Makassar Gandeng Swiss Kaji Penyediaan Moda Transportasi Massal

Moda

Pemerintah Kota Makassar sedang mendalami peluang moda transportasi massal bagi masyarkat setempat.

Saat ini tahap pengkajian tersebut, menggandeng bantuan dari pemerintah Swiss dalam tahap feasibility study di Kota Makassar.

Kepala Dinas Perhubungan Muhammad Mario Said menjelaskan bahwa, dengan adanya bantuan tersebut, kemungkinan Makassar memiliki transportasi massal baru tidaklah mustahil.

"Saat ini sementara dikaji, sementara disurvei dan itu sementara dilakukan visibility study kerjasama kemarin, pemerintah pusat, pemerintah provinsi untuk transportasi massal," ucap Mario kepada wartawan, dikutip Selasa (17/3/2020).

Lebih lanjut, target selesainya pun akan rampung pada akhir tahun ini. dari hasil survei tersebut lanjutnya, banyak informasi valid yang bisa diambil terkait model transportasi seperti apakah yang memungkinkan, termasuk sampai ke teknis pelaksanaan.

"Bagaiamana model angkutan massalnya dan bagaimana rutenya, sistemnya bagaimana
informasi-informasinya bagaimana orang harus bayar berapa mereka sementara kaji," katanya.

Terlebih Mario cukup yakin survei dari luar negeri ini bakal berhasil, apalagi Mario memandang keberadaan pemerintah Swiss yang turut hadir dalam visibiliti study cukup berkompeten.

"Ini yang survei juga sudah berpengalaman, karena ini bantuan luar negeri," ujarnya

Kompetensi tersebut kata Mario, dapat dilihat dari rekam jejak kerja mereka yang sudah cukup lama melalang buana di berbagai negara, salah satunya seperti ibu kota Tiongkok China yaitu Beijing yang diakuinya pernah disambangi mereka.

"Berapa kali negara yang mereka sudah ujicoba mengenai ini, misalnya di Beijing, dan memang berhasil, rata-rata berhasil," katanya.

Mario cukup optimis, meskipun sebelumnya proyek angkutan massal diketahui bukanlah kali pertama di Makassar dan diakuinya memang kurang berhasil.

Dia mencontohkan moda transportasi massal Bus Rapid Transit (BRT) yang beberapa waktu lalu sempat terlihat lalu lalang di Kota Makassar.

"Yang kemarin BRT ini kita tidak tahu bagaimana mekanismenya sehingga kurang berhasil, mungkin karena itu tadi tidak jelas lah, tidak tepat waktu," kata Mario.

Kegagalan tersebut diduganya akibat kurang ter-manage dengan baik, tidak ada sistem yang jelas dalam mengoperasikan BRT tersebut. seperti kereta yang jelas kedatangan dan keberangkatannya.

Terlebih biaya operasional yang dipandangnya timpang dengan pengguna, sehingga cukup merugikan.

"Saya kurang tau apa penyebabnya. apakah jumlah armadanya yang kurang, ataukan kurang sosialisasi atau sistemnya kurang bagus artinya tidak ada kejelasan pengadaan kendaraan misalnya tidak ada sistem yang dia pake, kayak kereta kan
jelasji, kayak dua menit lagi kereta ini akan tiba," ujarnya.

Bagikan

Related Stories