Didik Anak Etis dan Aman Berinternet Lewat Pemanfaatan Teknologi Digital

(null)

MAKASSAR – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 9 November 2021 di Makassar, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Cerdaskan Bangsa dengan Konten Pendidikan”.

 

Program kali ini diikuti oleh 548 peserta dan menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Guru Kelas SDN Percontohan PAM Ika Ayuvia Johan, Social Media Enthusiast Masra Suyuti, Pegiat Tradisi Lisan Sinlirik Arif Rahman (Daeng Rate), dan Plt. Direktur ICI Watch Widuri. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Ginar Ayuningtyas selaku spesialis komunikasi. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

 

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Mengawali sesi pemaparan, Ika sebagai pemateri pertama membawakan materi kecakapan digital bertema “Kemampuan Literasi Digital yang Wajib Dimiliki Guru Generasi Alpha”. Menurut dia, pendidikan yang dapat memfasilitasi generasi alpha adalah pendidikan yang sudah akrab dengan teknologi digital. “Guru sebagai fasilitator kegiatan belajar harus mampu mengkolaborasikan teknologi dan aktivitas fisik yang membuat pembelajaran lebih efektif, efisien, serta meningkatkan semangat dan motivasi belajar anak,” tuturnya.

 

Berikutnya, Masra menyampaikan materi etika digital berjudul “Etika Menghargai Karya atau Konten Orang Lain di Media Sosial”. Ia mengatakan, saat bermedia sosial, berikanlah komentar yang wajar. Namun, jika tak menyukai kontennya, lebih baik diam dan jangan memberi respon negatif. Usahakan pula untuk meminta izin jika ingin menggunakan karya orang lain, berilah kredit pada pemilik karya asli, dan jangan menjiplak karya orang lain. “Konten bagus di media sosial yang kita sebarkan dengan benar bisa memotivasi diri untuk berkarya lebih baik,” ujarnya.

 

Sebagai pemateri ketiga, Arif membawakan tema budaya digital tentang “Budaya Digital dan Semangat Tradisi Lisan”. Menurut dia, jiwa kebudayaan luhur bertahan di kampung secara alami di mana transmisi pengetahuan dilakukan seiring aktivitas sehari-hari melalui tuturan lisan. Pendidikan karakter yang mengakar seperti itu mengalami kemerosotan dewasa ini kala era digital membanjiri kita dengan beragam informasi dari segala arah. “Tradisi lisan mengajarkan kita lewat berbagai cerita untuk lebih mawas diri dan menjadi pegangan untuk menyikapi perkembangan teknologi,” jelasnya.

 

Adapun Widuri, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Peran Orang Tua dalam Mengedukasi Keamanan Digital untuk Anak”. Ia mengatakan, kemudahan akses internet serta perkembangan dunia digital yang begitu pesat menjadi tantangan bagi orang tua dalam mendidik anak agar aman di dunia maya. “Menjaga komunikasi dengan anak, terus belajar, memanfaatkan parental control, membuat aturan dan berinternet bersama anak, mengikuti media sosial anak, serta menjadi teladan bagi anak merupakan langkah-langkah yang bisa ditempuh orang tua dalam praktik pengasuhan digital,” paparnya.

 

Selanjutnya, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut meriah oleh para peserta. Selain bisa bertanya langsung kepada para narasumber, peserta juga berkesempatan memperoleh uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

 

Salah satu pertanyaan menarik peserta di antaranya tentang bagaimana mengedukasi orang lain agar tak melakukan ujaran kebencian. Narasumber menjelaskan bahwa jika yang akan diedukasi adalah teman kita, bisa dibicarakan secara baik-baik, namun jika pelaku ujaran kebencian adalah orang yang tak kita kenal, hindari penyampaian secara langsung atau di depan publik. Kita bisa memperbanyak membuat konten edukasi untuk menghindari ujaran kebencian, namun tidak ditujukan secara spesifik ke orang-orang tertentu.

Editor: El Putra

Related Stories