kemungkinan saat kotak kosong menang, Danny sudah berencana untuk kembali maju Pilkada Makassar sehingga memanaskan lagi basis-basis pendukungnya.
"Jadi bisa dikatakan bahwa Danny sudah cukup siap sejak awal," kata Sukri.
Sosok Fatmawati Rusdi sempat menjadi sorotan kala dinyatakan akan mendampingi Danny di Pilkada Makassar 2020. Selain karena merupakan satu-satunya perempuan dalam Pilkada Makassar, juga karena dirinya pernah bertarung di Pilkada Sidrap 2018 namun kalah.
Kegagalan Fatma juga terjadi pada pemilihan legislatif tahun 2019 lalu. Fatma yang maju sebagai caleg Partai NasDem, gagal melenggang ke Senayan lantaran hanya meraih 10.858 suara pribadi. Dia kalah dari Ahmad Sahroni yang meraih 69.196 suara.
Fatma merupakan istri dari Ketua Banggar DPR RI Rusdi Masse yang juga merupakan Ketua DPW Partai NasDem Sulsel. Fatma juga merupakan mantan Anggota DPR RI periode 2014 - 2019 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mewakili Dapil Sulsel III.
Sukri menyebut, posisi Fatma mempunyai sisi lemah sekaligus menguntungkan bagi Danny. Sisi menguntungkan itu adalah Partai NasDem akan all out untuk mendukung. Dengan keberadaan Fatma, Rusdi Masse pasti akan mendukung, apalagi Rusdi Masse bukan orang sembarangan dalam kancah politik Sulsel.
Sukri pun tak menampik, kemungkinan ada anggapan bahwa bagaimana mungkin Fatma yang pernah kalah di Sidrap bisa maju di Makassar. Hal ini dinilai akan memberikan pengaruh secara psikologis. Akan tetapi yang perlu diingat, jelas Sukri, pemilih Makassar bukan pemilih Sidrap. Pemilih Makassar akan punya logikanya sendiri.
"Tapi saya kira dalam konteks sosiologis, pemilih Makassar itu berbeda dengan pemilih Sidrap. Kali ini Fatma mungkin tidak akan terlalu banyak dipengaruhi oleh kekalahannya di Sidrap. Tapi mungkin akan dilihat sebagai tokoh perempuan yang maju di sini, apalagi didukung oleh partai yang cukup kuat dan suaminya sendiri sebagai salah satu patron politk baru di Sulsel."