Ekonomi & Bisnis
Ini Sejarah Tupperware yang Terancam Gulung Tikar
MAKASSARINSIGHT.com - Merek Tupperware menjadi salah satu produk peralatan rumah tangga yang banyak digandrungi di kalangan ibu-ibu Indonesia. Produknya yang berkualitas bagus serta warna dan model yang beragam membuat para wanita tak segan menghabiskan uang untuk membeli produk ini.
Di satu titik, para wanita penggemar Tupperware yang sudah berstatus sebagai ibu rumah tangga dinilai bersikap terlalu protektif terhadap produk yang dimilikinya. Sangking protektifnya, ada lelucon beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa kasta Tupperware di mata ibu lebih tinggi dibanding sang anak.
Anggapan tersebut dimulai ketika banyak anak yang bercerita bahwa mereka atau anggota keluarga lainnya menjadi sasaran amukan sang ibu ketika produk Tupperware tersebut hilang.
Tak sedikit dari mereka bahkan menanggapi dengan candaan bahwa menggunakan produk Tupperware milik sang ibu sama dengan menggadaikan nyawa.
Lantas, bagaimana sejarah terciptanya Tupperware dari sekadar peralatan rumah tangga hingga disebut sebagai produk pegadaian nyawa?
Baca Juga:
- Pasar Murah dan UMKM Jurnalis Alternatif Atasi Dampak Inflasi Jelang Idulfitri
- Jurnalis MNC yang Jadi Korban Kekerasan Aparat di Bulukumba Melapor ke LBH Pers Makassar
- 12 Lorong Wisata Akan Jadi Destinasi Kunjungan 600 Kepala Daerah pada Peringatan Hari OTDA di Makassar
- KPK Tetapkan 10 Tersangka, Pemberi dan Penerima Suap Korupsi Proyek Kereta Api Sulawesi
Mengutip laman resminya, merek dagang Tupperware muncul pada 1946. Pada awalnya, Tupperware yang menjadi merek dagang Amerika Serikat ini adalah sebuah kaleng cat dari plastik. Inovasi itu terjadi setelah era Depresi Hebat di Amerika Serikat.
Pebisnis sekaligus ahli kimia, Earl Silas Tupper mengaku terinspirasi untuk membuat desain wadah dengan segel kedap udara. Dengan ide tersebut, keluarga miskin yang terdampak perang bisa menghemat uang dengan cara menyimpan makanan mereka lebih lama.
Kala itu, teknologi segel kedap udara yang diciptakan Earl Silas Tupper disebut dengan '"segel bersendawa".
Karena banyak orang yang tidak paham dengan cara penggunaan Tupperware, akhirnya pada 1948, diadakan pesta rumahan yang menjadi ajang untuk memamerkan Tupperware sekaligus memperkenalkan produk ini kepada banyak orang.
Melalui pendekatan Tupperware Party atau pesta yang dikenal sebagai "Hostess Group Demonstations", demonstrasi Tupperware pun terbukti efektif untuk menyampaikan manfaat produk yang revolusioner ini.
Kemudian muncullah seorang wanita bernama Brownie Wise yang mulai menjual Tupperware secara mandiri.
Dulunya para ibu rumah tangga di Amerika sering menutupi sisa makanan mereka dengan shower caps. Akhirnya Wise pun menekankan bahwa benda tersebut tidak perlu digunakan lagi di dapur karena ada produk yang lebih cocok yaitu Tupperware.
Pada1950, Tupperware menjadi terkenal karena menawarkan pilihan produk yang lebih luas kepada wanita di Amerika. Model bisnis Tupperware kemudian diubah tahun 1951 dari yang tadinya dijual di dalam toko, menjadi sistem demonstrasi yang diperkenalkan oleh ibu-ibu ke berbagai konsumen.
Wise telah mengubah Tupperware menjadi merek gaya hidup yang menarik bagi wanita kelas menengah. Konsep dagang Ini sekaligus mendorong karier wanita di sana untuk mendapatkan penghasilan dari berjualan Tupperware.
Bahkan model bisnis seperti ini juga dipraktikkan di Indonesia. Dengan konsep tersebut, perusahaan akhirnya merekrut para penjual dari berbagai kalangan, khususnya para perempuan.
Pada tahun 60-an Tupperware juga dianggap sebagai penyelamat karena banyak rumah tangga yang memerlukan produk ini.Terlebih saat itu microwave semakin populer di lingkungan rumah.
Setiap tahun, Tupperware terus melakukan inovasi dengan memperkenalkan produk-produk baru yang dibuat khusus. Tupperware mulai memperkenalkan produk yang bisa tahan terhadap microwave dan oven konvensional. Mereka juga membuat produk untuk menyimpan makanan beku.
Setelah produk yang dibuat khusus untuk microwave dan oven, pada tahun 80-an, Tupperware mulai menampilkan produk Tupperware Stack Cooker. Produk ini dirancang untuk membuat hidangan dalam jumlah banyak.
Banyak produk-produk baru Tupperware yang diciptakan setiap tahunnya dengan mengikuti kebutuhan konsumen dan tren pada saat itu.
Seperti di tahun 90-an, banyak masyarakat yang menyukai produk berdesain kontemporer. Akhirnya mereka meluncurkan produk yang memadukan antara desain tradisional dan modern. Produk kontemporer ini pun diperluas dengan kualitas yang semakin bertambah.
Konsumen pun dapat terus mengandalkan kualitas yang sama dari Tupperware dengan aneka desain dan warna yang menarik. Seiring berjalannya waktu, produknya juga semakin mudah ditemukan. Mereka terus menawarkan desain inovatif, konstruksi berkualitas, dan garansi seumur hidup.
Baca Juga:
- Wakil Bupati Luwu Syukur Bijak Meninggal Dunia di RS Wahidin Sudirohusodo
- Legislator Makassar Ini Ingatkan Agar Penyaluran Zakat Efektif dan Tepat Sasaran
- Ingat!!! Ini Aturan untuk Suporter yang Akan Saksikan Laga Pamungkas PSM Makassar vs Borneo FC
Sayangnya, masa jaya Tupperware tampaknya sudah meredup. Hal ini ditandai dengan minat konsumen yang menurun.
Selama beberapa tahun terakhir, Tupperware juga harus bersaing dengan merek wadah lain yang rupanya semakin meningkat drastis karena menjual produk serupa dengan harga yang lebih murah. Hal itulah yang membuat penjualan hingga saham Tupperware anjlok baru-baru ini.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 13 Apr 2023