Ini 5 Kebiasaan Finansial yang Harus Ditinggalkan Saat Ekonomi Tak Baik-Baik Saja

Ilustrasi menabung. (Freepik)

MAKASSARINSIGHT.com – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang tak baik-baik saja, daya beli masyarakat menurun. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal merupakan salah satu faktor utama yang memicu penurunan daya beli masyarakat.

Di masa yang penuh ketidakpastian, kebiasaan finansial yang sebelumnya terlihat sepele kini menjadi boomerang. Untuk itu, agar keuangan tetap terjaga, penting untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasan buruk tersebut yang dapat melemahkan kondisi finansial kalian.

Baca Juga: 

Berikut kebiasaan finansial yang sebaiknya ditinggalkan. 

1. Gaya Hidup Konsumtif

Kebiasaan seperti sering makan di luar, belanja secara impulsif, atau membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan hanya karena mengikuti tren merupakan contoh gaya hidup konsumtif yang sebaiknya ditinggalkan.

Saat pendapatan tak mengalami kenaikan, atau bahkan berkurang, pengeluaran perlu disesuaikan dengan kondisi. Dalam keadaan seperti ini, sangat penting untuk bisa membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang sekadar keinginan.

Menikmati kopi mahal setiap hari mungkin menyenangkan, tetapi membuat kopi sendiri di rumah bisa menghemat uang cukup banyak dalam seminggu. Pembelian barang-barang mewah atau gadget terbaru sebaiknya ditunda terlebih dahulu jika bukan merupakan kebutuhan utama dan kondisi keuangan belum memungkinkan.

2. Meremehkan Dana Darurat

Dana darurat berperan sebagai penopang ketika menghadapi masa-masa sulit. Namun, sayangnya masih banyak orang yang belum menempatkannya sebagai prioritas keuangan. Bahkan di tengah kondisi ekonomi yang memburuk, sebagian orang justru menunda menyisihkan uang untuk dana darurat demi kebutuhan lain yang dianggap lebih mendesak.

Padahal, saat ekonomi sedang lesu, risiko kehilangan pekerjaan atau PHK, pemotongan penghasilan, atau meningkatnya pengeluaran sehari-hari menjadi lebih tinggi. Tanpa adanya dana cadangan, situasi ini dapat memaksa seseorang untuk berutang secara konsumtif atau bahkan menjual aset yang dimiliki.

Usahakan menyimpan uang untuk biaya rumah tangga selama tiga bulan di rekening giro atau tabungan. Jika kalian adalah satu-satunya pencari nafkah di rumah tangga kalian atau kalian bekerja di industri yang mengalami PHK, pastikan menyimpan uang untuk biaya setidaknya selama enam bulan.

Jika kalian telah pensiun, menyimpan uang untuk biaya selama satu tahun dalam bentuk aset yang sangat likuid seperti uang tunai dapat membantu menghindari keharusan menjual investasi jangka panjang saat pasar sedang lesu, yang dapat mengunci kerugian dan mengurangi pendapatan kalian di masa mendatang.

3. Mengandalkan Utang untuk Memenuhi Gaya Hidup

Utang produktif seperti kredit pemilikan rumah (KPR) atau pinjaman untuk modal usaha jelas berbeda dari utang konsumtif, misalnya penggunaan kartu kredit untuk berbelanja atau layanan paylater untuk keperluan liburan.

Namun, masih banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang bergantung pada utang, dengan anggapan bahwa semua cicilan tersebut bisa dilunasi di kemudian hari.

Di tengah ekonomi yang melemah, bunga dari utang konsumtif dapat menjadi beban yang berat dan mengurangi penghasilan bulanan. Kemungkinan gagal bayar pun meningkat drastis, yang tak hanya berdampak buruk pada skor kredit, tapi juga bisa menjerumuskan seseorang ke dalam siklus masalah keuangan yang terus berulang.

Oleh karena itu, penting untuk memusatkan perhatian dan sumber daya pada pelunasan utang konsumtif, dimulai dari utang dengan bunga tertinggi.

4. Mengabaikan Evaluasi Keuangan Rutin

Pengeluaran kecil yang sering kali tidak diperhatikan bisa perlahan-lahan menguras keuangan tanpa disadari. Misalnya, biaya berlangganan layanan streaming atau keanggotaan gym yang jarang dimanfaatkan.

Tanpa adanya evaluasi keuangan secara rutin, sulit untuk mengenali pengeluaran yang kurang efisien. Dengan melakukan evaluasi keuangan secara berkala, seseorang dapat memahami pola konsumsi, mengidentifikasi peluang penghematan, dan mengalihkan dana yang sebelumnya terbuang ke hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti dana darurat atau investasi.

Sisihkan waktu setiap bulan untuk meninjau ke mana saja aliran uang kalian agar pengelolaan keuangan menjadi lebih bijak.

Baca Juga: 

5. Menunda Investasi

Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, tidak sedikit orang yang memilih menghentikan kegiatan investasinya karena khawatir mengalami kerugian. Padahal, justru di masa seperti ini banyak aset yang harganya menurun dan berpeluang mengalami kenaikan kembali saat situasi ekonomi membaik.

Meski begitu, investasi tetap memerlukan pengetahuan yang memadai. Banyak orang tergesa-gesa mengikuti tren seperti aset kripto, saham spekulatif, atau instrumen investasi lainnya tanpa melakukan riset terlebih dahulu, hanya karena takut ketinggalan (FOMO).

Perilaku seperti ini sangat berisiko, terutama jika dana yang digunakan sebenarnya ditujukan untuk kebutuhan pokok.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 07 Jun 2025 

Editor: Isman Wahyudi
Bagikan
Isman Wahyudi

Isman Wahyudi

Lihat semua artikel

Related Stories