Kredit Macet Bank Mandiri Capai Rp 26 triliun

Bank Mandiri

Kualitas kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ternyata tidak terlalu menggembirakan. Laporan keuangan publikasi Bank Mandiri mengungkapkan kredit kolektibilitas (Kol) 5 atau berstatus macet di Bank Mandiri per September 2019 mencapai Rp 26,1 triliun, melonjak sekitar Rp 6 triliun daripada periode sama tahun 2018 (yoy) sebesar Rp 20,1 triliun.

Sebagian besar dari kredit macet di Bank Mandiri yang kualitasnya memburuk tersebut berasal dari segmen non UMKM dan kredit yang telah direstrukturisasi. Angkanya masing-masing sebesar Rp 13,7 triliun dan Rp 10,7 triliun. Sementara kualitas kredit segmen UMKM yang masuk ke kol 5 hanya Rp 641,1 miliar, turun dibandingkan periode sama 2018 sebesar Rp 1,1 triliun.

Sesuai PBI Nomor 14/ 15 /PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, terhadap kredit berstatus macet bank wajib melakukan pencadangan hingga 100 persen.

Dalam paparan kinerja kuartal III 2019 di Jakarta, Senin (28/10), manajemen Bank Mandiri mengungkapkan bahwa Non Performing Loan (NPL) Gross perseroan turun dari 3,04 persen kuartal III 2018 menjadi 2,61 persen. Adapun NPL Nett turun dari 0,81 persen menjadi 0,71 persen.

"Penurunan rasio kredit bermasalah atau NPL Gross dibarengi dengan Pertumbuhan kredit Bank Mandiri," jelas Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi, kemarin (28/10).

Dalam menghitung rasio NPL, meskipun kredit bermasalah melonjak jika kreditnya tumbuh lebih tinggi maka rasio NPL nya juga ikut terpangkas. Lain halnya terhadap NPL Nett. Untuk menurunkannya bank harus melakukan pencadangan minimal senilai kredit yang bermasalah. Sehingga semakin besar pencadangan yang dilakukan, secara otomatis bakal menggerus pendapatan dan potensi laba bersih bank.

Hery menyatakan pada kuartal III 2019 total kredit Bank Mandiri mencapai Rp 842 triliun, tumbuh 7,7 persen yoy. Dengan kredit sebesar itu Bank Mandiri mencatatkan laba bersih sebesar Rp 20 triliun, naik 11,9 persen dibanding periode sama tahun lalu.

"Penyaluran kredit ditopang oleh segmen korporasi dan komersial. Kredit segmen korporasi tumbuh 7,6 persen jadi Rp 327,7 triliun. Sedangkan kredit komersial turun 2,7 persen jadi Rp 138 triliun," katanya.

Bagikan

Related Stories