Hindari Konten Negatif, Tingkatkan Kreatifitas untuk Buat Konten Bermanfaat

(null)

SINJAI – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 1 Desember 2021 di Sinjai, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Jadi Pembuat Konten yang Hits dan Berfaedah”.

 

Program kali ini diikuti oleh 472 peserta dan menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Pendiri Kawanua Creative Daniel Tampi, Narablog & Kreator Konten Digital Valentina Melati, Asesor Sekolah dan Madrasah Taufani, serta Jurnalis Fahmi Gobel. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Made Dwi Adnjani selaku Japelidi Unissula. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

 

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Memasuki sesi pemaparan, Daniel Tampi sebagai narasumber pertama hadir membawakan materi kecakapan digital bertema “Menyambut Generasi Alfa: Peluang dan Tantangan Keterampilan Digital”. Menurut Daniel, esensi kecakapan digital tak hanya sebatas kemampuan penggunaan gawai, tetapi juga keterampilan yang meliputi kecerdasan dan kebijakan dalam pemanfaatannya. “Keuntungan memiliki keterampilan digital, antara lain dapat melindungi diri dalam berinternet, memberikan nilai lebih, dan membangun jaringan atau relasi,” ungkapnya.

 

Berikutnya, Valentina Melati menyampaikan materi etika digital berjudul “Konten Digital: Apa yang Boleh dan Tak Boleh”. Ia mengatakan, etika digital sangat penting untuk menjaga norma perilaku kita dalam penggunaan teknologi secara tepat dan bertanggung jawab. Buatlah konten positif yang inspiratif, edukatif, informatif, dan menghibur. “Jangan unggah konten negatif yang menebar kebencian, menyinggung SARA,  berisi pornografi, hoaks, maupun kejahatan siber lainnya,” pesannya.

 

Sebagai pemateri ketiga, Taufani membawakan tema budaya digital tentang “Memahami Multikulturalisme dalam Ruang Digital”. Menurut dia, pemahaman akan keragaman budaya penting untuk menata masyarakat majemuk yang harmonis dan dinamis atas dasar penghargaan terhadap kebebasan serta kesetaraan. “Kekayaan ragam budaya bangsa kita bisa membawa konflik jika tidak dikelola dengan baik, termasuk dalam aktivitas di ruang digital,” ujarnya.

 

Fahmi Gobel sebagai pemateri terakhir menyampaikan tema keamanan digital tentang “Menganalisis Kasus Perundungan Siber dan Cara Menghentikannya”. Ia mengatakan, perundungan lewat media digital bisa dibedakan dari candaan biasa karena menimbulkan ketidaknyamanan, merendahkan dan memojokkan objek, dilakukan berulang kali, serta hanya memuaskan pihak perundung. Perilaku ini termasuk kejahatan siber yang bisa diproses secara hukum. “Untuk menghentikan perundungan siber, cari dukungan orang terdekat, abaikan atau blokir perundung, lalu laporkan ke platform media digital terkait dan pihak berwajib,” paparnya.

 

Setelah pemaparan materi, webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Made Dwi Adnjani. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik peserta di antaranya tentang apakah dalam membuat konten menarik, kita harus mengikuti tren yang sedang berkembang. Narasumber menjelaskan bahwa mengikuti tren memang bisa mempermudah konten kita sampai ke orang lain, namun karakter yang kita bangun tanpa tergantung dengan tren jauh lebih penting.

Editor: El Putra

Related Stories