Ekonomi & Bisnis
Layanan Paylater Dibayangi Potensi Kredit Macet
KINI layanan Buy Now Pay Later (BNPL) semakin diminati masyarakat, terutama kalangan muda. Berbagai kemudahan dan kecepatan yang dihadirkan membuat pengguna layanan ini terus meningkat.
PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mencatat produk paylater telah memproses 78 juta pinjaman selama periode Januari - Juli 2022. Dengan jumlah pinjaman mencapai Rp3,1 triliun dari 9,44 juta pengguna.
Sayangnya peningkatan ini tidak dibarengi kualitas kredit pengguna. Berdasarkan data IdScore, rasio kredit macet (NPL) layanan paylater justru mencatatkan tren peningkatan.
Tercatat NPL paylater mencapai 6,49% pada Juli 2022, atau tertinggi dibandingkan produk - produk sejenis. Misalnya, NPL KKB motor dan KPR masing - masing hanya 3,30%. Sementara NPL KKB mobil, kartu kredit dan KTA di kisaran 2%.
Peningkatan NPL paylater di atas 6% sudah mulai terasa sejak Maret 2022 lalu. Bahkan rasio kredit masalah layanan pinjaman ini pernah mencapai posisi tertinggi sebesar 7% pada Juni 2022.
Direktur Utama IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan penyebab kenaikan NPL karena karakteristik paylater yang menyediakan pinjaman dengan nominal kecil. Sehingga penyelenggara mengabaikan proses verifikasi pinjaman.
"Tanpa adanya verifikasi kredit sebelumnya untuk peminjam, membuat orang dengan mudah mendapatkan pinjaman dari berbagai platform paylater tanpa khawatir untuk ditolak," kata Yohanes dikutip Kamis, 27 Oktober 2022.
Dengan kondisi seperti itu, ia melihat ada kecenderungan peminjam paylater jadi mudah terlena sehingga lupa ataupun enggan membayar kewajibannya. Bahkan pengguna mengambil kesempatan untuk mengambil pinjaman dari platform lain.
Yohanes memperkirakan tren kenaikan NPL paylater akan berlanjut sampai akhir tahun jika penyelenggara mengabaikan proses verifikasi melalui mitigasi risiko sejak awal pengajuan pinjaman.
"Terlebih, ke depan kondisi ekonomi juga berpotensi mengalami gejolak dan bisa berdampak terhadap debitur paylater," jelasnya.
Oleh karena itu, dia juga meminta perbankan, multifinance, fintech hingga e-commerce yang menyalurkan kredit melalui paylater agar mengelola risiko NPL secara lebih hati - hati.
Mengantisipasi hal tersebut, ia meminta penyelenggara paylater untuk memperkuat mitigasi risiko sebelum menerima pengajuan kredit. Kemudian menyeleksi calon debitur melalui credit scoring dan analis 5 C meliputi character, capacity, capital, collateral dan condition.
Meski dibayangi kenaikan NPL, namun ia memperkirakan bisnis paylater akan terus tumbuh karena tingkat konsumsi masyarakat juga meningkat. Hal ini dibarengi kondisi ekonomi mulai yang pulih pasca pandemi Covid-19.
"Jadi kebutuhan masyarakat untuk mencari pinjaman yang mudah, cepat, tanpa jaminan untuk membeli barang, melakukan perjalanan dan lainnya juga akan meningkat," jelasnya. (*)
Tulisan ini telah tayang di kabarsiger.com oleh Yunike Purnama pada 27 Oct 2022