Ekonomi & Bisnis
Jangan Cepat Tergiur Telur Murah, Waspada Telur Infertil
Telur infertil tengah menjadi perbincangan setelah Tim Satgas Pangan Tasikmalaya menemukan adanya penjual yang menjual telur ayam infertil.
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian, telur ayam infertil dilarang untuk diperjualbelikan.
Hal ini sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam RAS dan Telur Konsumsi.
Bagaimana ciri-ciri telur infertil dan bagaimana membedakannya dengan telur ayam yang biasa kita konsumsi?
Telur infertil adalah telur yang tidak berhasil menjadi ayam dalam proses pengeraman. Meski tak berbahaya, telur ayam infertil tidak untuk dikonsumsi.
Bagaimana membedakan telur ayam infertil dengan telur ayam biasa atau biasa telur ayam konsumsi?
Salah satu cirinya, dapat dilihat dari bagian dalam maupun bagian luar telur.
“Kalau dibuka (bagian dalam telur) biasanya ada titik merah,” ujar Kepala Subdit Pengawasan Keamanan Produk Hewan Kementerian Pertanian Drh. Imron Suandy, MVPH, dikutip Minggu (14/6/2020).
Adapun bagian luar telur infertil, kata Imron, tidak terlalu kentara sehingga agak sulit untuk dibedakan.
Namun, biasanya kulit telur berwarna agak pucat.
“Umumnya dia (telur infertil) lebih pucat dibanding telur konsumsi yang kecokelatan,” ujar Imron.
Selain itu, saat dicampur umumnya telur terlihat tidak homogen. Hal ini berbeda dengan telur konsumsi yang berwarna lebih seragam.
Imron menjelaskan, telur dalam industri perunggasan dikenal dua jenis yakni telur tertunas dan telur konsumsi.
Telur tertunas merupakan telur yang dibuahi oleh pejantan. Telur ini dibuahi dan diproses untuk menghasilkan bibit anak ayam atau DOC (day old chicken).
Untuk menjadi DOC, memerlukan proses pengeraman di dalam mesin selama beberapa hari, berkisar 18-21 hari.
Meski demikian, tak semua yang ditetaskan dalam mesin menjadi ayam. Telur yang tak menetas inilah yang kemudian disebut telur infertil.
Industri yang menghasilkan DOC adalah perusahaan pembibitan ayam atau breeding farm, menghasilkan DOC untuk ayam pedaging
Pada dasarnya, kata Imron, telur infertil seperti telur biasa yang aman untuk dikonsumsi.
Akan tetapi, telur infertil memiliki potensi bahaya terkait dengan masa simpannya.
“Potensi bahaya karena masa simpannya yang relatif pendek. Kalau disimpan lebih lama lagi jadi enggak baik secara kualitias,” ujar dia.
Pendeknya masa simpan telur infertil ini karena berhubungan dengan prosesnya yang sempat disimpan terlebih dahulu untuk tujuan penetasan.
“Sebetulnya kalau dikatakan aman, ya aman. Masalahnya, kalau infertil ada masa harus diproses untuk ditetaskan. Jadi begitu keluar dari mesin, telur itu sudah berumur lama jadi ini mempengaruhi masa simpan,” kata Imron.
Hal ini berbeda dengan telur konsumsi yang ketika dikeluarkan oleh induknya memang dikumpulkan untuk diedarkan.
Telur konsumsi merupakan telur yang tidak dibuahi oleh pejantan, sehingga tidak akan menetas.
“Yang kita beli di warung enggak mungkin menetas jadi anak ayam,” ujar Imron.
Selain itu, larangan penjualan telur infertil karena dapat mengganggu supply and demand dari telur konsumsi beserta harganya.