Lawan Penolakan Warga, Rais Hajat Hadirkan Pendidikan Gratis untuk Warga Bajiminasa

Anak-anak sekolah SD

BERGERAK atas nama kepedulian, keprihatinan dan keinginan membawa kehidupan lebih baik bagi anak negeri menjadi modal utama.

Melawan banyak hambatan dan penolakan dari warga sendiri, seorang pemuda sederhana dengan misi besar, Rais Hajat, mampu menghadirkan pendidikan gratis untuk warga.

Program pendidikan gratis untuk anak-anak usia dini yang digagas oleh Rais Hajat bukan tanpa tantangan. Kendati sekolah ini juga untuk warga, tapi tanggapan negatif dan penolakan juga datangnya dari warga sendiri.

"Awalnya banyak yang memberi respon negatif, bahkan penolakan. Tapi ini ada ikhtiat untuk masa depan anak-anak," tutur Rais Hajat.

Program pendidikan gratis yang didirikan M Rais Hajat pemuda asal Bantaeng diperuntukkan anak putus sekolah dan untuk memberi motivasi bagi para anak menjangkau masa depan yang lebih cerah.

Rais awalnya sama sekali tidak pernah menyangka program yang sejak tahun 2008 dibentuknya kini menjadi bantuan untuk warga Dusun Saukang Desa Bajiminasa Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng.

Program pendirian pendidikan gratis ini mencakup mulai dari TK sampai dengan SMA yang didirikan tepat pada tanggal 25 April 2008.

Rais mengatakan gagasan ide untuk membangun pendidikan gratis ini bermula saat dia memenuhi undangan temannya untuk sebuah acara yang memang terletak di Dusun Saukang.

"Di tempat tersebut saya lalu berkomunikasi dengan orang-orang yang ditokohkan mengenai akses pendidikan terdekat sehingga kesimpulan dari pembicaraan itu bahwa anak SD yang sekolah pada daerah tersebut harus menempuh jarak kurang lebih 2 KM dengan berjalan kaki," jelasnya.

Setelahnya barulah Rais melangsungkan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat untuk melakukan perencanaan serta pendataan terhadap jumlah anak putus sekolah yang berada di Dusun tersebut.

"Ternyata hasil pendataan yang didapat jumlah anak putus sekolah sangat banyak dan memungkinkan setiap tahun akan terus bertambah," ucapnya.

Lelaki berusia 37 tahun tersebut juga mengatakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga menjadi dorongannya dalam mewujudkan progam tersebut.

"Kami memberikan motivasi kepada masyarakat sekitar betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan anak cucu mereka dan masa depan Indonesia," imbuhnya.

Untuk diketahui, program tersebut awalnya memang banyak hambatan seperti penolakan dan asumsi buruk dari warga, namun berhasil terwujudkan dengan bantuan pihak-pihak tertentu seperti tokoh masyarakat hingga Kementerian Agama.

Pun adapun beberapa bantuan baik fisik dan non fisik yang diterima meliputi bantuan tiga ruang kelas belajar dari Departemen Agama Kabupaten Bantaeng pada tahun 2010 dan mendapat bantuan rehab dua ruang kelas belajar dari Departemen Agama Kabupaten Bantaeng pada tahun 2013. (***)

Editor: Isman Wahyudi
Isman Wahyudi

Isman Wahyudi

Lihat semua artikel

Related Stories