Jaga Kualitas dan Disiplin Anak Selama Belajar Daring di Era Pandemi, Ini Caranya

(null)

BOMBANA – Sebanyak 749 peserta mendaftarkan dirinya untuk mengikuti Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 11 November 2021 di Bombana, Sulawesi Tenggara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Menjadi Juara dengan Sekolah Online”.

 

Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, Asesor Sekolah dan Madrasah Taufani, Narablog & Digital Strategist Yusran Darmawan, Jurnalis Yoseph Ikanubun, serta Anggota DPRD Bombana Ashari Usman. Sedangkan moderator yaitu Artha Senna selaku jurnalis. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

 

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Beranjak ke sesi pemaparan, materi pertama dibawakan oleh Taufani yang menyampaikan tema “Sukses Belajar Online Digital dengan Kemampuan Belajar Digital”. Menurut dia, sejumlah aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pembelajaran di rumah, antara lain EDX, Coursera, IndonesiaX, Ruang Guru, Kelas Pintar, serta aplikasi yang disediakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Orang tua juga berperan untuk menjaga kualitas dan kedisiplinan anak dalam belajar, misalnya dengan memberi pemahaman pada anak, aktif berkonsultasi dengan guru, serta menciptakan suasana belajar yang nyaman. "Selingi waktu belajar dengan aktivitas yang menyenangkan," ujar dia.

 

Selanjutnya, Yusran Darmawan menyampaikan paparan berjudul “Merawat Rumah dan Sekolah Digital”. Ia mengatakan, orang tua dan guru perlu mengajarkan etika berinternet pada anak, sehingga ia akan memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalnya, tidak merugikan orang lain, tidak melakukan provokasi, memberi saran dan komentar yang baik, serta membentuk citra diri yang positif. "Hal yang tidak boleh dilakukan di internet itu seperti menyebarkan hoaks dan melakukan ujaran kebencian," jelas dia.

 

Pemateri ketiga, Yoseph Ikanubun, memaparkan materi bertema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik”. Menurut dia, agar pembelajaran daring dapat menarik minat siswa, guru harus berupaya untuk membuat konten yang menarik, mudah diakses, sederhana, serta mengandalkan media visual. "Guru harus terus belajar dan melakukan refleksi agar mendapatkan model dan strategi pembelajaran yang tepat," imbuhnya.  

 

Adapun Ashari Usman, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Tips Menjaga Keamanan Digital pada Anak di Dunia Maya”. Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi orang tua di era digital kian berat, bahkan banyak orang tua yang kesulitan untuk mencegah anaknya kecanduan internet. Padahal, hal tersebut dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental anak. Sejumlah kiat yang dapat dilakukan, antara lain menjaga komunikasi dan  memanfaatkan fitur safe search pada gawai. "Jangan ragu mengenalkan teknologi berbasis internet pada anak," tutur dia.

 

Setelah pemaparan seluruh materi, webinar dilanjutkan dengan tanya jawab yang dipandu Artha Senna. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

 

Salah seorang peserta, Krisna Damayanto, bertanya bagaimana tanggapan Taufani tentang pelaksanaan metode pembelajaran tatap muka di sekolah yang belum sepenuhnya. Ia beranggapan hal tersebut hanya seperti menghabiskan waktu. Menanggapi pertanyaan tersebut, Taufani bilang, masih ada kekhawatiran penyebaran virus terkait pembelajaran tatap muka secara penuh di sekolah, sehingga masih dilakukan secara terbatas.  

Editor: El Putra

Related Stories