Fintech
Benarkah Uang Bawa Kebahagiaan? Baca Penjelasannya
MAKASSARINSIGHT.com - Apakah uang membawa kebahagiaan? itu adalah pertanyaan yang kerap dilontarkan dari waktu ke waktu.
Jawabannya adalah tidak. Robert Waldinger dan Marc Schulz penulis buku "The Good Life" mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Pendapat itu mereka tuangkan dalam penelitian dengan jangka waktu terlama di dunia mengenai kebahagiaan yang diterbitkan oleh Harvard Study of Adult Development.
Mengutip TrenAsia.com dari Reuters pada Selasa, 25 Juli 2023, penelitian terkenal lain yang dilakukan oleh Daniel Kahneman dan Angus Deaton menyebutkan bahwa uang memang menjadi hal yang krusial di kehidupan kita sehari-hari seseorang. Namun, hanya sampai pada tingkat pendapatan tertentu yaitu U$75 ribu atau setara dengan Rp1,12 miliar per tahun (asumsi kurs Rp15.003 per dolar AS).
Lebih dari itu, tidak ada korelasi antara uang dengan kebahagiaan. Bagi sebagian besar ahli keuangan, intinya adalah untuk tidak memperlakukan uang sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan dan menciptakan sesuatu yang berarti.
Baca Juga:
- KPK Lakukan OTT di Basarnas, Tangkap 8 Orang
- Bank Mandiri Gondol Gelar Best Bank in Indonesia di 2023 versi Euromoney
- Wali Kota Danny Buka Urban Leaders Training dan Workshop WHO SEAR, Sebut Lorong Wisata Terobosan Baik
Sejak tahun 1938, Harvard Study of Adult Development telah meneliti orang-orang yang sekarang hingga tiga generasi sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu apa yang benar-benar membuat kehidupan mereka menjadi memuaskan dan apa yang sebenarnya tidak mempengaruhi.
“Uang tidak dapat membelikan kita kebahagiaan, tetapi uang adalah alat yang dapat memberi kita keamanan dan keselamatan serta rasa kendali atas kehidupan,” kata Schulz, yang juga profesor psikologi di Bryn Mawr College, Pennsylvania. “Pada akhirnya, hidup sebenarnya adalah tentang hubungan kita dengan orang lain. Hubungan kitalah yang membuat kita bahagia.”
Pelajaran lain yang dapat kita ambil dari penelitian ini adalah bahwa kesuksesan karier tidak sama dengan kebahagiaan.
Kecenderungan kita adalah membayangkan bahwa menjadi seseorang yang sukses dan berprestasi dapat menyelesaikan semua masalah kita.
Baca Juga:
- Makassar F8 Digelar Bulan Depan, Wali Kota Danny Undang Konjen Australia yang Baru
- Jadi Perhatian Pemerintah, Ini Bahaya dan Dampak Stunting bagi Anak
- Sulsel Andalan Indonesia Jadi Tema HUT ke 354, Ini Makna Logonya
Padahal sebenarnya tidak. Dalam sebuah penelitian tersebut, ditemukan hasil bahwa sampel peserta dengan "pekerjaan yang lebih bergengsi dan menghasilkan lebih banyak uang nyatanya tidak merasa bahagia dalam hidup mereka," kata Schulz.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 25 Jul 2023