Kisruh Survei Pilkada Makassar, Eep Sebut Erwin Aksa Sebar Meme Hasil Survei "Aspal"

Politik

CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah menjelaskan perihal meme yang menjadi pangkal permasalahan konfliknya dengan Tim Munafri Ariefuddin (Appi)-Rahman Bando. Eep menegaskan meme yang memenangkan Appi-Rahman di Pilkada Makassar bukanlah buatan PolMark.

Meme yang dimaksud Eep sebenarnya adalah infografis yang berisi hasil survei elektabilitas calon wali kota dan wakil wali kota Makassar. Dalam infografis itu, Appi-Rahman di posisi teratas.

Eep menjelaskan kemunculan meme itu berawal saat Ketua Tim Pemenangan Appi-Rahman, Erwin Aksa, mengirimkan materi meme hasil survei Profetik Institute yang memenangkan Danny Pomanto pada Senin (14/9) dini hari lalu. Kala itu, kata Eep, Erwin Aksa mengatakan akan menggunakan hasil survei lama PolMark yang memenangkan Appi-Rahman untuk membantah survei Profetik Institute tersebut.

"Saya menyarankan EA untuk tidak memakai hasil survei lama sebagai bantahan. Saya juga tegaskan bahwa jika sebuah hasil survei dirilis ke publik, maka keterangan waktu survei tersebut wajib disertakan di dalamnya. Saya sarankan agar bantahan dilakukan dengan menggunakan survei baru-kebetulan, sesuai dengan kesepakatan kerja pendampingan, kami memang masih akan melakukan dua kali survei," kata Eep melalui keterangan tertulis, yang diterima Kamis (16/9/2020).

Namun, kata Eep, sarannya itu tidak diindahkan Erwin Aksa. Pagi harinya, Erwin Aksa mengirimkan meme hasil survei yang mencantumkan namanya dan PolMark Indonesia. Eep pun saat itu mengaku keberatan.

"Saya langsung menyatakan keberatan. Saya juga keberatan atas penyertaan kata-kata jumawa, 'Konsultan politik ternama yang memenangkan Jokowi-Ahok dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjadi Gubernur Jakarta' dalam meme itu. Saya sampaikan bahwa itu bukan cara saya. Saya memang keberatan. Terlebih-lebih, kemudian saya lihat ada pencantuman waktu survei dan data yang keliru/bermasalah," ujarnya.

Buntutnya, Eep mengaku mengundurkan diri pada hari itu juga. Eep memilih mundur dan mengembalikan dana kerja sama 'pendampingan-terbatas' dengan Tim Appi-Rahman dibandingkan harus berselisih paham mengenai soal cara-cara kerja pemenangan.

"Bagi saya dan PolMark Indonesia ada dua masalah penting dan besar berkaitan rencana penggunaan meme hasil survei (yang menggunakan nama kami) tersebut. Pertama, sebagai konsultan kami berkewajiban bukan hanya menyusun tetapi juga menjaga strategi dan ritme kerja pemenangan. Kedua, publikasi hasil survei wajib dilakukan secara jujur tanpa ada sedikit pun rekayasa data. Hal terakhir ini bukan soal kecil, melainkan perkara yang amat sangat besar, bahkan sakral. Ketika dua hal tersebut tidak terpenuhi, saya dan PolMark Indonesia tidak akan bisa bekerja secara optimal. Karena itulah, atas nama persahabatan, untuk menghindari konflik yang lebih serius dan lebih besar di kemudian hari, saya merasa opsi mengundurkan diri dan mengembalikan dana adalah pilihan terbaik," paparnya.

Eep mengatakan kala itu Erwin Aksa tidak keberatan atas pengunduran dirinya dan sepakat untuk bertemu pada Selasa (15/9). Namun, ternyata masalah tak berhenti di situ. Eep mengungkapkan, pada Senin (14/9) pukul 11.41 WIB, ada seorang wartawan dari media yang menurutnya berasosiasi dengan Erwin Aksa mengkonfirmasi perihal meme yang memenangkan Appi-Rahman itu.

Oleh karena itu, dia pun mengklarifikasinya. Eep mengatakan kepada wartawan itu dia menyatakan meme tersebut bukanlah buatan PolMark. Bantahannya itulah, kata Eep, yang kemudian memicu pernyataan keras dari Erwin Aksa.

"Saya kaget ketika mulai pukul 15.55, masuk serangkaian WA dari EA yang isinya sangat tegas dan keras, menyatakan pengakhiran hubungan dan rencana pengusiran tim saya dari Kota Makassar. Alih-alih menanggapinya secara frontal, saya melakukan rekonfirmasi soal realisasi pengunduran diri kami dan pengembalian dana kerja sama. Tetapi komunikasi tak bisa berlanjut karena nomor WA saya tampaknya sudah serta merta diblokir oleh EA," kata Eep.

Eep pun lantas menjelaskan alasannya keberatan terhadap meme tersebut. Pertama, meme itu memuat keterangan waktu yang keliru.

"Meme itu membuat keterangan waktu yang salah. Meme itu menyebut 'Data Agustus 2020' sebagai keterangan waktunya. Jelas ini salah. Kami hanya punya data survei 23-31 Juli 2020. Pada bulan Agustus dan September kami belum melakukan survei lagi di Kota Makassar. Bagi saya dan PolMark Indonesia, ini bukan soal teknis belaka. Kejujuran menyampaikan keterangan waktu survei adalah bagian dari etika publikasi survei yang sangat penting," ujarnya.

Kedua, meme yang memenangkan Appi-Rahman itu memuat data hasil survei yang salah. Eep mengatakan angka elektabilitas yang tercantum dalam meme tersebut bukanlah elektabilitas pasangan, melainkan elektabilitas tertutup untuk kandidat orang per orang, bukan sebagai pasangan.

"Yang penting, saya tegaskan bahwa data hasil survei yang dimuat dalam meme itu memang keliru. Sekali lagi, kekeliruan ini bukan masalah teknis melainkan masalah etika publikasi hasil survei yang sangat penting. Apalagi memenya memuat foto dan nama saya serta PolMark Indonesia," kata Eep.

"PolMark Indonesia sepanjang hampir 11 tahun hidupnya berusaha menjaga etika publikasi survei dengan sangat ketat. Haram hukumnya menyampaikan hasil survei dengan mengubah keterangan waktu, hasil-hasil survei dan semua data/informasi apa pun. Hasil survei wajib dilaporkan sebagaimana adanya," imbuh dia.

Bagikan

Related Stories